Eyang Anger

645 71 3
                                    

Setelah harus mengerahkan tenaga ekstra, baik Eyang Putri maupun para sepupunya yang lain akhirnya berhasil memisahkan mereka berempat. Tentu semua berkat Eyang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya si kembar dan membuat si kembar diam tak berkutik.

Semua perbuatan harus ada konsekuensinya kan?

Dan disinilah sekarang si kembar empat berada. Sedang di sidang oleh Eyang dan Eyang Putri beserta para sepupunya.

Si kembar duduknya sengaja tidak dipisahkan oleh Eyangnya. Biar fokus Eyang selama menyidang mereka nanti tidak harus berpindah-pindah.

"Jadi siapa yang mau jelasin ke Eyang apa yang terjadi barusan?" tanya Eyang setelah berhasil mengkondisikan kembali emosinya

Namun sayangnya si kembar satu pun tidak ada yang berani menatap langsung ke arah Eyang. Keempatnya lebih memilih menunduk karena takut kalau nanti Eyangnya marah lagi ke mereka.

"Ayo jawab kenapa diam aja?" tanya Eyang lagi

Si kembar yang mendapatkan pertanyaan lagi dari Eyang saling menyenggol lengan satu sama yang lain. Berusaha menyuruh salah satu dari mereka untuk menjawab pertanyaan dari Eyang.

"Kenapa pada diam dan ga ada yang jawab pertanyaan Eyang?!" tanya Eyang untuk yang ketiga kalinya dengan suara Eyang yang lagi-lagi meninggi

Hening.

Sebenarnya bukan hanya si kembar yang saat ini takut untuk melihat Eyang, tetapi juga kakak sepupu kembar mereka Yudhi dan Dery, Sofia serta juga Asha dan adik kembarnya Hilmi dan Angga.

"Gini kelakuan kalian di rumah kalian kalau lagi pada bertengkar?! Saling pukul, saling tendang, saling banting? Iya?! Kenapa ga daftar ke klub gulat aja kalau gitu?!" marah Eyang.

"Kalian itu perempuan. Harus banget kalau bertengkar pakai kekerasan?!" tanya Eyang lagi, "senakal-nakalnya Bunda kalian, Eyang ga pernah ngajarin Bunda kalian buat pakai kekerasan!" ucap Eyang, "apa ini yang diajarin Daddy kalian selama pisah dari Bunda kalian?! Iya?!" bentak Eyang

"Udah Pa" ucap Eyang Putri berusaha menenangkan suaminya, "Papa kan tau Toby dari dulu ga pernah melakukan kekerasan fisik. Jangan gitu" sambung Eyang Putri

"Ya kalau bukan dari Toby, lalu si kembar ini dapat didikan dari siapa lagi?!"

"Atau dari teman-teman sepermainan kalian?!" tanya Eyang, "anak-anak berandalan mana yang kalian jadiin teman kalian, ha?!" sambung Eyang

Si kembar hanya menggelengkan kepala mereka setelah mendapatkan pertanyaan dari Eyang. Masih belum berani hanya untuk sekedar menatap sang Eyang.

Selama beberapa tahun ini mereka bertemu kembali dengan Eyang mereka, ini pertama kalinya bagi mereka melihat Eyang semarah ini. Apalagi penyebabnya adalah mereka sendiri.

"Kalian bisu?! Atau budek?!"

"Engga Eyang" cicit si kembar bersamaan

"Papa udah. Tahan emosinya. Nanti kamu kelepasan marahin mereka" tegur Eyang Putri

"Ya gimana aku ga marah melihat kelakuan mereka?"! jawab Eyang, "kamu lihat sendiri sekarang badan mereka berempat pada biru-biru, kaki sama tangan darah semua itu, rambut acak-acakan, bibir sobek, gimana aku bisa diam?!" tanya Eyang, "gimana aku jelasin kondisi mereka ini ke Jenna sama Toby?!"

"Udah ya Pa, jangan di bentak-bentak cucunya" ucap Eyang Putri, "nanti aku obati luka-lukanya. Sofia bantuin Eyang ya?"

"Iya Eyang" Sofia langsung menjawab permintaan Eyang Putri tanpa pikir panjang lagi. Bukti kalau keadaan sekarang benar-benar lagi tegang dan mencekam

[iii] The Laurenzia's: Story Begin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang