~ 15 ~

53.8K 4.8K 41
                                    

Vote dulu yuk!

Komen di setiap part 🤗

Selamat membaca ❤️

( Part Revisi )

°°°

Sudut Pandang Azam

Dia Bunda baruku, begitu yang Papah katakan. Meskipun aku menolak, semua tetap dilaksanakan. Saat dipikir ulang, aku juga tak boleh egois, mengorbankan kebahagian seluruh keluarga hanya demi diriku. Segala tindakan yang ia lakukan selalu ku amati.

Dia baik. Aku tahu itu.

Tapi kepergian Mama masih terekam jelas dalam memori ingatanku. Bagaimana Papah menggila dengan tangisan, dan selama seminggu penuh tidak memperhatikan keberadaan kami. Ya kami, karena Mama pergi setelah adikku lahir. Nadhifa namanya. Meski usiaku belum seberapa, tapi aku berbeda. Mungkin ini karunia dari Tuhan. Aku dewasa sebelum waktunya.

Saat Papah membela Bunda, itulah kali pertama Papah membentak keras dan menatapku dengan garang. Ada kemarahan berkobar dimatanya. Dari sana aku mengerti, Papah mencintai Bunda melebihi apapun.

Namun, sampai detik ini aku masih takut. Takut menaruh harapan dan kasih sayang berlebih padanya. Takut dia akan berubah seiring berjalannya waktu. Dan takut.... dia akan meninggalkan kami seperti Mama. Tapi bukankah aku harus mencoba? Mencoba menerima dirinya.

Dia selalu memanggilku untuk bergabung bersama Ifa. Aku sadar dia perempuan gigih, yang tak mudah putus asa melihat segala kelakuan kurang ajarku. Sekarang, dia Bundaku. Aku, Azam Eijaz Dilbar mengakuinya.

***

"Azam udah ngga galak-galak lagi ke aku lho Mas." Tutur Zidny dengan senyuman lebar.

Saat ini keduanya sedang menikmati suasana sore di balkon kamar. Ditemani secangkir teh hijau dan potongan cake.

"Alhamdulilah." Balas Aska yang kemudian mengelus puncak kepala istrinya lembut.

"Aku tau dia anak yang baik." Tambah Zidny dengan yakin.

"Dia hanya takut." Ujar Aska singkat.

Kening Zidny berkerut menandakan kebingungan nya. "Takut?"

"Iya, dia takut menyayangi kamu terlalu besar. Takut disaat dia sudah sepenuhnya sayang, tapi kamu malah pergi." Jelas Aska pada istrinya.

"Tapi Zidny ngga kemana-mana Mas. Kan disini terus." Balas Zidny yang masih belum paham dengan akar permasalahan.

"Bukan begitu. Dia hanya trauma karena ibunya yang dulu pergi begitu cepat." Terang Aska lagi.

"Ya ampun, jadi itu alasan dia membatasi interaksi sama aku?" Gumam Zidny pelan, ia benar-benar terkejut dengan fakta yang baru dirinya ketahui.

"Ya, kita harus meyakinkannya bahwa sebagai orang tua kita tidak akan pergi kemana-mana. Dan akan selalu menemani mereka, selama Tuhan mengizinkan." Ujar Aska yang dibalas anggukan yakin oleh Zidny.

Tanpa Zidny sadari tangan kekar Aska sudah melingkar indah diperut rata istrinya. Sedangkan Zidny tetap asik dengan pikiran rumitnya sendiri.

"Suapin mas." Titah Aska dengan suara bergumam kurang jelas, karena mulutnya sedikit terbenam di pundak Zidny.

Zidny akhirnya sadar kalau sang suami tengah ingin bermanja-manja. Dengan usil ia berusaha menepis tangan Aska.

"Apaan si Mas. Makan sendiri." Balas Zidny dengan tubuh yang meronta berusaha melepaskan pelukan hangat Aska.

New Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang