~ 22 ~

44.9K 4.4K 50
                                    

Vote dulu yuk!

Komen di setiap part 🤗

Selamat membaca ❤️

( Part Revisi )


°°°

Setelah beberapa kali ia lupa, akhirnya Zidny mengumpulkan tekad untuk bertanya siang ini. Dengan sedikit tergesa ia menarik tangan suaminya, agar segera duduk di sofa. Anak-anak sedang berada di kamar, katanya ingin tidur siang lebih awal karena sore nanti ada janji bermain dengan Delon.

"Ada apa?" Kening Aska berkerut sempurna melihat kelakuan istrinya.

"Penting, Zidny mau tanya." Aska hanya membalas dengan anggukan. Ia membuka telinga lebar-lebar bersiap mendengarkan pertanyaan Alara.

"Mas sebenarnya siapa? Kenapa kuliah Zidny bisa seenaknya dipindahkan kerumah. Padahal kan lulusnya masih sekitar 1 semester lagi." Tutur Zidny penuh keingintahuan.

"Guru biasa, dan wirausaha." Balas Aska seadanya.

"Mas tahu bukan itu yang Zidny maksud." Bibir Zidny mencebik kesal.

Aska diam sebentar, mengumpulkan jawaban yang pas. Agar istrinya paham.

"Sebenarnya sebelum Ayah bangkrut, kami sekeluarga adalah pembisnis cukup terkenal. Tapi ya begitu, persaingan yang tidak sehat membuat kita harus mengalah pada mereka. Bukannya lemah, Ayah bilang ia ingin hidup dengan tenang meskipun dengan rezeki seadanya."

Zidny baru tahu fakta itu, apa tadi hidup seadanya? Tidak diragukan lagi, pasti mereka dulu sangat kaya raya. Hidup dengan mewah begini saja dibilang sederhana. Wah luar biasa.

"Harta saat ini tidak sebanding dengan dulu saat kami pada masa kejayaan. Tapi rasa tenang membuat kita jauh lebih bahagia Alara." Zidny manggut-manggut tanda mengerti.

"Setidaknya beberapa dari mereka masih ingat dengan keluarga Dilbar. Seperti pemilik SMA dan kampus kamu contohnya."

Pantas saja, semua terlihat mudah. Kalau hanya tindakan seperti ini, pasti terlihat sepele bagi mereka para kaum elit. Lagipula Zidny tetap mengerjakan skripsi dengan jujur dan bertanggung jawab. Seharusnya sih tidak berdosa ya?

"Mas nggak pernah cerita." Rajuk Zidny.

"Maaf." Aska meminta maaf tanpa berniat membela diri, karena memang dirinya bersalah disini.

"Nggak papa, kok jadi tegang begini." Ujar Zidny disertai tawa.

"Makan." Aska berkata sambil menyuapkan kue kering. Dengan patuh perempuan itu membuka mulut lalu mengunyahnya.

***

Tiga anak kecil tengah bermain masak-masakan di halaman belakang rumah ber-cat hijau. Siapa lagi kalau bukan Azam, Ifa dan Delon.

"Kok nggak semangat." Tanya Ifa cemberut.

Bahu Azam dan Delon semakin merosot. Masak-masakan bukanlah ide yang bagus menurut mereka. Itu mainan perempuan! Tapi karena tak tega akhirnya mereka membiarkan Ifa bermain sesuka hati.

"Gimana kalau kita cerita sambil makan jajan aja?" Tawar Delon dengan semangat. Anak gembul itu memang hobi makan, melebihi Azam dan Ifa.

Biasanya Ifa akan menolak usulan Delon yang satu ini, tapi mungkin karena ia juga kelelahan akhirnya Ifa mengangguk tanda setuju.

Cemilan yang tersaji cukup bervariasi mulai dari kue, keripik, permen susu, puding, dan masih banyak lagi. Pasti orang di rumah ini sudah tahu bahwa tuan kecil mereka hobi makan, sehingga selalu menyetok berbagai macam makanan.

New Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang