23

24K 882 59
                                    

"NATTA!"

Natta menoleh. Ia terkejut melihat Zea yang juga tengah menatapnya terkejut. Seketika Natta bersembunyi di balik punggung Mattheo.

"Lo kemana aja?! Abang lo engga mau kasih tau apa-apa soal lo," ujar Zea. Zea menatap inti Geng Gravitas tajam. "Dan kalian nyembunyiin dia dari gue hah?! Tega ya kalian," Angkasa yang di belakang Zea pun hanya diam saja.

Natta meremas tangan Mattheo yang di genggamannya. Jujur saja, dia masih belum siap bertemu sahabatnya itu.

"Gue kecewa sama lo Nat," ucap Zea.

"Biar gue jelasin, di sini yang salah gue, lo boleh kecewa sama Natta karena itu hak lo, tapi Natta juga belum siap ketemu lo, lo pasti tau perasaan Natta gimana sekarang. Tolong lo ngertiin," ucap Mattheo panjang lebar.

"Seharusnya lo paham juga, gue butuh penjelasan, cuma itu, gue ngerasa gagal jadi sahabat kalau gini" ujar Zea mengutarakan isi hatinya.

"Maaf Ze, cuma gue belum siap ketemu lo sama Joe, gue masih takut," ujar Natta menatap mata Zea yang sudah berkaca-kaca. "Sorry Ze, gue bener-bener minta maaf,"

Zea menghampiri Natta lalu memeluk cewek itu. "Gak papa gue juga tau perasaan Lo gimana, besok kita temui Joe oke? Dia juga butuh penjelasan,"

Natta mengangguk dalam pelukan Zea. "Iyaa,"

"Udahlan anjir melow nya, nih Garra dah dateng," ujar Nathan.

Natta yang mendengar itu langsung berbinar senang. "Mana! Pesanan gue mana Garra?" Todong cewek itu.

Garra menyerahkan plastik yang berisi sate 10 bungkus kepada Natta. Dengan semangat 45 cewek itu duduk lesehan di depan meja lalu membuka satu persatu bungkusnya dan dengan lahap memakannya.

"Rakus amat lo Nat, bagi-bagi napa," ujar Zea. Sedikit tergiur dengan sate berbubu itu.

"Beli dong, ini semuaaaa punya gue," ujar Natta sambil menunjuk semua makanannya.

"Nyenyenye,"

Mattheo menghampiri Natta yang tengah lahap makan. "Habis ini pulang ya," ucap Mattheo.

Natta mengangguk saja. "Bayar Matt, tadi Garra yang beliin," ujar cewek itu dengan mulut penuh.

Mattheo mengangguk lalu membuka dompetnya. "Berapa Gar?"

Garra menggeleng. "Gak usah Matt,"

Mattheo mengangguk lalu kembali memasukkan dompetnya.

"Matt udah," ucap Natta menatap Mattheo yang juga tengah menatapnya.

Mattheo mengangguk. "Gue pulang dulu," pamitnya pada teman-temannya.

Natta melambaikan tangannya. "Papay semua,"

"PAPAYY," sahut semua anak Gravitas yang ada di sana.

"JANGAN LUPA YA NAT BESOK!" teriak Zea.

Natta mengacungkan jempolnya.

Mattheo segera memasuki mobilnya diikuti Natta. "Mattheo nanti mampir ke warung bakso Pak Nuri ya," pinta Natta.

Mattheo hanya mengangguk saja menyetujui. Di perjalanan hanya ada keheningan saja. Mattheo yang memang tidak banyak bicara dan Natta yang malas berbicara.

Mata Natta terpaku pada seorang perempuan yang kini tengah mengulurkan tangannya mencoba mengstop mobil Mattheo.

Akhirnya Mattheo memberhentikan mobilnya. Mattheo menurunkan kaca mobilnya.

"Mattheo gue boleh nebeng gak? Please mantan gue kejar-kejar gue terus, gue nunggu taxi juga gak ada," ujar Aila.

Natta mendengus tidak suka. Cewek itu membuang wajahnya keluar jendela.

Mattheo hanya mengangguk saja. Lalu Aila masuk mobil Mattheo di kursi belakang.

"Gue boleh ikut kalian dulu gak? Gue takutnya mantan gue ke rumah gue," ujar Aila.

Mattheo mengangguk saja, sedangkan Natta sudah mendengus malas, seketika moodnya anjlok.

"Matt pulang aja, gue udah gak mood makan bakso," ujar Natta yang di angguki Mattheo.

Mattheo segera menjalankan mobilnya menuju apartemen. Suasana mobil pun sunyi tidak ada yang berbicara sampai di basement gedung apartemen.

Natta segera turun dari mobil di ikuti Mattheo dan Aila. Natta segera memasuki lift dan dua orang itu segera menyusul. Melihat gelagat Natta yang aneh membuat Mattheo bingung.

"Lo duduk aja, kalau mau minum dapurnya ada di sana," ujar Mattheo menujuk ke arah dapur yang terlihat dari ruang tamu.

"Lo gak mau temenin gue? Gue kan tamu," ucap Aila.

Mattheo tidak menjawab. Cowok itu langsung pergi begitu saja menyusul Natta yang sudah pergi ke kamar mereka. Langkah lebarnya berjalan menuju kamar.

"Natta," panggil Mattheo. Tapi tidak ada sahutan.

Sedangkan Natta tengah tertidur dengan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya. Sebenarnya ia hanya pura-pura tidur untuk menyembunyikan rasa cemburunya.

Mattheo membuka selimut yang dipakai Natta sampai ke perut. Membenarkan cara tidur cewek itu lalu mencium keningnya sekilas.

Mattheo melihat perut Natta lalu mengelusnya sekilas. "Baik baik disana," ucapnya lalu melenggang pergi keluar kamar.

Natta yang memang pura-pura tertidur mengigit bibirnya untuk tidak berteriak. Pipinya memanas, bibirnya tak kuat untuk tidak tersenyum.

TBC.

Vote+comen

Mattheo [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang