08||LAMARAN

22K 782 15
                                    

Puluhan telfon dari kedua temannya ia hiraukan. Jujur saja Natta masih takut bercerita dengan Zea dan Joe, takut mereka tak mau lagi berteman dengannya.

"Nat ada temen lo di depan," ujar Regan dari luar kamar.

Natta mengigit bibir bawahnya. Kenapa tiba-tiba kedua temannya sudah di sini?. Dia masih belum siap bertemu mereka berdua.

"Gue belum siap Bang," ucap Natta. Cewek itu memang sudah berbaikan dengan Regan sejak pagi tadi. Tapi, Natta sama sekali tidak mau keluar dari kamarnya.

"Jelasin sekarang atau ini bakal jadi tambah runyam, mereka butuh penjelasan Nat. Tapi kalau emang lo belum siap, gue gak maksa,"

Natta yang mendengar ucapan Regan seketika bimbang. Cewek itu mengigit bibirnya gelisah.

"Gue belum siap," putusnya.

Regan di balik pintu kamar Natta mengangguk mengerti. "Okey, gue bilangin sama mereka,"

Natta menarik nafasnya lega. Cewek dengan kaos oversize itu segera berjalan menuju jendela kamarnya, mengitip dari balik gorden.

Terlihat kedua temannya sedang berbicang-bicang dengan Regan. Wajah mereka terlihat lesu ketika di usir secara halus oleh Regan.

Natta menatap kedua sahabatnya sendu. Tanganya meremas ujung bajunya sendiri merasa kesal dengan dirinya sendiri.

"Maafin gue,"

_Mattheo_


Malam pun tiba, keluarga Mattheo baru saja datang beberapa menit yang lalu.

Kedua belah pihak keluarga sekarang berada di ruang tamu. Dengan Paman dan Bibi Natta sebagai walinya. Paman Natta sudah menceritakan semua tentang kedua orangtuanya.

Natta yang duduk si samping Regan meremat jari-jarinya gugup. Sesekali ia juga menatap Mattheo yang hanya menampilkan wajah datar lurus ke depan.

Mahesa berdehem, mencairkan suasana. "Pertama saya mau minta maaf atas kesalahan yang di perbuat anak saya, saya sungguh-sungguh minta maaf, dan yang kedua saya ingin mempertanggung jawabkan perbuatan anak saya. Mohon restunya," ucap Mahesa formal.

"Saya sebagai wali dari Natta menerima atas lamarannya," ucap Paman Natta.

Mahesa tersenyum tipis, sedangkan Eliana tersenyum lebar mendengarnya. "Pernikahannya akan di adakan 2 hari lagi, lebih cepat lebih baik kan?" Ucap Eliana antusias.

"Tapi Tan—"

"Lebih cepat lebih baik Natta, untuk masalah pernikahannya, biar tante saja yang mengurusnya," sela Elina.

Natta melirik sekilas Mattheo, cowok itu hanya diam, tanpa protes sedikitpun. Cewek itu menghela nafas pasrah.

Mattheo berdehem. "Mattheo mau ngomong," ucapnya.

Mahesa menatap anaknya. "Silahkan,"

"Mattheo pengen sehabis nikah nanti Mattheo dan Natta tinggal di apartemen sendiri, Mattheo pengen mandiri. Kalian juga tidak boleh ikut campur urusan rumah tangga kami, dan semua kebutuhan Natta biar Mattheo yang menanggungnya, karena Natta sudah jadi tanggung jawab Mattheo. Terimakasih, itu saja permintaan Mattheo," jelas Mattheo.

"Gak bisa gitu dong!" protes Regan tak setuju dengan ucapan Mattheo. "Kalian tinggal di sini, mau di kasih makan apa Natta nanti?"

Mattheo menatap datar Regan. "Tenang aja gue bakal magang di perusahaan Papa, jadi lo tenang aja. Adik lo gak bakal kelaperan kalau nikah sama gue,"

Natta sedari tadi hanya diam. Dia tak menyangka Mattheo akan berbuat seperti ini.

"Gimana Pak Burhan?" tanya Mahesa kepada Paman Natta.

"Semua keputusan saya serahkan pada Natta," ucap Pak Burhan—paman Natta dan Regan.

Mahesa kini beralih menatap Natta. "Gimana Natta?"

Natta melirik sekilas ke arah Mattheo, cowok itu hanya menampilkan muka datar andalannya. Akhirnya cewek itu mengangguk sebagai respon.

"Jadi sudah di tentukan, pernikahannya akan di lakukan 2 hari lagi," ucap Mahesa.

Tbc.

Part gaje. Dah sedikit lupa sama alurnya. Maaf kalau gak sesuai ekspektasi. Gw sebenarnya mau berhenti aja, soalnya nih akun kemaren gak bisa dibuka, tapi gmn ya? Di pikir ² gak papa lanjutin deh.

Jangan lupa untuk vote and comen

Mattheo [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang