Chapter 13

412 20 10
                                    

Selamat datang di chapter 13

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like me

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Selamat datang di dunia kecemburuan yang indah, pikirnya. Untuk harga tiket masuk, Anda mendapatkan sakit kepala yang membelah, dorongan yang hampir tak tertahankan untuk melakukan pembunuhan, dan rasa rendah diri. Hura!

—J.R. Ward
____________________________________________________

 Ward____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentar.... Bentar.... Kok, kayaknya ada yang aneh, batin Jameka yang tiba-tiba teringat sesuatu. Perasaan tadi Karina nyetir mobil sendiri, deh. Kenapa jadi mobil gue yang diba—sialan! Duo kroco itu pasti sekongkol ninggalin gue! Dasar kampret! Maksudnya apa coba? Awas lo, lo pada kalau ketemu. Gue sledging!

Rampung merutuki kedua sahabatnya, Jameka kembali berpikir sangat susah mencari makan bagi vegetarian seperti dirinya di PIM. Kebanyakan restoran menyediakan menu protein hewani. Memang ada satu restoran berkonsep olahan sayur organik yang berasal dari hasil kebun. Namun, di samping itu mereka juga menjual berbagai menu hasil dari peternakan dan boga bahari.

Bisa saja Jameka makan sayur-sayuran di sana, tetapi sangsi minyak yang digunakan memasak tidak free hewani. Kendati sudah ada Hazard Standar Internasional, Jameka tetap berpikir negatif. Siapa tahu itu minyak ikan? Atau mungkin minyak bekas menggoreng protein hewani lain? Jika bisa, Jameka memilih untuk tidak makan bersama orang omnivora. Bisa dibilang ia kapok setelah diajak makan Tito di warteg. Menurut Jameka, ini bukan soal gaya hidup, melainkan tentang hati nurani.

Jameka berpotensi besar menangis tersedu-sedu lantaran membayangkan ayam-ayam, sapi-sapi, kambing-kambing, domba-domba, kalkun-kalkun atau hewan lainnya yang harus disembelih untuk dimasak. Itu amat menyiksa batin.

Namun, bukankah selalu ada pengecualian dalam hidup? Khususnya sekarang. Dikarenakan tidak ingin mengecewakan Papanya soal tata krama, ia harus berusaha membaur dan berprilaku baik di hadapan Tante Bianca. Nyatanya respons yang didapatnya tidak sesuai harapan. Malah bisa disebut di luar ekspektasi Jameka.

Masih sambil menggamit lengan Jameka, Tante Bianca memberi gagasan. “Mumpung matahari belum terbenam, kita belanja dan masak makanan yang bisa kamu makan di apartemen Kevino aja.”

“Sebenarnya nggak apa-apa kalau misalnya Tante sama Kevino mau makan di sini. Selagi dapurnya nggak keliatan saya, nggak masalah. Saya bisa pesan minum,” terang Jameka yang tentu saja langsung menolak.

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang