~ 12 ~

55.2K 5.2K 61
                                    

Vote dulu yuk!

Komen di setiap part 🤗

Selamat membaca ❤️

( Part Revisi )

°°°

Sarapan sudah tertata rapi, padahal jam masih menunjukkan pukul setengah 6. Karena kurang nyenyak tidur, Zidny memutuskan untuk bangun dan memasak. Sungguh ia masih sangat menunggu penjelasan suaminya.

"Ya ampun, kenapa gue belakangan ini sensian banget si! Siapa tau mas beneran sibuk." Sesal Zidny pada akhirnya.

Zidny menghela nafas panjang, menepis segala pikiran buruk. Lebih baik sekarang ia membangunkan anaknya untuk mandi, dan sarapan. Aska sudah bersiap sejak setengah jam lalu, mungkin sebentar lagi ia akan turun.

"Azam bangun yuk." Ujar Zidny dengan mengelus lembut pipi putranya. Anak ini memang bukan tipe sulit dibangunkan, jadi dengan usapan pelan saja sudah cukup membuatnya terusik.

"Enghhh, iya." Azam duduk perlahan, sambil mengumpulkan serpihan nyawa yang masih belum terkumpul. Setelah sepenuhnya sadar ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi tanpa berpamitan dengan ibu barunya.

Zidny hanya mengamati dalam diam. Di cueki Azam adalah hal lumrah, ia sudah terbiasa. Maklum saja baru di usia pernikahan kurang dari sebulan. Anak itu butuh waktu lebih.

Bunda muda itu berjalan membuka pintu kamar Ifa. Terlihat gadis kecil disana tengah bergelung nyaman dalam selimut tebal.

"Ifa sayang, bangun yuk mandi." Ujar Zidny sambil menepuk perlahan lengan putrinya. Belum ada pergerakan sama sekali.

"Kebiasaan." Gumam Zidny.

"Ifa~ ayo bangun. Bunda tinggal ya? Kelamaan." Ujar Zidny seolah ngambek.

"Iya, ini Ifa udah bangunn." Balas Ifa namun masih dalam posisi sama tak lupa mata yang terpejam. Hanya bibirnya saja yang berucap.

"Bunda tunggu diruang makan, kalau ngga bangun bunda ngga mau deh cium Ifa lagi." Setelah mengucapkan kalimat ancaman Zidny berlalu pergi, membiarkan putrinya bangun dengan sendirinya. Ia tahu Ifa pasti akan bangun, anak itu tidak akan melewatkan waktu sekolahnya.

Saat ingin menuju ruang makan ia berpapasan dengan suaminya. Mereka saling tatap sebentar, sampai Zidny memutuskannya terlebih dahulu.

"Alara, jangan tinggalkan saya." Ujar Aska berjalan mengikuti istrinya. Zidny memang sudah memaafkan tapi ia juga ingin melihat bagaimana usaha Aska dalam memperbaiki hubungan mereka.

Sampai diruang makan Zidny masih diam membisu.

"Saya mau jelaskan, dengarkan ya Alara?" Bujuk Aska dengan lembut.

"Terserah, Zidny ngga mau tanya-tanya lagi." Gadis itu membalas dengan ogah-ogahan. Padahal ia tengah bersorak senang, ketika mendengar suaminya akan berkata jujur.

"Jangan bicara begitu, saya nggak suka." Aska bersuara dengan pandangan sedih, perkataan istrinya sangat tajam. Semakin membuatnya merasa bersalah.

Tanpa banyak bicara pria itu menarik Zidny untuk duduk bersebelahan dengannya. "Mas!" Teriak Zidny yang terkejut.

"Dengarkan dan jangan potong perkataan saya, mengerti?" Ucap Aska yang dibalas anggukan malas oleh Zidny.

"Teman saya yang bernama Tama meninggal karena kecelakaan, dia berpesan agar saya bisa menjaga istri dan anaknya." Baru separuh cerita saja Zidny sudah paham kelanjutannya. Wajahnya semakin masam.

New Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang