26

15.1K 492 31
                                    

Natta cemberut. Jam menunjukkan pukul 9 pagi, Mattheo sedang pergi ke markas, sedangkan dia di tinggal sendiri di apartemen. Dia mencari laptopnya yang tidak ada, setelah di ingat-ingat ternyata ada di dalam kamar Mattheo. Segera ia pergi ke kamar sebelah.

Natta membuka kamar Mattheo. Matanya mengedar mencari laptopnya. Ternyata berada di atas meja belajar Mattheo. Ia segera mengambil laptopnya.

Padangan mata Natta terhenti pada sebuah kotak berwarna hitam dengan hiasan pita di atasnya. Karena penasaran ia membuka kotak itu. Ada sebuah surat dan setangkai bunga mawar di dalamnya, ada juga sebuah foto lelaki dan perempuan tengah tersenyum manis menghadap kamera.

Natta menatap foto itu. Itu foto Mattheo dan Aila, mereka terlihat tersenyum bahagia. Dadanya berdesir sakit. Ia mengambil sebuah surat tadi lalu membacanya.

Dear kak Aila

Waktu pertama aku liat kak Aila, aku langsung jatuh cinta saat itu juga. Senyum kaka, tawa kaka, cara kaka berbicara, semua aku suka.
Tapi sayang....
Kaka sudah menjadi milik orang lain.
Aku hanya ingin mengutarakan isi hatiku dengan ini, untuk terkahir kalinya sebelum aku benar-benar melupakan kaka.
Makasih sudah menjadi alasan untuk aku tersenyum walau hanya sebentar.
Semoga kaka bahagia selalu.
I love you kak♥

Dari penggemar rahasiamu

Natta menutup mulutnya membaca surat itu. Ia menggenggamnya erat. Bibirnya bergetar. Ia sudah berharap lebih pada Mattheo. Dia mulai nyaman, walaupun Mattheo cuek tapi dia perhatian. Benar kata orang, jangan terlalu berharap, karena pasti akan menyakitkan kenyataannya.

Natta segera mengembalikan foto dan suratnya seperti semula. Mengambil laptopnya lalu segera keluar dari kamar Mattheo.

Natta memasuki kamarnya. Ia menangis tersedu-sedu. Seharusnya ia menolak pernikahan ini, seharusnya ia jujur pada semua orang bahwa bukan Mattheo yang menghamilinya. Ia menjadi merasa bersalah pada Mattheo.

Natta membaringkan dirinya di kasur, lalu menutup seluruhnya badannya dengan selimut. Ia menangis dalam diam, kepalanya sakit. Ini dia yang dia tidak suka saat menangis, kepalanya menjadi sakit hingga rasanya ingin ia pukul. Tapi dia bisa menahan itu.

Lama kelamaan Natta kelelahan dan akhirnya tertidur.

...

Jam menunjukkan pukul satu siang. Mattheo baru saja membuka pintu apartemen. Matanya menelisik penjuru ruangan. Tidak ada tanda-tanda Natta ada. Apartemen terlihat sepi, biasanya ia akan melihat Natta yang tengah menonton tv sembari tiduran.

Mattheo kemudian pergi ke kamar Natta. Dan benar saja, perempuan yang ia cari-cari tengah tertidur dengan pulasnya. Matanya masih terlihat sembab. Mattheo menatap Natta dalam. Tangannya menepuk-nepuk pelan lengan Natta."Nat bangun, makan dulu," ucapnya.

Natta menggeliat pelan. Matanya menyipit menyesuaikan cahaya, " nanti saja,"

"Ini udah siang Nat, makan dulu. Lo mau keluar nemuin temen lo kan?"

Natta kemudian tersadar. Ia lupa hari ini ada janji dengan Zea dan Joe. Perempuan itu lalu terduduk, menatap Mattheo sekilas lalu membuang muka.

"Mandi terus makan, nanti gue anter," ujar Mattheo lalu keluar dari kamar Natta.

Tanpa sadar mata Natta kembali berair. Ia segera menghapus air matanya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selesainya berganti baju dan bersiap untuk pergi bertemu Zea dan Joe di sebuah caffe, ia keluar dari kamarnya. Menatap Mattheo yang juga tengah menatapnya. "Makan dulu, udah gue buatin nasgor,"

Natta mengangguk lalu segera menuju meja makan. Ia segera memakan nasi gorengnya dengan lahap sampai-sampai ia tersedak. Mattheo segera menyodorkan segelas air putih kepada Natta, dengan cekatan ia membantu perempuan itu untuk minum sembari mengelus-elus punggungnya.

"Lain kali hati-hati okey?"

Natta mengangguk menanggapi. Setelah selesai makan, mereka pergi keluar apartemen dan segera berangkat ke caffe tempat tujuan. Di dalam mobil hanya ada keheningan saja, Natta yang malas berbicara dan Mattheo yang memang dasarnya seperti itu. Walau ia agak heran dengan perubahan sikap Natta yang terkesan menjadi pendiam.

Sesampainya di depan caffe Natta segera turun dari mobil, tapi sebelum itu Mattheo memberikan kartu atm-nya," pakek ini kalau mau beli sesuatu," ucap Mattheo.

Natta mengangguk, "makasih," lalu segera pergi memasuki caffe. Mattheo yang melihatnya jadi heran.

Natta melihat kedua temannya yang sudah berada di dalam caffe tempat mereka bertemu. Zea melambaikan tangannya, Natta segera ke sana lalu duduk di depan mereka. Mereka lalu berpelukan melepas rindu.

"Lo kemana aja Nat, kita kangen,"  ucap Joe sembari menghapus air matanya. Mereka lalu melepaskan pelukannya.

Natta menatap Zea dan Joe, "maaf ya selama ini gue kabur-kaburan dari kalian," ujar Natta.

"Gak papa, kita ngertiin kok," jawab Zea.

"Sekarang coba cerita semuanya kek kita, ada apa sebenernya," pinta Joe.

Natta menatap kedua sahabatnya. Ia kemudian menceritakan secara perlahan, tentu saja yang ia karang sendiri. Dia masih belum bisa bercerita yang sebenarnya, takut ada yang mendengar. Sekarang cukup Mattheo dan dia saja yang tau.

"Yang sabar ya Nat, gue sama joe janji bakal ada setiap lo butuh bantuan," ujar Zea. Joe pun mengangguk.

"Kalau butuh bantuan jangan sungkan buat calling kita," lanjut Joe.

Natta mengangguk lalu tersenyum simpul. "Makasih karena masih mau menerima gue,"

Tbc.

Hello balik lagii sama si Mamat
Apa kabar kalian??? Baik?
Maaf ya Manat jarang update, udah 1 tahun gue tinggalin dan telantarin. 1 tahun ini juga gue lagi kena musibah, sakit sakitan mulu, masuk rs 2 kali, di tambah gue sibuk sama praktek praktek. Yang udah setia nungguin Mamat makasiiiii bangettt, piyuu piyuuu sekebon buat kalian. See you next chapter, gue usahain cepet up yaaa

Mattheo [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang