04||ARDANTA

28.2K 967 35
                                    

Natta menatap malas kedua temannya yang sedang asik gosip. Tangan gadis itu hanya mengaduk aduk jus alpukatnya tak selera.

"Ada hot news gila," ucap Joe heboh.

"Apa? Apa?" Zea yang penasaran tak kalah hebohnya.

"Lo tau Ardanta Elang Winata, kakaknya Mattheo dia di kabarkan gantung diri di kamarnya sendiri dua hari yang lalu," ujar Joe menutup mulutnya tak percaya.

"Anjir, Mattheo temennya si setan Angkasa?" tanya Zea.

"Ho.oh. Nih nih fotonya," Joe  memberikan ponselnya kepada Zea.

Natta yang mulai tertarik dengan perbincangan mereka menyahut. "Gue juga mau liat,"

Zea memberikan ponsel milik Joe kepada Natta. Terlihat seorang cowok dengan kaos hitam tengah tersenyum manis ke arah kamera.

Deg

Dia Ardanta Elang Winata, seseorang yang menghamilinya. Wajah Natta seketika pucat. Tangan gadis itu bergetar hebat.

Joe dan Zea yang melihat reaksi Natta mengeryit heran. "Lo kenapa?" tanya Zea.

Natta menggeleng pelan. "Gak papa. Gue ke toilet dulu ya," izin gadis itu.

Kaki jenjang Natta segera melangkah pergi dari kantin. Joe yang ingin berbicara mengurungkan niatnya.

"Dia kenapa?" tanya Joe memandang Zea.

Zea menoyor kepala Joe. "Gak taulah bego, kalau gue  tau kenapa gue tadi nanya tolol,"

Sedangkan Joe hanya cengengesan saja. "Hehehe,"

Di sisi lain, Natta mencuci wajahnya. Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin. Air matanya seketika keluar, bibir tipis gadis itu bergetar menahan tangis.

"Apalagi kali ini YaAllah?" ucap Natta lirih.

Setelah tau bahwa ia hamil, sekarang seseorang yang menghamilinya itu di kabarkan meninggal. Sekarang siapa yang akan bertanggung jawab? Apakah ia harus datang ke rumah Ardanta lalu mengaku dihamilinya, sedangkan cowok itu sudah meninggal. Ini gila. Rasanya ia ingin mati saja.

Bundanya meninggal, sedangkan Ayahnya entah kemana, hanya Regan—Abangnya saja yang ia punya saat ini. Jika Regan tau, pasti cowok itu akan mengamuk, bisa-bisa ia di usir dari rumah.

Apakah yang harus ia lakukan saat ini? Ia bingung.

_Mattheo_

Bel masuk berbunyi beberapa menit yang lalu. Tapi, gadis dengan bandana birunya itu malah pergi ke rooftop.

"AAAAAAAAAAA," teriak Natta mengeluarkan semua emosinya. Tangis gadis itu pecah seketika.

Sedih, marah, dan kecewa menjadi satu.

"AAAAAAAAAAA RASANYA GUE MAU MATI!!" lagi, Cewek itu berteriak keras mengeluarkan unek uneknya.  

"Brisik," ucap seseorang membuat Natta kaget.

Natta menoleh. Gadis itu terdiam ketika tau siapa yang mengganggu acara teriak teriaknya.

Dia Mattheo, cowok itu tengah berbaring santai di atas sofa usang tengah memandangnya datar. Cowok dengan rokok di antara sela jari tengah dan telunjuknya itu berdecak sebal.

"Maaf," ucap Natta menunduk takut.

Siapa sih yang tidak takut dengan seorang Mattheo? Wakil ketua geng Gravitas dengan sifatnya yang dingin dan tatapan matanya yang setajam elang. Selain Galantra sang ketua, Mattheo juga di segani oleh siswa-siswi SMA Perdana, selain wajahnya yang minim ekspresi, cowok dengan bandana merah di kepalanya itu memiliki badan yang besar, membuat cowok itu di juluki tamengnya Gravitas.

"Kalau mau mati, mati aja," ujar Mattheo memandang datar Natta.

Natta yang mendengar itu mendengus pelan. "Gue gak segila itu buat bunuh diri," ujar Natta.

Natta terdiam sesaat. "Mattheo," panggilnya.

Mattheo menaikan sebelah alisnya sembari menyesap batang nikotin yang terselip di jarinya.

"Gue mau ngomong," ujar Natta.

Mattheo hanya diam menunggu cewek didepannya ini berbicara.

Natta ragu ingin mengatakan ini. Dia takut jika ia dikatakan mengada-ada. Di depannya ini sekarang adik dari seorang Ardanta, ia takut ingin mengatakan semua yang terjadi antara ia dan Ardanta.

Natta menggeleng pelan tak berani untuk mengatakan semua itu.

Mattheo hanya mengangguk. Cowok itu lalu berdiri dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Natta.

Tbc.

Berantakan banget. Kayak gak nyambung gak sih? Jadi pengen ganti alur, tapi menurut kalian gimana?

Mattheo [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang