"Kau khawatir padaku? Gila.... Ini lebih menyeramkan daripada melihat tangan ku di injak troll." [Name] memukul pelan bibir kakak nya.
"Diam. Aku masih belum terbiasa dengan mu." Teddy tertawa kecil. Mengabaikan rasa sakit yang masih bersarang di lengan kiri nya yang baru saja di amputasi.
Sekarang ia hanya memiliki satu lengan. Yaitu lengan kanan, kasihan.
"Sudahlah. Lama lama kau akan terbiasa." [Name] hanya diam. Mental nya sudah terguncang dengan orang tuanya yang mati di hadapan nya. Sekarang ia harus menemani kakak nya yang kehilangan sebelah lengan nya.
Teddy tidak bisa menangis ketika tau bahwa orang tuanya telah tiada. Ia hanya bisa berdoa. Air matanya sudah kering akibat menangisi teman teman nya yang pulang lebih dulu.
"Oi. Tidur di sebelahku. Jangan duduk terus. Nanti pant*at mu bisa tepos. Gawat kalau Harry jadi gak minat." [Name] mendelik tajam.
"Mulut mu benar benar kurang ajar, Teddy." Teddy tertawa keras, namun ia langsung terbatuk karena rasa sakit yang luar biasa di perut nya.
"Rasain. Makan tuh karma." Sindir adik nya. Teddy tertawa kecil dan bergerak seolah olah sedang mengunyah.
[Name] tersenyum kecil. Dalam hatinya ia masih bersyukur bahwa kakak nya di beri kesempatan untuk tetap hidup. Setidaknya ia masih punya satu anggota keluarga. Walaupun Teddy menyebalkan nya minta ampun tapi ia tetap menyayangi kakak nya.
"Terimakasih." [Name] berujar sembari menatap lantai tanpa melirik Teddy.
Teddy tersenyum kecil. "Untuk?"
"Karena sudah bertahan sampai detik ini."
"Tentu saja. Aku kan sudah bilang, aku ini kuat."
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
"Semuanya sudah selesai ya?" [Name] bergumam lirih. Ernie, Susan dan Hannah mengangguk senang.
Kalau kalian tanya dimana Justin? Ia sedang di ruang operasi. Ya dia mengalami kejadian parah. Mungkin itu hal yang Tuhan lakukan untuk mengurangi tumpukan dosanya.
"Aku khawatir pada Justin. Kalau operasi nya gagal bagaimana?! Kalau ternyata ada barang yang ketinggalan di perut nya bagaimana?!!!!"
"Gak usah ngaco. Justin anak kuat. Mau ada barang ketinggalan di perutnya juga dia bakal terus panjang umur. Percaya deh." Ucap Ernie sembari tersenyum menatap ruang operasi.
"Hahaha. Benar, lagipula Justin juga sudah berjanji pada kita. Ia bukan orang yang akan mengingkari janji." Timpal Susan.
"Ya, tunggu saja. Seperti nya sebentar lagi selesai."
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
Perang sudah selesai. Hogwarts sedang dalam masa perbaikan. Semua sudah aman.
[Name] dan Justin kembali ke rumah mereka. Rumah yang menjadi saksi mereka kecil hingga dewasa.
"[Name]? Kau mau kemana?" Tanya Teddy bingung. Pasalnya [Name] berjalan lunglai kearah kamar orang tuanya. Padahal kamarnya bukan di sana.
Teddy akhirnya memutuskan untuk mengikuti langkah adiknya. Pelan. [Name] membuka pintu kamar kedua orang tuanya.
Kamar dengan nuansa hangat, dengan tembok ber-cat coklat dan pernak pernik sihir yang khas. Dan bingkai lukisan besar di depan kasur. Yaitu lukisan Teddy dan [Name] saat masih kecil.
Di lukisan itu Teddy merangkul [Name] dan tersenyum lebar di sertai tangan nya yang membentuk piece (✌) dan [Name] yang memamerkan boneka kelinci, dan tak lupa senyum lebarnya.
[Name] dan Teddy tersenyum kecil. [Name] berjalan mengitari ruangan. Namun, ia berhenti di meja kerja ayahnya yang ada di pojok ruangan.
Ia menemukan kertas lusuh. [Name] mengambil kertas itu dan berjalan kearah kasur kedua orang tuanya.
"Eh? Apa Dad pernah menulis surat?" Tanya Teddy bingung. Ia langsung duduk di sebelah [Name] dan memandang kertas itu penasaran.
Untuk kedua anakku
Dad merasakan firasat buruk. Entah kenapa, Dad merasa akan ada hal yang besar akan terjadi.
Untuk jaga jaga Dad menulis surat ini. Ya, kalau semua baik baik saja mungkin Dad akan buru buru masuk kamar dan membakar kertas ini HAHAHA!
Tapi kalau ada yang salah, berarti kalian dapat membaca surat ini.
Anak anakku.....
Kalian adalah hal terindah yang Dad miliki, setelah ibu kalian tentu saja.
Tidak pernah sekalipun terlintas di benak ku akan mendapatkan anak yang luar biasa seperti kalian.
Dad selalu bangga dengan kalian. Walaupun kelakuan kalian yang membuat Dad pusing tujuh keliling. Tapi Dad sangat sangatttt menyayangi kalian.
Dari mulai Teddy. Saat awal kelahiran mu Dad sudah menebak kalau ia akan menjadi seorang yang jahil dan menyebalkan. Dan ternyata benar saja.
Ketika [Name] lahir kau sangat bahagia, Teddy. Kau bahkan selalu menemani [Name] sepanjang waktu. Dari mulai [Name] mandi, makan, tidur pun kau selalu menemaninya.
[Name] pun begitu. Kau selalu tertawa ketika mendengar suara Teddy, saat masih bayi. Kau selalu menggenggam jari telunjuk Teddy. Memori itu membuat Dad bahagia.
Dad bersyukur mempunyai anak seperti kalian. Teruslah bahagia anak anakku.
Terimakasih telah terlahir di dunia ini dan menjadi anakku.
Dan terimakasih telah membuatku menjadi pria paling bahagia di dunia ini.
Dari Remus Lupin.
Ayah Teddy dan [Name] Lupin.***
Yeay. Satu chapter lagi udah tamat....
Makasih banyak yang udah menemaniku di book ini. Makasih juga yang udah setia pada kisah [Name] dan Harry.
Sayang kalian banyak banyak 💗

KAMU SEDANG MEMBACA
ɪ ʟɪᴋᴇ ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇꜱ ✔
FanfictionTAMAT [Name] kiara lupin. anak kedua dari Nymphadora lupin dan remus lupin. [Name] masih merasa bingung dengan perasaan nya sendiri terhadap Harry, sedangkan Harry masih tak berani mengungkapkan perasaan nya. Lalu bagaimana akhirnya dengan kisah m...