Chapter 40

60 7 10
                                    

Selamat datang di chapter 40

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran

Warning! Yang darah tinggi dilarang baca ini! Takut tensinya makin naik!

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Bagaimanapun, tindakan tentu lebih bisa dipercaya ketimbang omongan. Pandai bicara, tetapi tidak bertindak sama saja dengan omong kosong.”

—Jameka Michelle
____________________________________________________

“Pakai ini atau ini, ya?” Jameka bermonolog sembari membeberkan beberapa baju di kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Pakai ini atau ini, ya?” Jameka bermonolog sembari membeberkan beberapa baju di kasur.  Ia mengetuk-ngetuk jari telunjuk di dagu, berpikir keras untuk memasangkan atasan dan bawahan yang bagus, tetapi tidak berlebihan. Dirasa sudah menemukan yang pas, ia mengambil sepatu hak tinggi di lemari koleksinya yang cocok dengan pakaian tersebut.

Selain bingung soal baju dan sepatu yang akan dikenakan, Jameka juga dilema memilih antara harus memoles lipstik merah darah atau warna kalem yang mirip bibirnya. Sambil bercermin, ia mengenakan bando putih bertelinga kelinci merah muda yang dibelikan Tito di pertokoan Summertown, Oxford, tahun lalu.

“Kayaknya yang warna bibir aja. Glossy lips emang paling bener. He gonna like it.” Lagi-lagi Jameka ngomong sendiri. Di akhir kalimat ia mengumandangkannya dalam bentuk bisikan.

Sejak River jatuh dari kuda, sakit, meninggal, dan masa setelah itu, Jameka jarang mendapatkan kualitas tidur layak dan pola hidupnya berantakan. Ia sering tidur larut malam karena insomnia. Belum lagi harus dipusingkan soal Heratl. Berbeda dengan tadi malam; ia bisa tidur nyenyak dan bangun pagi. Lalu dengan semangat menyala-nyala menjalani rutinitas pagi teratur. Seperti dirinya dulu. Berkat Tito, Jameka merasa mendapatkan hidupnya kembali.

Bila dipikir-pikir, lucu juga Jameka tidak merasa sedih karena hubungannya dengan Kevino baru saja berakhir atau setelah dokter mendiagnosanya menderita PCOS. Dan, lagi-lagi Jameka menemukan jawaban itu semua berkat Tito Alvarez, pria yang dicintainya kini.

Jameka menatap pantulan dirinya yang tersenyum di cermin. Riv, I think I’m finding my Mr. Right. Kamu nggak perlu khawatir lagi.” Ia mengucapkannya dengan bahagia, tak ada rasa sedih lagi ketika mengingat River.

Setelah menyemprot parfum yang dibelikan Tito di Summertown tahun lalu—bersama bando bertelinga kelinci itu, Jameka memasukkan barang-barang ke tas, termasuk jaket kesayangan Tito yang ia kenakan semalam. Untuk berjaga-jaga, barangkali Tito menjemputnya naik motor Lih. Oleh karna itu, hari ini ia juga mengenakan celana bahan hitam, bukan rok pensil seperti biasanya.

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang