11||NANAS

23.4K 908 19
                                    

Mattheo memakirkan motornya di parkiran SMA Perdana, beberapa siswa-siswi melirik sambil berbisik-bisik. Mattheo hanya diam, tak juga merespon siswa-siswi itu. Menurutnya mereka itu sekumpulan orang yang tidak penting.

"Matt," Angkasa menepuk pundak kanan Mattheo. Sontak cowok itu menoleh menatap Angkasa.

"Hm?" Dehemnya.

"Lo gak papa kan?"

Mattheo mengeryit bingung. "Emang kenapa?"

Angkasa melirik beberapa siswa-siswi yang masih berbisik-bisik. Mattheo mengangguk paham, cowok itu menggeleng, lalu pergi begitu saja menuju kelas.

Angkasa mendengus kesal melihat kelakuan temannya yang satu itu. "Sabar punya temen kek gitu,"

Mattheo menatap lurus ke depan, tak menghiraukan bisik-bisik dari beberapa siswa yang berlalu lalang melewatinya.

"Gue gak nyangka Mattheo kek gitu,"

"Brengsek banget,"

"Padahal kek anak baik gitu,"

"Diam-diam menghanyutkan,"

"Kenapa juga temennya masih mau temenan ama dia?"

Mattheo menghiraukan semua itu. Tatapannya masih lurus ke depan dengan wajah datar andalannya. Dia sudah tau resiko semua tindakan yang ia lakukan.

"Matt," panggil Joko. Cowok itu merangkul bahu Mattheo.

Mattheo mendengus pelan, lalu menyingkirkan tangan Joko. Sedangkan Joko mendengus pelan melihat respon Mattheo.

"Gimana sama malam pertamanya?" tanya Joko menaik turunkan alisnya sembari tersenyum aneh. Cowok itu juga mencondongkan wajahnya tepat di depan Mattheo.

Mattheo mendorong kepala Joko. Cowok itu tanpa menjawab pertanyaan Joko langsung pergi meninggalkan cowok itu sendiri.

Dibelakang Joko sudah misuh-misuh. "HEH! ANJING GUE DI TINGGAL SENDIRI," teriaknya.

_Mattheo_

Natta menatap televisi yang menyala bosan. Bibirnya mengerucut menatap jam masih menunjukkan pukul 10 pagi. Dia bosan. Ia sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, seperti merapikan kamarnya, mencuci baju, menyapu, dan juga mencuci piring.

Tangannya mengambil handphone-nya yang berada di atas meja. Tangannya mencari-cari kontak bernama "Es" alis Mattheo. Cewek itu mendapat nomer Mattheo dari Mama Eliana.

Es

Ijin keluar
10.14

Natta mendengus kesal ketika tak mendapat jawaban dari Mattheo. Cewek itu menepuk jidatnya lupa, sekarang masih jam pelajaran.

"Bego banget sih lo Nat, keluar gak papa kalik. Lagian dah izin," monolognya lalu mulai bersiap-siap untuk pergi.

Natta hanya memakai Hoodie berwarna merah muda dan juga rok selutut sebagai bawahannya. Tas selempang tak lupa ia bawa. Cewek itu segera pergi keluar dari apartemen menghilangkan bosannya. Natta hanya berjalan-jalan di sekitar saja, menatap para pengendara.

Mata Natta seketika berbinar melihat pedagang cilor. Langkahnya langsung tertuju ke pedagang cilor. "Bang beli ya 10.000, yang pedes," ucapnya seraya menyerahkan uangnya 10. 000. 

"Siapp neng," tangan pedagang itu dengan cekatan membuatkan pesanan Natta. Tak berapa lama pesanan Natta jadi, Abang pedagang itu memberikan pesanan yang di sambut semangat oleh Natta.

"Makasih ya Bang," ujarnya lalu pergi melanjutkan jalan-jalannya. Natta memilih pergi ke taman yang berada tak jauh dari Apartemen.

Natta mendudukan bokongnya di bangku taman sembari menatap beberapa anak kecil yang tengah berlari-lari senang. Tangan Natta tiba-tiba terangkat mengelus perutnya sendiri.

"Baik baik ya anak Buna," ucapnya mengelus perutnya yang masih rata.

Natta melihat jam di tangannya. Jam 12. 30. Tak terasa Natta sudah keluar apartemen sudah hampir 3 jam.

Natta berjalan untuk kembali ke apartemen, ia belum melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Sambil berjalan cewek itu melihat beberapa pedagang yang tengah berjualan, matanya langsung tertuju pada rujak yang terlihat menggiurkan. Tanpa lama-lama lagi cewek dengan balutan Hoodie itu melangkah kakinya untuk membeli rujak.

"Ibuk mau beli rujaknya satu," ujarnya terlihat semangat.

"Pedes atau sedang?"  tanya ibu-ibu itu.

"Pedes ya,"

"Okey siap, di tunggu ya,"

Tak beberapa lama, pesanan cewek itu jadi, Natta menyerahkan uang 20.000 lalu berlalu pergi setelah mengucapkan terimakasih.

Sesampainya di depan apartemen, cewek itu berhenti, mengingat-ingat berapa sandi apartemen Mattheo.

"Ih bego, gue gak inget sandinya," ucapnya.

Tangannya merogoh ponselnya, dan melihat pesan yang tadi ia kirim masih centang satu abu-abu. Natta mendengus pelan. Bibirnya mengerucut sebal.

"Kalau gini ceritanya nunggu Mattheo pulang aja sambil makan rujak," tangannya membuka bungkus rujak yang terlihat menggoda untuk segera di makan. Cewek itu duduk di lantai tanpa alas.

Natta mengambil satu buah Nanas yang sudah di lumuri sambal rujak, bibirnya sudah siap merasakan nikmatnya rujak, tapi sebuah tangan menghentikan tangannya.

Natta mendongak menatap siapa yang berani-beraninya mengganggu acara makannya. Mattheo. Cowok itu segera menarik Natta untuk berdiri. Tangan cowok itu segera menuntun tangan Natta untuk berada didepan bibirnya. Mattheo segera memakan Nanas yang ingin di makan cewek itu tadi.

Natta mengerjap pelan melihat kelakuan Mattheo. Seperkian detik ia hanya diam, lalu wajah cewek itu memberengut kesal. "Kenapa di makan sih?! Gue beli pakek uang sendiri, mana panas yang nunggu lagi," ucapnya kesal.

"Keguguran," ucap Mattheo.

"Hah?!" Beo Natta.

Mattheo berdecak sembari menekan sandi apartemennya. "Nanas bisa bikin keguguran," jelasnya lalu segera masuk ke apartemen di ikuti Natta.

"Hah?! Masa'?! Kok lo gak kasih tau gue sih?!" kesal Natta. Tangannya mengelus perutnya. "Maafin Buna ya, Buna gak tau. Untung aja gak jadi," ucapnya seraya mengelus perutnya pelan.

"Tadi gue dah kasih tau," ucap Mattheo lalu cowok itu memasuki kamarnya.

Natta mendengus. Bibirnya mendumel menyumpah serapahi Mattheo. "Nyebelin banget sih," ucapnya geregetan.

Tbc.

Maaf kalau di part ini kalian kurang puas atau gimana. Sumpah gw nya lagi pusing nyari alur, mana lagi pusing juga hafalan.

Gw liat liat kok beda jauh vote sama pembaca, gwnya jadi rada gimana gitu.

Untuk yang udah selalu vote dan comen makasih banget ya.

Jangan lupa vote and comen yang banyak ya

See youu

Mattheo [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang