~ 16 ~

49.6K 5.2K 32
                                    

Vote dulu yuk!

Komen di setiap part 🤗

Selamat membaca ❤️

( Part Revisi )

°°°

Zidny berjalan keluar dari area kampus saat jarum jam menunjukkan pukul 1 siang. Hanya ada satu mapel untuk hari ini, dan sekarang ia berniat untuk mampir ke supermarket membeli beberapa cemilan.

"Langsung pulang lo?" Tanya Aqila pada sahabatnya.

"Mau beli snack dulu, lemari udah mulai kosong. Kasian anak-anak kalau mau nyemil bingung." Jelas Zidny.

"Yaelah, beda ya orang kaya. Kalau gue mah tinggal ke warung beli ciki." Balas Aqila merendah.

"Mana ada, ngga usah sok miskin deh lo." Kesal Zidny, karena sebenarnya Aqila juga orang berada hanya saja kalau dibandingkan dengan Askary ya masih sedikit lebih kaya Aska. Ingat sedikit, jangan berlebihan.

"Hehe, yaudah gih sana." Usir Aqila dengan tangan mengibas.

"Assalamu'alaikum, duluan ya." Pamit Zidny yang kemudian masuk ke dalam mobil.

"Waalaikumsalam." Balas Aqila dengan pandangan mengarah pada mobil.

"Kapan ya gue nikah juga? Minta sama Ayah ah!" Gumam Aqila disertai cengiran. Ia geli sendiri, bagaimana jika ia menikah. Sedangkan dirinya tak sepandai Zidny dalam urusan dapur. "Laki gue gopud teros tiap hari pasti. Kasian." Usai dengan halunya Aqila pun pulang karena hari sudah mulai terik.

***

Jari lentik itu berjalan menderet dari samping kanan ke kiri. Mencari cemilan apa yang sekiranya disukai oleh Azam dan Ifa. Saat jarinya berhenti pada barisan makanan rasa coklat, tanpa pikir panjang ia mengambil beberapa. Hanya sedikit kok, mungkin sekitar 30 pcs dengan bentuk yang berbeda. Ada yang wafer, biskuit, dan lainnya.

"Kurang nggak ya? Kurang ya besok beli lagi aja." Putus Zidny dengan cepat.

Disaat Zidny asik memenuhi troli belanjaan, ponselnya tiba-tiba berbunyi dengan nyaring. Sampai-sampai ibu yang ada seberang sana sedikit meliriknya. Takut mengganggu orang lain, akhirnya Zidny dengan secepat mungkin mengangkat panggilan telepon itu.

"Assalamu'alaikum, benar dengan ibunda dari Azam?" Tanya seseorang ditelepon.

"Waalaikumsalam, iya benar." Balas Zidny yang kemudian menjauhkan ponselnya dari telinga, guna melihat kontak siapa yang menelepon. Tapi nomornya tidak tersimpan di ponselnya.

"Maaf sebelumnya ini siapa ya?" Tanya Zidny cepat sebelum orang diseberang sana berucap kembali. Zidny panik, jangan-jangan ini penculik. Bisa habis ia ditelan Aska, kalau anaknya pada ilang.

"Oh iya maaf, perkenalkan saya Astuti guru dari Azam." Jelas guru Azam dengan tak enak hati karena membuat ibu dari muridnya khawatir.

"Oalah, ada apa ya bu?" Tanya Zidny to the poin.

"Begini, Azam bertengkar dengan teman kelasnya. Bisa ibu kemari?" Ucapan guru Azam membuat mata Zidny membulat sempurna. Biarlah dikata lebay, tapi ia benar-benar terkejut. Ia tidak menyangka Azam-nya bertengkar. Zidny yakin pasti masalahnya cukup keterlaluan sehingga membuat Azam yang pendiam dan suka berpikir dewasa sampai adu jotos.

"Baik bu, segera saya kesana." Tanpa menunggu lebih lama lagi Zidny langsung berjalan ke kasir, menyelesaikan urusan pembayaran.

Panik boleh, tapi jangan lupa bayar. Nanti istri seorang Aska dikira maling, kan nggak lucu.

New Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang