Selama hidupnya, si kembar Rafandra tidak pernah tau keberadaan sang Papa ada di mana, tidak pernah tau rupa sang Papa bagaimana, tidak pernah tau juga sang Papa masih hidup atau malah sudah meninggalkan dunia ini.
Bagi si kembar sosok seorang Papa hanya ada di dalam angan mereka. Harapan si kembar bertemu barang sedetik walau hanya di dalam mimpi. Walau harapan si kembar layaknya sebuah mimpi bagi seorang anak kecil untuk dapat bertemu dengan seekor unicorn.
Iya. Perumpamaan bagi si kembar memang seperti itu.
Si kembar kecil selalu bertanya-tanya mengapa mereka tidak memiliki sosok sang Papa seperti teman-teman mereka?
Si kembar kecil selalu bertanya-tanya mengapa sang Papa tak jua pulang ke rumah mereka.
Si kembar kecil juga tidak jarang menanyakan mengapa mereka tidak memiliki sosok yang digambarkan sebagai superhero tersebut di dalam hidup mereka kepada sang Mama.
Sampai pada saat si kembar kecil berusia sepuluh tahun dan menuntut untuk dipertemukan dengan sang Papa kepada Mama mereka. Tetapi bukannya keinginan yang terwujud, si kembar harus mendapati sang Mama menangis histeris karena tidak mampu untuk mempertemukan si kembar kecil bersama sang Papa.
Dan semenjak itu, keinginan si kembar untuk bertemu sang Papa telah terkubur dalam bersamaan perasaan rindu yang belum pernah terbalaskan.
Sampai pada saat di mana si kembar sudah tidak menjadikan sang Papa sebagai obrolan malam mereka. Sampai pada saat di mana objek yang selama ini mereka impinan tidak lagi mereka harapkan.
Si kembar tiga telah sepakat.
Sepakat meyakinkan hati dan diri mereka sendiri bahwa sang Papa telah berpulang kepada langit. Tempat di mana Sang Maha Pengasih dan Penyayang berada. Sehingga sampai detik ini, mereka telah merelakan angan mereka untuk berjumpa dengan sang penguasa rindu di dalam hati mereka.
Harapnya rindu mereka dapat tersampaikan bersamaan dengan doa yang selalu mereka lantunkan untuk sang Papa di setiap sujud mereka.
Hingga mereka tidak menyadari bahwa Sang Pengasih telah mengabulkan doa mereka. Mempertemukan salah satu dari mereka bertiga dengan sosok yang sangat dirindukan oleh mereka.
Menyelami pekatnya mata yang menyimpan keinginan memeluk sang buah hati secara tersirat. Mendengar suara bariton nan merdu yang diucapkan oleh sang penabur rindu. Menghirup sebuah aroma tubuh yang tidak pernah mereka kenali sebelumnya, sebuah aroma tubuh yang berbau maskulin namun lembut menggelitik panca indra penciuman sang buah hati.
Tidak.
Mereka tidak menyadari bahwa sosok yang telah lama mereka kubur harapannya telah lama mengetahui keberadaan mereka. Sosok yang dulunya selalu menjadi topik obrolan sebelum tidur tersebut memperhatikan ketiga buah hatinya yang belum sempat ia timang semasa masih berwarna merah. Sosok tersebut selalu memperhatikan dan melafalkan kata maaf yang tidak pernah tau kapan harus tersampaikan secara langsung.
Si kembar tidak tau, sosok yang mereka inginkan kepulangannya tersebut telah pulang walaupun tidak benar-benar bisa pulang.
🧚♂️
"Gimana Ki? Lo nggak ada rencana untuk nyari tau tentang Papa lo lagi?" tanya Rivi
"Engga deh Vi" jawab Kila, "gue udah sepakat dengan Juan sama Jean buat nggak nyari tau lagi tentang Papa"
"Kenapa?" tanya Rivi, "lo ga penasaran dengan Papa lo?"
"Penasaran lah pasti. Penasaran banget malah" jawab Kila, "tapi ngeliat Mama yang nangis histeris dulu waktu gue sama abang-abang gue desak Mama buat kasih tau tentang Papa, kami rasanya udah cukup Vi. Mama lebih penting dari Papa" sambungnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafandra Twins | END
RomanceDiawali dengan penolakan akan kembalinya sang Papa ke kehidupan si kembar, hingga mengetahui penyebab dan alasan dari sang Papa meninggalkan ketiganya bahkan dari saat mereka masih di dalam kandungan sang Mama. Ini merupakan kisah cerita dari tiga o...