Selamat datang di chapter 37
Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran
Thanks
Happy reading everybody
Hopefully you will love this story like me
❤️❤️❤️
____________________________________________________
“Seperti rupa seseorang yang berseri-seri karena antusias membuka hadiah impian.”
—Jameka Michelle
____________________________________________________“Serius lo nyuruh gue pakai seragam SMA yang barusan lo beli di online shop kilat pakai mobile banking gue?” tanya Tito tak percaya sambil membolak-balik balik seragam putih abu-abu yang disodorkan Jameka kepadanya.
Tito tidak pernah mempermasalahkan tentang seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli seragam tersebut. Ia juga tidak peduli bila Jameka seenak jidat berbelanja ini-itu menggunakan uangnya. Selain sudah lumayan terbiasa, pikirannya begitu sibuk; mereka-reka ukuran seragam ini pas atau tidak; membayangkan dirinya mengenakan seragam SMA.
Betapa bersyukurnya Tito karena diberi kesempatan untuk menjadi anak SMA lagi—meski hanya berpura-pura. Dirinya penuh dengan rasa penasaran, antusias, sekaligus gugup, tetapi berusaha untuk tidak memperlihatkannya kepada Jameka. Wanita itu tidak tahu hati Tito bagai mendapat sentuhan kebahagiaan dengan ide tak terduga ini. Kendati Jameka ikut menyumbang masa SMA tak menyenangkan sehingga muncullah ide tersebut, tetapi tetap saja, bagi Tito, bukankah artinya Jameka peduli padanya?
Belum tentu jika Lih yang berada di posisinya sekarang akan diperlakukan sama oleh Jameka.
Jadi, buah pikiran itu rupanya mampu meningkatkan kadar cinta Tito kepada Jameka; merasa dirinya lebih spesial daripada yang lain. Hingga membuat Tito lupa total dengan status percintaannya dengan Carissa.
“Yup! Kita bakal jadi anak SMA!”
Mendengar suara antusias tersebut, Tito beralih ke Jameka. Wanita itu berdiri di depan standing mirror seukuran sepundak orang dewasa. Cermin yang cukup ramping, tetapi bisa memantulkan seluruh badan.
Jameka membuka mancing-mancing kemeja putih seragam tersebut. Sebelum menjajalnya tanpa melepas kaus Tito yang dikenakannya sedari tadi. Ia sendiri memesan seragam berukuran agak besar dan rok panjang sebab berpikir sudah sepatutnya anak sekolah tidak berpakaian seksi. Seperti kebiasaannya pada masa-masa awal kuliah hingga sekarang.
Selain seragam, untuk menunjang penampilan mereka, Jameka juga membeli dua pasang kaus kaki putih, dua pasang sepatu hitam bertali, dan dua ransel hitam tidak terlalu besar. Semua barang tersebut uniseks dan kembar. Ransel itu kemudian diisi barang-barang acak. Seperti sisir, bedak, tabir surya, tisu kering dan basah, cermin kecil, lipstik, serta barang-barang yang memang biasa Jameka bawa di tas jinjingnya. Berhubung ransel Tito hanya diisi rokok dan dompet, Jameka memasukkan buku catatan kecil—yang biasa digunakan Tito menulis jadwalnya—dan tablet supaya tidak terlihat kopong.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMING THE BOSS
RomanceMature content 21+ Dirty mind, dark secret Menjadi playboy selama bertahun-tahun tentu menjadikan Tito Alvarez ahli dalam menakhlukkan banyak wanita. Bagaimana apabila ia menyukai Jameka Michelle--kakak sahabatnya yang sudah tahu seluk-beluk, luar-d...