"Sial. Voldemort benar benar jelek. Ia lebih jelek dari yang ku duga." Bisik Justin disertai wajah jijik nya. [Name] hanya diam. Dia melihat dengan seksama pemandangan di depan nya. Para Pelahap maut yang berkerumun serta Hagrid yang sedang menggendong seseorang.
"Apa Hagrid sudah punya anak? Anak nya besar juga untuk ukuran bayi. Tapi, kok mirip seseorang ya?" Justin berbicara dengan suara serak nya. Bukan serak serak seksi, tapi serak serak mau sekarat.
"Aku berharap dia bukan Harry. Untuk apa Harry di gendong. Iya kan? Justin pikiran ku kacau." Justin menepuk pelan pundak sahabat nya.
"Ya. Kuharap bukan si Potter itu. Berdo'a saja, [Name]." [Name] mengangguk lesu.
"HARRY POTTER IS DEAD!"
"Aku salah dengar kan?!" [Name] berlari kebedepan namun segera di cegah oleh Justin.
"APA YANG KAU LAKUKAN!" Teriak si surai ungu pada botak tak berhidung.
"Gadis bodoh." Desis Voldemort.
Justin memegang kedua pundak [Name] dan membawanya mundur.
"Bodoh. Kebodohan mu melebihi diriku, [Name]." Gumam Justin tak percaya. Hell, dia bingung bagaimana bisa berteman dan bersahabat dengan makhluk model begini.
"Harry..... Padahal kau janji akan membelikan ku Penthouse seharga 5 m." Lirih [Name] memegang wajah nya frustasi.
Semua orang terbelalak ketika Harry berguling jatuh. Pria itu mengeluarkan tongkat nya dan mengacungkan nya pada Voldemort.
"Oh shit men. Dia menakutkan." Desis Justin kagum. [Name] tersenyum lega.
"Akhirnya aku akan mendapatkan penthouse, terimakasih sudah bertahan Harry."
"Aku tahu apa yang ada di pikiran mu, [Name]. Jangan memikirkan penthouse terus, dasar mata duitan."
"Haha aku hanya bercanda. Jangan di bawa serius, Justin."
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
"Sial sial sial. Dari tadi aku tidak bisa menemukan mum dan dad. Dimana sih mereka?!" [Name] berlari panik menyusuri lorong Hogwarts. Tidak memperdulikan banyak nya reruntuhan yang menimpa nya.
"Semoga mereka baik baik saja."
"TOLONG! ADA SESEORANG DI SINI! TOLONG MEREKA!" [Name] bergelonjak kaget mendengar teriakan anak kelas 3.
"Ada apa? Kenapa? Apa yang terjadi?" Panik [Name]. Pikiran nya kacau. Ia terus memikirkan keluarga nya dan Harry. Ia takut ada sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi.
"Ada orang di bawah reruntuhan ini hiks, baru ini terlalu besar a-aku tidak cukup kuat untuk membantu. Hiks mereka seperti nya kehabisan nafas." [Name] membulatkan matanya ketika melihat tangan seseorang yang masih lengkap dengan sarung tangan nya.
"Ini. Sarung tangan milik ibu ku." Lirih nya. Gadis kelas tiga itu menutup mulut nya menahan tangis agar tidak membuat [Name] sedih.
"Bisakah kau mengangkat nya?" Tanya gadis itu. [Name] mengangguk mantap.
"Iya. Apapun untuk orang tuaku." Gadis itu memandang [Name] kagum.
[Name] mengeluarkan tongkat nya dan perlahan menghancurkan batu besar yang menimpa orang tadi.
"MENYINGKIR! KAU BISA KENA!" Gadis itu langsung jatuh kebelakang saat mendengar teriakan dari [Name].
"MUM! DAD!"
[Name] berlari dan menyingkirkan sisa sisa kerikil. Ia memangku kepala wanita yang telah melahirkan nya.
Ia mengusap dahi tonks yang penuh darah dan mengusap wajah ibunya.
"Mum. Kau bisa dengar aku?" [Name] menyentuh denyut nadi tonks.
"Lemah. Keadaan mu mulai melemah. Tolong, bertahanlah untuk ku." Wajah tonks di banjiri air mata [Name].
"S-sayang? Ini [Name] kan?" [Name] memeluk tonks saat mendengar ibunya berbisik kecil.
"Ya. Ini aku, anak nakal mu." Tonks terkekeh pelan. Dengan sisa kekuatan nya ia menggenggam tangan [Name].
"Dulu, tangan mu sangat kecil dan rapuh. Sekarang tangan mu sudah banyak membantu orang orang, bahkan orang tuamu sendiri. Mum sangat bangga pada mu, [Name]." [Name] masih menangis. Hal yang paling ia takutkan adalah kehilangan ibu nya.
[Name] sedari dulu selalu berlindung di balik punggung Tonks, baginya Tonks adalah pahlawan setelah Remus.
"Gadis kecil ku sudah tumbuh besar ya. Teruslah hidup sayang. Mum menyayangi mu." [Name] menggeleng pelan.
"[Name]. Tolong jangan lepas tangan mum dari dad mu. Biarkan kami pergi bersama."
"Tidak. Kumohon bertahan untuk ku. A-aku takut."
"Semua yang ada di dunia ini tidak abadi, sayang. Yang hidup akan kembali ke sisi tuhan. Dan mungkin ini sudah waktunya untuk mum dan dad pergi." Tonks melirik kearah suaminya yang sudah pucat dan membiru.
"Aku menyayangimu."
"Tolong relakan mum dan dad, ya?"
[Name] memegang tangan Tonks dan juga lupin. Tonks tersenyum dan perlahan menggenggam tangan Remus.
"Aku akan selalu mendoakan kalian." [Name] menyatukan dahi nya pada dahi ibunya. Tak peduli seberapa kotor dan penuh darah wajah ibunya.
Anak kelas tiga itu menyatukan tangan nya dan berdoa untuk orang tua [Name]. Ia menunduk dan mulai berdoa.
"Aku menyayangi kalian."
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
[Name] menutup wajah ayahnya, di aula sudah banyak mayat yang di urus. Sekarang [Name] memikirkan sesuatu.
DIMANA TEDDY!
"Teddy baik baik saja, kan? Ayolah [Name], coba untuk berpikir jernih."
[Name] memandang sekitar dengan tatapan sendu. Banyak teman teman nya yang gugur dengan ikhlas dan lapang dada. Ia juga melihat Fred yang tergeletak kaku dan George yang terus memeluk kembaran nya.
"Voldemort. Kau memang tidak punya hati, dasar makhluk terkutuk."
"Teddy, kau dimana?" [Name] jatuh terduduk dan mengusap wajah nya kasar.
Beberapa orang berlari, menarik perhatian nya. Ia menoleh pelan melihat segerombolan laki laki menggendong tubuh seseorang yang sudah tak berdaya.
[Name] berdiri panik dengan tatapan tak percaya.
"Kumohon. Jangan lagi."
***
Di chap sebelum nya aku sempet nanya siapa yang mau di tumbal kan. Well.... Ada beberapa yang gak pilih, ada yang memilih jangan ada tumbal dan ada yang pilih [Name] aja yang mati.
Sebenernya aku pengen bikin si idiot [Name] ini mati. Tapi aku bingung Harry dengan siapa, sedangkan aku sudah pasangkan Ginny dengan Dean.
Aku sih pengen nya Harry melajang dan memilih untuk mengadopsi anak dan hidup bahagia.
Tapi di pikir pikir aku pengen buat [Name] tersiksa dengan melenyapkan orang tua nya HAHAHA!
Ya... Aku minta maaf kalau kalian gak suka Tonks dan Remus menutup mata selamanya 🙏
I'm so sorry 🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
ɪ ʟɪᴋᴇ ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇꜱ ✔
FanfictionTAMAT [Name] kiara lupin. anak kedua dari Nymphadora lupin dan remus lupin. [Name] masih merasa bingung dengan perasaan nya sendiri terhadap Harry, sedangkan Harry masih tak berani mengungkapkan perasaan nya. Lalu bagaimana akhirnya dengan kisah m...