33.

1K 193 7
                                    

"Cih. Dasar tubang. Udah mau mati masih aja betingkah." [Name] menggerutu di sepanjang jalan menuju asrama nya. Ia baru saja mengintip anak kelas 2 yang di siksa oleh Amycus Carrow. Niatnya sih ingin membantu. Tapi [Name] sadar. Wand nya sedang di sita. Oleh ayah nya malfoy. Siapa lagi kalau bukan si duta shampo, lucius malfoy.

Dia bukannya mengumpat pada Lucius maupun Amycus. Ia terus melontarkan cacian nya pada Voldemort. Tck mau hidup abadi dan membunuh Harry? Mustahil, kawan.

"Habis darimana?" [Name] masuk ke asrama dan di sambut suara berat Ernie.

"Ngepet." Jawab nya asal. Ernie menggeleng lelah.

"Jawab yang benar sialan."

[Name] tidak terkejut. Setelah insiden pelahap maut menguasai Hogwarts. Anak itu mulai kasar. Bahkan Ernie tampak menjauhi justin, hannah, susan dan [Name].

Entah apa alasan nya. Tapi Ernie berubah total. Tidak ada lagi Ernie yang ceria dan selalu bersama Justin 24 jam.

"Kau tidak usah peduli. Kau bukan teman ku lagi." Jawab [Name] sebelum meninggalkan Ernie yang mematung di tempat.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

"Kau bertengkar dengan Ernie?" Bisik Hannah pelan. [Name] menggeleng.

"Tidak." Jawabnya singkat. Hannah memandang curiga.

"Bohong. Dari tadi Ernie terus terusan memasang wajah menyeramkan pada mu. Apa yang terjadi semalam?"

"Aku hanya bilang bahwa dia bukan teman ku lagi. Ada yang salah?" Hannah melotot kaget. Pantas saja!

"Bodoh [Name] bodoh!" Hannah memukul lengan [Name] berkali kali. [Name] sendiri hanya diam sambil membaca buku kutukan terlarang.

"Dia sendiri yang mulai menjauhi kita. Awal nya aku masih bersikap baik padanya tapi lama kelamaan dia semakin mirip bajingan di luar sana. Bahkan ia terang terangan melayangkan tatapan jijik pada Justin dan Susan. Wajar kan jika aku begini? Jadi, sekarang siapa yang bodoh?" Hannah bungkam. Ia menggeser duduk nya di sofa dan mulai menjauh dari [Name] ia dengan canggung ikut membaca buku.

[Name] menghembuskan napas nya kasar. Ia lelah. Wand nya di sita. Ayah dan ibunya tidak bisa di hubungi, Teddy juga menghilang bagai di telan bumi. Golden trio juga tidak ada kabar. Dan Ernie yang mulai menjauh.

Ia frustasi. Bingung. Marah. Sedih.

Dan sekarang ia tidak punya tempat bersandar.

"Harry. Cepatlah kembali. Aku membutuhkan mu."

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

"[Name]. Ini surat untuk mu. Aku menemukan nya di dekat perapian." [Name] menoleh dan mengambil surat yang di antar barusan oleh anak kelas 5.

Dari Teddy untuk [Name].

Maaf [Name] aku baru memberi kabar. Aku sangat sibuk. Sekarang aku berada di tempat yang jauh. Kau tidak perlu tau, tapi aku baik baik saja. Tenang oke? Kakak mu ini sangat kuat.

Untuk kabar dad dan mom aku tidak tahu. Mengirim mu surat aja aku butuh persiapan selama dua hari. Sangat susah untuk mengirimi mu surat.

Aku harap kau di sana baik baik saja, [Name]. Do'akan aku. Karena aku juga selalu mendoakan mu. Kalau tidak. Berarti kau adik durhaka.

Ingat [Name]. Teruslah waspada. Bahaya bisa datang kapan saja.

Bye adik ku tercinta

[Name] tertawa kecil. Rasa khawatir nya lenyap begitu saja. Untung kakak nya baik baik saja. Setidaknya untuk saat ini mereka baik baik saja. Ya semoga.

"[Name]. Sudah waktunya makan malam. Cepat bergerak. Jangan duduk terus. Nanti pantat mu tepos." [Name] tertawa kecil dan mengangguk. Ia melompat ringan dan memegang pundak Justin. Untung saja teman nya yang tidak waras ini masih setia padanya dan teman teman nya.

"[Name]. Apa kau merindukan Ernie yang dulu?" Tanya Justin tiba-tiba. Mengisi kekosongan selama di perjalanan menuju aula yang gelap dan suram.

"Yap. Teman mana yang tidak merindukan teman lama nya." Justin menunduk. Isi kepala nya hanya di penuhi bagaimana caranya agar pertemanan mereka kembali seperti dulu.

"Tck. Jangan di pikirkan. Nanti juga Ernie pulih lagi. Percaya deh, dia anak baik baik kok. Kemarin kemarin aku hanya terbawa emosi. Tapi kalau di pikir pikir lah perlakuan ku memang tidak pantas. Aku akan minta maaf padanya nanti. Bagaimanapun Ernie teman baik ku." Ucap [Name] yang masih memandang lurus kedepan. Justin menoleh kearah [Name] dan ikut tersenyum kecil.

"Ya.... Ernie anak yang baik. Dan teman yang baik. Aku percaya padanya."

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

"Yah.... Begini lebih baik." [Name] menulis surat untuk Ernie. Mereka. Justin, Hannah, Susan dan dirinya memutuskan untuk memberi hadiah pada Ernie. Ya, siapa tahu anak itu suka. Kita tidak tahu kan?

"Hah~ apa sih yang ada di pikiran si Macmillan itu?" Keluh Justin lelah. Dirinya bersandar pada kursi perpustakaan. Kepala nya mengadah keatas dan menatap langit langit perpustakaan yang tampak kusam dan gelap.

"Tidak ada yang tahu. Aku, dan semuanya. Dia memang aneh." Timpal Hannah malas. Ia sudah muak jika membahas Ernie. Anak itu tiba-tiba saja jadi kasar pada Hannah.

Ya. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Ernie. Kecuali author
(>_<)

"Ah sial. Kuharap bocah itu tidak kemasukan reog."

[Name] mengeryitkan dahi nya. Lagi lagi Justin menyebutkan hal dari muggle yang tidak ia mengerti.

"Harry. Aku rindu otak bodoh mu." [Name] mulai uring-uringan di perpustakaan. Bahkan teman teman nya ikut malas menanggapi [Name].

ɪ ʟɪᴋᴇ ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇꜱ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang