Eleanor sekarang lagi di fase sedang galau gundah gulana. Bukan galau gundah gulana yang gimana-gimana sih.
Soalnya si bayi gemes jilid satu hari ini usianya genap dua tahun. Yeeeyyy!
Tidak terasa memang si bayi yang kehadirannya sudah seperti memenangkan giveaway tahu-tahu sudah berusia dua tahun saja.
Si bayi gemes yang biasanya cuma bisa ngomong setidaknya dua patah kata sekarang sudah bisa menyerocos panjang banget. Ceriwis banget pokoknya. Kalau ngomong sudah seperti tidak ada remnya lagi.
Elea lagi nongkrong di depan etalase boneka. Iya. Elea lagi galau gundah gulana di depan boneka. Bingung mau memberikan kado ke Titan apa. Soalnya mainan Titan itu sudah banyak banget. Saking banyaknya juga masih ada yang dibungkus rapi belum pernah dibuka sama sekali.
Tenang. Elea nongkrong di depan etalase boneka tidak sendirian. Ada Bima yang menemani dia buat beli kadonya Titan. Dan si Bima juga lagi ikut-ikutan Elea nongkrong di depan etalase boneka.
"Kamu ngapain?" tanya Elea sambil melihat ke arah Bima yang juga lagi jongkok di depan etalase boneka sambil tangannya menopang dagu
"Ngikutin kamu kan?" jawab Bima
Elea yang dengar jawaban dari Bima otomatis langsung berdiri dan lagi-lagi diikuti oleh Bima.
"Duh kepala aku pusing" keluh Bima, "kamu kalau mau berdiri bilang-bilang dong! Aku ni darah rendah"
Elea melihat Bima tanpa minat, tidak ada tatapan empati sama sekali melihat Bima yang berusaha menetralkan dirinya dari keadaan pusing yang tiba-tiba menyerang dia.
"Kamu juga kenapa ikut-ikutan aku?" bukannya minta maaf, Elea malah membalas ucapan dari Bima
"Bentar deh Yang, aku masih pusing ini. Bentar dulu ngomelnya"
"Duduk dulu coba"
"Mau duduk di mana? Kursi nggak ada" sewot Bima
Elea melihat sekitarnya dulu dan kemudian melihat bawah ke arah kakinya, "duduk di lantai aja. Lantainya bersih"
"Yang?!"
"Apaan?"
"Dah lah. Pacaran sama kamu emang nggak seharusnya aku berekspektasi tinggi" sewot Bima
"Ya gue juga nggak nyuruh lo buat bikin ekspektasi ke gue. Lagian udah pacaran hampir dua tahun juga ngapain masih menaruh ekspektasi ke gue" jawab Elea ketus
Bima menghela nafas mendengar Elea mulai mendumel lagi. Baru saja keadaannya mulai enak tidak merasa pusing, gelap dan mual-mual lagi, eh malah kupingnya yang harus sakit karena mendengarkan Elea yang kalau lagi mode mendumel itu lebih membuat Bima capek daripada apapun.
"Udah belum?" tanya Bima
"Apa sih?" jawab Elea, "mau bilang udah belum gue ngomelnya gitu?"
Lagi. Bima menghela nafas lagi, "enggak Sayang. Kamu udah belum pilih kado untuk Titan?" tanya Bima yang hmm-- mencoba mengalah dan mencoba sesabar mungkin yang merupakan pilihan yang lebih baik saat ini
"Nggak tau. Aku bingung. Menurut kamu bagus mana? A stuffed cow or as stuffed dolphin?"
"Harus boneka banget? Bukannya boneka Titan udah banyak banget ya?"
"Ya nggak apa-apa. Kan ini spesial dari kakak Eleanya Titan" jawab Elea sambil memperhatikan kedua boneka pilihannya yang lagi dipegang Elea, "menurutmu yang mana?"
"Sapi aja deh. Mirip Titan soalnya" jawab Bima
"Sembarangan aja Adek aku di sama-samain dengan sapi!" ucap Elea sambil menaruh lagi boneka lumba-lumba ke etalase boneka di depannya
KAMU SEDANG MEMBACA
[iii] The Laurenzia's: Story Begin | END
Romance[Sequel Daddy of Laurenzia's Girls] Daily life keluarga Laurenzia setelah dua tahun Toby dan Jenna kembali menikah. Menyatukan dan memperbaiki kembali keluarga mereka yang pernah hancur berantakan. Dan juga kini keluarga kecil mereka telah bertambah...