Chapter 35

281 15 13
                                    

Selamat datang di chapter 35

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo yang bertebaran

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like me

❤️❤️❤️

____________________________________________________

Saya pikir jatuh cinta selalu mengejutkan, bukan?”

—Josh Dallas
____________________________________________________

—Josh Dallas____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah besar Jameka mengakui hal tersebut kepada Tito. Terutama saat ia menjumpai Tito dalam mode kalem. Karena, bukan empati, simpati, atau hal positif lain yang ia dapatkan dari pria itu. Melainkan olokan. Sebab Tito telah kembali ke setelan pabrik.

“Rasain! Gue udah bilang dari dulu! Lo malah bandel! Rasain sendiri sekarang! Mampus nggak lo?!” maki Tito penuh semangat, lalu berpamitan, “gue mau beli es jeruk cekek dulu! Selamat bergalau ria, Sayangku!

Sumpah Jameka syok. Dirinya yang semula dilanda kesedihan, dalam hitungan detik suasana hatinya berubah 180 derajat jadi kesal sekali.

“Tito ...!” Jameka menjerit-jerit sambil beranjak dari kasur. Semua umpatan keluar dari mulutnya seraya mengambil bantal dan guling yang kemudian dilemparkan ke Tito. “Tito Kadal Sawah .... Sini lo! Gue gebukin lo sampai bonyok!”

Sayang sekali. Untuk kesekian kalinya, Jameka meleset. Bantal dan guling yang melayang hanya menghantam pintu yang ditutup agak kencang oleh Tito.

Tidak ingin putus asa semudah itu. Dengan penuh semangat, Jameka mengejar Tito. “Tito ...! Sini gue bilang!” panggilnya dengan suara menggelegar.

“Jang ..., tolongin gue, Jang! Gue dikejar kuntilanak merah yang lagi ngamuk!” teriak Tito.

Mendengar kegaduhan yang dibuat Jameka dan Tito, Lih terkaget-kaget sampai nyaris melempar es jeruk cekeknya yang masih sekali sedot. Dan belum sempat ia diberi jeda waktu untuk mencerna keadaan, daun telinganya sudah dibelai oleh suara-suara langkah kaki cepat yang menuruni tangga.

“Sini gue bilang! Dasar kadal sawah!” pekik Jameka sembari membawa sebelah stiletto-nya yang siap diterbangkan ke Tito. Syukur-syukur bagian tumit lancip tinggi itu bisa tepat sasaran mengenai muka Tito.

Tito berlari ke belakang sofa yang diduduki Lih sambil mengintip-intip Jameka. “Ogah! Ngapain gue nyamperin lo? Dapet gebuk pula! Ogah banget! Hiii! Baru tahu kuntilanak merah bisa muncul siang bolong gini. Atau jangan-jangan lo bukan kuntilanak merah, Jame. Tapi sundel bolong!”

TAMING THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang