~ 27 ~

36.7K 3.7K 69
                                    

Vote dulu yuk!

Yana up lagi nih, karena memang udah selesai buat part 27.. nggak akan ditunda-tunda kalau emang ada naskahnya hihi

Selamat membaca ❤️

( Part Revisi )

°°°

Meski HPL (Hari Perkiraan Lahir) kandungan Zidny masih 3 minggu lagi, para anggota keluarga dan sahabatnya mulai overprotektif. Mereka sering berkunjung hanya untuk melihat keadaan ibu hamil itu. Karena HPL bisa maju ataupun mundur tidak ada yang tahu.

Seperti siang ini, Aqila datang berkunjung ke kediaman Aska. Untuk apalagi kalau bukan menemui temannya yang bar-bar itu.

Zidny berdiri diambang pintu dengan tatapan malasnya.

"Sumpah Aqila, anak gue bosen banget liat muka lo."

Bayangkan saja, hampir setiap hari ada saja yang berkunjung. Entah itu orang tuanya, Aqila, ataupun orang tua Aska. Tapi tetap saja Aqila yang paling parah. Bahkan ia yang menangis kejer saat Zidny pernah mengalami mules parah. Aqila mengira saat itu Zidny akan melahirkan.

"Dasar nggak tahu terimakasih, gue itu Autny yang baik hati." Balas Aqila dengan cemberut.

"Serah deh." Zidny berlalu, meninggalkan sahabatnya di depan pintu.

"Kalau bukan sahabat udah gue bejek-bejek deh tu ibu hamil." Usai dengan kekesalannya Aqila melangkah masuk. Tak lupa ia juga menutup pintunya.

Aqila sungguh khawatir dengan Zidny. Ia tulus dalam melakukan semuanya. Apalagi setelah mendengar dari ibunya kalau melahirkan itu sulit, tak semudah yang dibayangkan. Aqila jadi takut sendiri, membayangkan si petakilan Zidny mempertaruhkan nyawanya di rumah sakit nanti.

"Nih gue bawain seblak, tapi level 1. Lumayan buat ngobatin rasa rindu lo." Ujar Aqila pada Zidny.

Mata Zidny langsung berbinar, kalau sampai Aqila berani membawa makanan ini ke dalam rumah, pasti ia sudah mendapatkan izin dari Aska.

"Kau memang kawan terbaikku monyet." Balas Zidny dengan riang.

Plukk

Sebuah potongan keripik mengenai jidat mulus Zidny. Siapa lagi kalau bukan Aqila pelakunya.

"Udah sana makan!" Perintah Aqila yang membuat Zidny berjalan menuju dapur.

"Cantik-cantik begini kok." Gumam Aqila sambil bercermin.

***

Azam bergegas membereskan bukunya. Ia tak sabar ingin cepat-cepat pulang, bertemu dengan sang Bunda. Selesai dengan beberesnya, Azam berjalan menuju parkiran.

"Ayok Pak, Ifa sudah pulang?"

"Iya Den, Non Ifa pulang lebih cepat."

Azam mengangguk paham.

Anak itu menatap pemandangan lewat jendela mobil. Tidak ada hamparan sawah luas, yang ada hanya beberapa pohon besar di trotoar. Mungkin ia bisa usul liburan keluarga ke desa pada Papanya? Tetapi setelah adik kecilnya lahir.

Azam sangat antusias dengan kehamilan bundanya. Ia diam bukan berarti tidak peduli. Karena memang seperti ini adanya, sifat sang Papa yang menurun sangat dominan pada diri Azam.

"Mampir toko kue depan Pak." Pinta Azam pada supirnya.

"Siap Den."

Beberapa potong kue coklat mungkin bisa membuat Bundanya senang, begitu pikir Azam.

New Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang