Mature content 21+
Dirty mind, dark secret
Menjadi playboy selama bertahun-tahun tentu menjadikan Tito Alvarez ahli dalam menakhlukkan banyak wanita.
Bagaimana apabila ia menyukai Jameka Michelle--kakak sahabatnya yang sudah tahu seluk-beluk, luar-d...
Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran
Thanks
WARNING 21+ ONLY! MEMBACA INI DAPAT MENYEBABKAN SUHU BADAN JADI PANAS DINGIN, KEDJANG-KEDJANG, SENYUM-SENYUM SENDIRI, KESEL, DAN HATI JADI BERBUNGA-BUNGA!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Gue mau nunjukin lo sesuatu,” tukas Tito setelah amat terpaksa menjauhkan bibir dari bibir Jameka. Karena jika tidak, ia yakin akan kebablasan. Indra peraba, perasa, pembau, dan pengecapnya, pasti akan ke mana-mana; menjelajahi setiap jengkal tubuh Jameka. Bagaimanapun, mereka sedang di rumah sakit. Tidak sepatunya berbuat yang iya-iya.
“Apa itu?” tanya Jameka penasaran sekaligus merasa hampa manakala Tito turun dari ranjang.
Tito mengambil tas selempang di nakas, mengeluarkan sesuatu, menenteng, lalu memakai benda itu menjadi kacamata.
Jameka terperanjat, memelotot, dan praktis menganga. “Astaga, Tito! Ngapain, sih? Tolol!” omelnya yang sontak turun dari ranjang dengan hati-hati untuk merebut bra warna pastel berenda transparannya. Namun, Tito lebih gesit dengan mengambilnya lebih dulu sebelum mengangkatnya tinggi-tinggi.
“Eits! Lo kagak boleh loncat-loncat dulu. Inget jahitan lo. Dan ini jimat yang udah gue bawa dari basecamp ke Beijing terus ke sini. Mana mungkin segampang itu gue balikin?”
Juluran lidah pria itu membuat Jameka murka. “Goblok banget! Bawa sini, To! Lo mesum banget!”
“Eh! Sorry, yang secinta itu sama gue siapa? Yang ninggalin benda ini juga siapa? Ini udah jadi hak paten milik gue, seorangnya juga!”
“Tito!” jerit Jameka tak habis pikir. Bagaimana mungkin seseorang dapat membuatnya rikuh, jengkel, dan mengudarakan tawa geli dalam waktu bersamaan? Kegilaan Tito benar-benar di luar jangkauan logikanya. Selain itu ia juga menyesal kenapa sampai meninggal jejak dan lebih memilih buru-buru pergi sampai tak sempat mengenakan penutup dada gara-gara Tito nyaris sadar dari mabuknya malam itu. “Lo kayak orang nggak waras, tahu! Balikin sini!” teriak Jameka lagi yang nasih rajin merebut branya. Lagi-lagi ia berpikir bisa-bisanya pria seperti ini menawan hatinya! Memang di luar logika!
“Emang! Gue kagak waras gara-gara lo! Eh, awas hati-hati infus kita, Sayangku. Udah, lo tenang aja. Benda ini aman di tangan gue. Kalau mau ambil entar pas weekend.”