Chapter 8

711 39 9
                                    

Selamat datang di chapter 8

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai apabila ada typo

Thanks

Happy reading everybody

Hope you enjoy and love this story as well

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Orang yang selalu mengganggumu adalah orang yang mencintaimu

—Someone in somewhere
____________________________________________________

Jameka dan Kevino kini duduk di deretan kursi tengah yang layarnya pas dengan pengelihatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jameka dan Kevino kini duduk di deretan kursi tengah yang layarnya pas dengan pengelihatan. Posisi paling strategis dan nyaman. Iklan-iklan masih diputar dan lampu-lampu masih disetel temaram. Orang-orang pun masih sibuk mengecek tempat duduk masing-masing dan masih saling mengobrol dengan teman-teman mereka.

“Nggak nyangka selera kamu film horor,” komentar Kevino. Tubuh yang terselubung keheranan itu sedikit condong ke Jameka yang duduk di sebelah kirinya. Semata-mata supaya suaranya bisa menembus pendengaran wanita itu. Namun, apabila dilihat dari kacamata orang awam, mereka terlihat mengobrol secara intens.

Setelah meletakkan minuman di antara dirinya dan Kevino duduk, Jameka yang baru membenarkan posisi untuk mendapatkan kenyamanan pun menjawab, “Yang lagi booming emang selalu bikin penasaran.”

“Jawaban diplomatis. Kalau film kesukaanmu sendiri apa?” balas Kevino dengan bertanya demikian.

Jameka merencanakan berbalik tanya dengan mengangkat fakta kondisi mereka. Perangainya santai dengan nada dan wajah datar. Should I tell you? This is just a fake date. Do you remember that?”

Meski benar demikian, nyatanya Kevino jelas tidak setuju dan memiliki pendapat berbeda. Menarik. But I’m just being nice. Terlepas dari fake atau beneran. Aku pengin kamu dapet sesuatu yang emang bener-bener kamu suka atau hindari hal-hal yang emang harus kamu hindari,” terang pria dalam balutan kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku tak berdasi itu. Jas yang tadi dipakainya diletakkan mobil. Sehingga meninggalkan kesan sedikit lebih santai.

“Well, make sense kamu dengerin omongan papaku soal aku vegetarian. Padahal kelihatannya kamu cuek banget waktu itu,” pungkas Jameka.

Harus Jameka akui, Meski Kevino secara fisik terlihat dingin serta tak tersentuh, nyatanya pria itu di luar dugaannya. Kevino jelas memikirkan orang lain—dalam konteks ini ialah dirinya. Malah, wanita yang rambut bergelombangnya digerai itu merasa beberapa kali bertemu dengan Kevino, pria itu justru tidak benar-benar menceritakan diri sendiri—apa yang disukai atau dibenci—dan terlalu penurut dengannya. Kendati itu hanya berupa perlakuan kecil seperti mengutarakan pendapat-pendapat kemanusiaan atau mencoba bersikap baik. Dan, Jameka pun tak ingin repot-repot bertanya meski hanya untuk kepentingan serupa bin basa-basi.

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang