Chapter 33

369 17 6
                                    

Selamat datang di chapter 33

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like me

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Jodoh nggak mengenal tempat, waktu, dan cara mereka jadi berjodoh. Nggak peduli cara itu baik atau buruk.

—Soka Alvarez
____________________________________________________

—Soka Alvarez____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu di mana?”

Sambil menggigit ujung kuku jempol, Jameka yang duduk di closet yang ditutup dengan kaki bergerak-gerak gelisah pun membalas, “Di toilet kantor di lantai bawah. Soalnya toilet ruanganku lagi rusak. Lagi diperbaiki sekarang. Aku takut, Kev,” rengeknya, “maaf sampai kebobolan. Harusnya aku langsung rutin minum pil KB aja.”

Syukur-syukur sekarang Kevino langsung meneleponnya, alih-alih mengabaikannya. Pria itu juga tidak bereaksi berlebihan. Bahkan dengan nada tenang, Kevino menjawab, “Aku ke sana sekarang.”

Setelah sambungan telepon mati, Jameka memejamkan mata sebentar untuk merampok oksigen dan membuang karbon dioksida secara brutal. Pikirannya berusaha tenang dengan meyakinkan diri bahwa Kevino ada bersamanya.

Semuanya gara-gara Tito, batin Jameka. Ataukah memang dirinya yang ceroboh, bodoh, dan tidak bisa membaca peluang? Jikalau tahu Kevino termasuk husband material golongan paling tinggi, tentunya Jameka tidak akan memilih mabuk malam itu sampai berakhir dengan alat uji kehamilan positif siang ini, bukan? Dalam benaknya, sekali lagi ia mengutuk Tito. Lalu ia menyadari tidak ada yang bisa diperbuatnya lagi saat ini kecuali membiarkan dirinya menangis.

“Hah! Berengsek,” umpat Jameka pelan ketika harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa hubungan antara dirinya dan Kevino sudah pasti akan kandas, sementara hubungan Tito dan Carissa makin membaik. Buktinya tadi pagi ia melihat Tito mengantar Carissa dengan Vespa Lih, tetapi tidak memilih kerja; Lih masih menggantikan Tito—entah apa alasannya.

Jangan lupa beberapa waktu lalu Jayden mengambil keputusan terburuk menurut Jameka. Bagaimana tidak? Adiknya itu lebih memilih melepaskan berhektar-hektar lahan HTI Heratl untuk Kepala Desa di Samarinda sebagai aset alam sana. Lalu dengan tidak habis pikir Jayden malah meminta Jameka mencari lahan lain yang bisa ditanami jati Belanda yang lebih ramah lingkungan dan tidak terancam punah seperti pohon di HTI.

Yang benar saja?

Dengan kehamilan ini, apa yang bisa dilakukan Jameka untuk Heratl? Sumbangsih apa yang bisa ia berikan? Tidak ada, selain beban moral dan materi yang mungkin akan membuat Heratl lebih merugi. Mungkin satu-satunya jalan adalah menutup Heratl sepenuhnya.

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang