Natta membuka matanya ketika sinar matahari bersinar terang mengganggu tidurnya. Ia lalu menoleh ke arah samping dan sudah tidak menemukan Mattheo di sampingnya.
Natta mendudukkan dirinya, mengingat apa yang terjadi tadi malam. Tangannya mengelus pelan perutnya yang semakin membesar. Ia lalu mulai turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Selesai mencuci wajah Natta menuju dapur, ternyata sudah ada semangkuk bubur ayam dan juga segelas susu ibu hamil. Mungkin Mattheo sudah berangkat sekolah. Ia kemudian mendudukkan dirinya di kursi meja makan dan mulai makan dengan tenang.
Selesai makan Natta mencuci piring lalu duduk di sofa depan televisi. Ia melamun. Dia juga merasa bersalah atas apa yang menimpa Mattheo, seharusnya dia tidak menikah dengan Mattheo dan membuat Mattheo tidak bisa mengejarkan cintanya. Walau semalam Mattheo sudah menjawab semua pertanyaan yang ada di benaknya namun, ia merasa bersalah sekarang.
Mata Natta mulai memanas, air matanya turun dengan sendirinya. Lagi, lagi merasa bersalah. Natta merebahkan dirinya, lalu lama kelamaan ia kelelahan dan tertidur.
Sore harinya Mattheo pulang dengan menenteng plastik dari Aprilmart, pandangannya langsung jatuh ke arah Natta yang tengah tertidur pulas.
Mattheo menghampiri Natta lalu menatap mata Natta yang terpejam dalam. Dengan pelan ia mencium kening Natta lama. Mattheo menggoyangkan badan Natta pelan membangunkan cewek itu. "Bangun Natt," ucapnya.
Natta mengerjapkan matanya, lalu mulai mendudukkan dirinya menatap Mattheo yang sudah ada di depannya masih menggunakan seragam sekolah. "Ehh udah pulang mat,"
Mattheo mengangguk, ia lalu menyerahkan plastik yang ia bawa tadi. Natta mengerutkan keningnya bingung.
"Di makan," ucap Mattheo.
Natta mengangguk lalu membukanya. Di dalamnya banyak sekali makanan ringan dan es krim. Cewek itu lalu tersenyum melihatnya. "Makasih Mattheo, tau aja apa yang gue pengen hehehehe," ujar Natta.
Mattheo mengangguk. Natta dengan excited membuka satu bungkus es krim rasa kacang hijau. Ketika ingin makan, tiba-tiba perutnya berbunyi. Natta tersenyum canggung ketika mendengar perutnya berbunyi.
Dengan sigap Mattheo mengambil semua jajanan yang ada di pangkuan Natta dan juga es krim yang sedang Natta pegang. "Siang udah makan?" Tanyanya.
Natta lalu menggeleng pelan.
Wajah Mattheo langsung berubah keruh. "Kenapa belum?? Kalau lo sakit gimana?? Kalau bayinya nanti sakit gimana? Inget nat lo gak bawa satu nyawa, ada nyawa lain di perut lo, jangan males males makan," omel Mattheo.
Natta menunduk dalam. "Maaf Matt, tadi gue ketiduran" ucap Natta merasa bersalah.
Mattheo menghela nafasnya. Kemudian ia berdiri lalu pergi menuju dapur di ekori oleh Natta. Mattheo berbalik ketika sadar di ekori oleh Natta. "Lo diem di sana, tunggu gue selesai masak," ucapnya sembari menunjuk meja makan.
Natta dengan patuh langsung pergi ke meja makan dan duduk di salah satu kursi di sana. Natta menatap Mattheo yang sedang masak, perawakannya yang besar dan juga gagah, di tambah lagi dia tinggi, bisa masak, anak motor, perhatian, kaya, walau minusnya cuek, ia merasa beruntung sekali memiliki suami seperti dia, tapi apakah dia juga merasakan hal yang sama beruntung mendapat istri seperti ia??
Tak
Mattheo menyentil kening Natta yang tengah melamun. Natta tersadar setelahnya. Sudah ada sepiring nasi dengan udang asam manis dab juga tak lupa segelas air putih. Mattheo lalu juga ikut menyusul duduk di samping Natta dengan piring berisi nasi dan juga udang. "Makan, atau mau gue suapin?" Tanya Mattheo.
Natta menatap Mattheo sebentar lalu berucap. "Mau di suapin, tapi inget ini bukan keinginan gue ya, tapi keinginan bayinya, gue ngidam,"
Mattheo terkekeh pelan lalu mengangguk. Ia mulai mengambil piring Natta dan menyendok nasi berserta lauknya kemudian mendekatkannya di bibir Natta dengan senang hati Natta menerimanya. "Enak?" Tanya Mattheo.
Natta dengan semangat mengangguk. "Enakkk bangetttt," ujarnya sembari tersenyum lebar dan juga mengacungkan dua jempolnya.
Mattheo tersenyum melihat itu dan seketika Natta terpana. Senyum Mattheo manis sekali. Mattheo yang melihat itu terkekeh. "Kenapa? Ganteng ya senyum gue?" Tanya Mattheo.
Natta yang mendengar itu seketika malu. Ia lalu memukul lengan Mattheo pelan. "Apasi gak ya!!! Lo jelekkk!"
Mattheo tertawa melihat Natta yang tengah kesal. Lucu sekali batinnya. "Yakin gue jelek?" Tanya Mattheo lagi.
Natta mengangguk yakin. "Iya lo jelek, gantengan temen lo itu si joko," ucap Natta.
Mattheo seketika mendatarkan wajahnya. "Oh," ucap Mattheo.
Natta yang melihat itu panik. Tapi sebentar, apakah Mattheo tengah ngambek saat ini?? Astagaaa Natta menjadi tertawa saat pikiran itu terlihat di benaknya. "Lo ngambek Matt?" Tanya Natta.
"Gak," jawab Mattheo.
"Masaa siiii," tanya Natta sembari menoel dagu Mattheo menggoda.
Mattheo dengan cepat menyodorkan sesedok nasi dengan penuh nasi dan juga udang yang langsung di lahap oleh Natta.
Setelah di telan Natta kembali menggoda Mattheo. "Ngambek ya lo? Ngaku dehhh, utututuutuuuu lo bisa ngambek juga ya," ucap Natta.
Mattheo yang tengah makan hanya diam saja malas menanggapi. "Yahhh ngambek beneran," ucap Natta.
Lalu dengan iseng Natta mencium cepat pipi Mattheo. "Jangan ngambekk lagi ya Mamat, Mamat ganteng kok banget polll dehhh," ucapnya lalu berlari cepat menuju kamarnya.
Mattheo yang mendapatkan perlakuan seperti itu seketika tersenyum simpul. "Ada-ada aja," gumamnya pelan.
Tbc.
Uppp lagi si mamattt dan nanattt
Jan lupa vote sama komen gaysss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mattheo [ END ]
Teen Fiction"SIAPA YANG HAMILIN ADIK GUE?!" "JAWAB!!" "Gue," ........... Mattheo Artha Winata, sang wakil ketua Geng Gravista, bersifat dingin, cuek, dan pelit ekspresi. Cowok yang tidak pernah terlihat berdekatan dengan seorang cewek manapun, kini tiba-tiba sa...