~ 24 ~

39.4K 4.1K 56
                                    

Vote dulu yuk!

Komen di setiap part 🤗

Selamat membaca ❤️

( Part Revisi )


°°°

Pukul 7 malam para anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan. Sesuai yang direncanakan kemarin, hari ini akan ada acara syukuran kecil-kecil bersama keluarga.

Meja panjang yang biasanya sepi itu kini sangat ramai, makanan juga terhidang banyak disana. Hampir semua makanan kesukaan setiap orang yang datang ada.

"Ini makanan kesukaan Abang juga ada dek?" tanya Hanan heran.

"Oh jelas, semuanya Zidny masakin dengan penuh cinta."

"Ngga diraguin lagi seberapa tebal dompet suamimu ya.." Bisik Hanan, yang mendapatkan cubitan keras di lengan oleh adiknya.

"Tinggal makan deh Bang, jangan pikirin suami adek mulu." Setelah mengucapkan itu Zidny pergi meninggalkan kakaknya. Lebih baik ia pergi, daripada semakin emosi.

Sambutan dan acara lainnya sudah usai, sekarang semua tengah menikmati sajian yang ada. Berbeda dengan manusia lain, Aska malah sedang duduk di kolam renang belakang rumah. Tangannya menggenggam ponsel dengan erat. Semakin lama orang diseberang sana berbicara, genggaman itu semakin mengencang saja.

"Astaghfirullah." Gumam Aska pelan saat panggilan diakhiri.

"Mas!" Panggil sang istri dari arah belakangnya.

Aska menoleh kemudian tersenyum kecil, "Sudah makan?" tanya Aska ketika Zidny berada disampingnya.

"Udah, Mas kan yang belum." balas Zidny ikut duduk lalu bersandar nyaman di pundak Aska.

"Nanti saja." Ujar Aska dengan pandangan lurus ke depan.

"Mas nggak lagi ada masalah besar kan?" Tanya Zidny menyelidik.

Aska menggeleng sebagai jawaban.

Semilir angin malam membuat Aska memboyong istrinya untuk masuk kembali ke rumah. Masuk angin tidak bisa dianggap sepele apalagi terjadi pada ibu hamil.

Azam memindai ruang makan dengan teliti, mencari dimana letak kedua orang tuanya berada. Ia sedikit khawatir, takut Bundanya kembali sakit dan muntah-muntah.

Mumpung Ifa sedang main dengan para kakek dan nenek, ia akan tinggal sebentar untuk mencari ayah dan ibunya. Tak butuh waktu lama Azam melihat keduanya berjalan dari arah luar, tepatnya kolam renang. Kenapa sang ayah malah membiarkan Bundanya keluar malam-malam? Awas saja kalau Bunda Zidny sampai sakit.

"Kenapa keluar rumah Bunda?" tanya Azam dengan posesif.

"Eh Azam, nggak lama diluar kok. Cuma jemput Papah buat makan." Bela Zidny dengan lembut. Kalau tidak begini pasti anak laki-lakinya itu akan menatap ayahnya dengan penuh permusuhan sepanjang malam.

Azam menatap datar ayahnya, sebelum berlalu pergi tanpa sepatah kata pun.

"Anak kamu Mas, galaknya bukan maen." ledek Zidny pada suaminya.

Aska hanya bisa geleng kepala, selalu begini kalau anak-anak sedang nakal pasti akan mirip dirinya. Berbeda saat mereka sedang patuh "Anak Zidny tuh Mas, keren banget." begitu katanya.

***

Suasana rumah pagi ini gempar oleh suara tangisan Zidny. Perempuan yang tengah mengandung itu menangis kencang karena keinginannya belum terpenuhi.

New Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang