Selamat datang di chapter 30
Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran
Thanks
Happy reading everybody
Hopefully you will love this story like me
❤️❤️❤️
____________________________________________________
“Anyone can be passionate, but it takes real lovers to be silly.”
—Rose Franken
____________________________________________________Jameka menganga. Sebelum kendali diri mengambil alih seluruh pikirannya untuk bertindak menerjang Tito dengan serangan brutal—tak yakin juga apakah ia sanggup bergerak sebab hatinya amat berat, Kevino lebih dulu berdiri. Kursi kekasihnya itu mundur sampai jatuh, tetapi tak peduli dan langsung menarik kerah Tito hingga membuat pria bertato tersebut terpaksa berdiri. Zafi dan Nicolo yang mengapit mereka sontak mencegah Kevino.
“Jaga ucapan lo! Hormati Jameka! Kalau bukan sebagai teman, seenggaknya sebagai wanita!” maki Kevino dengan suara rendah dan penuh penekanan.
Jameka tertegun mendapat pembelaan dari Kevino. Di sebelahnya, Jayden diam, tetapi pikirannya menyusun rencana kapan waktu yang tepat untuk mengebiri Tito atau sekarang saja ia akan menyudut Tito dengan rokok yang terjepit diantara jari-jarinya. Namun, atensi Jayden teralihkan saat tiga detik setelah makian Kevino, Tito malah tertawa sambil bertepuk tangan.
“Hahaha! Lolos, Bos. Dia calon yang baik buat Jameka,” cetus Tito sambil melihat Jayden. Sudut matanya berkedut-kedut, kemudian ia mengangkat kedua tangan tanda menyerah dan berbicara kepada Kevino. “Sabar, Bro. Gue cuma bercanda doang elaaahh .... Tapi bagus, sih. Artinya lo peduli sama Jameka. Anggap aja ini uji kelayakan jadi calon suaminya. Hahaha.”
“Bercandaan lo nggak lucu sama sekali. Lo ngehina pacar gue!” Kevino makin mengeratkan kepalan tangan di kerah leher kemeja Tito. Pria ini benar-benar kurang ajar. Siapa dirinya berani menguji kelayakannya sebagai pacar Jameka? Adik laki-laki dan orang tua Jameka saja tidak pernah melakukan ujian semacam ini.
Tidak takut sama sekali dengan kemarahan Kevino, Tito malah tanpa beban membalas, “Yah, circle kami emang omongannya kadang kayak gini. Lihat aja Zafi sama Nicolo juga biasa aja. Mereka cuma nyegah lo nonjok gue. Lagian kita di privat room smoking area balkon yang udah di-booking. Orang-orang nggak dengar kita. Mereka masih asyik makan. Ngurus urusan masing-masing.” Tito memandang orang-orang di area dalam yang bebas rokok untuk mempertegas omongannya. Ruangan ini memang terpisah, tetapi disekat dinding kaca buram yang tingginya sepundak badan pria dewasa. Lalu ia melanjutkan menepuk sebelah pundak Kevino. “Jadi, jangan diambil hati.”
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMING THE BOSS
عاطفيةMature content 21+ Dirty mind, dark secret Menjadi playboy selama bertahun-tahun tentu menjadikan Tito Alvarez ahli dalam menakhlukkan banyak wanita. Bagaimana apabila ia menyukai Jameka Michelle--kakak sahabatnya yang sudah tahu seluk-beluk, luar-d...