"Lihat, Ron. Lavender seperti ingin membunuhmu hidup hidup." [Name] yang sedang makan di meja Gryffindor berbisik pada Ron. Harry dan hermione langsung menatap lavender. Dan benar saja, tatapan lavender benar benar menusuk.
"Hati hati ron. Nyawamu terancam." Bisik [Name] mulai memanas manasi pria Weasley itu.
Harry tertawa gemas, ia memajukan tubuhnya dan mencubit pipi gadis yang berhasil mencuri hatinya itu.
"Ngomong ngomong langit tampak lebih gelap ya. Apakah akan hujan?" Tanya hermione memandang keluar jendela, ya benar sih. Belakangan ini hogwarts tampak suram.
"Ah aku lupa. Semalam dad mengirim ku surat untuk berhati hati, dad bilang mum mimpi buruk sehingga ia menulis surat untuk ku kemarin." Ucap Ron sembari mengeluarkan surat kecil dari kantong celana nya.
"Begitu? Kalau aku sih tidak di kasih apa apa, karena belum lama ini aku bertemu dad di kantor Dumbledore. " Sahut [Name] hermione mengangguk. Seperti nya ayah nya sebentar lagi juga akan mengirim surat.
"Ya. Aku harap ayah ku juga mengabari ku." Ucap hermione mendesah lelah. Kepala nya pening merasakan hawa hawa iblis dari belakang nya. Siapa lagi kalau bukan lavender, seperti nya gadis itu masih dendam.
"Tunggu..... Kalian punya ayah?" [Name], Ron dan Hermione kompak menatap Harry dan tersenyum canggung.
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
"Lihat kamar ku, penuh orang bodoh. Ada yang yatim, dan ada yang-"
"Justin diam. Ini bukan kamar mu, ini meja makan." Ernie menarik kuping Justin dan menyuruh anak itu duduk.
"Kira kira kenapa kita di suruh masuk asrama?" Tanya ernie. Yang pastinya teman temannya tidak tahu.
"Lah gak tau. Tanya aja sana sendiri." Balas Justin ketus. Ernie memutar bola matanya dan mendengus. "Cih, Profesor Sprout aja hilang gak tau kemana."
"Udah udah. Jangan berantem gitu ah, mending kerjain PR aja sana."
"Gak. Mau nyantai aja, emang gak cape apa belajar mulu? Kenapa benda gerak harus di hitung. Kenapa juga kita harus bisa matematika. Kalau belanja juga bukan kita yang hitung, tapi kasir nya." Keluh Justin. Kasihan anak itu, seperti nya otak nya sudah melembek.
"Hidup mu penuh dengan keluhan, justin." Sahut hannah malas. Ya ini masa remaja, apa lagi yang bisa di lakukan selain belajar? Main belum tentu boleh. Pacaran? Kalau ada yang mau. Kalau gak mau ya nasib.
"Ah~~. Ngomong ngomong, si kau-tahu-siapa. Makanan sehari hari nya apa ya? Dia kanibal kah? Atau omnivora, atau karnivora. At-"
"Diam Justin. Jangan ngelantur, capek denger nya." Potong [Name]. Kuping nya kebas mendengar ocehan Justin.
Justin meringsut sedih. "Tck, bosan!!!!"
"Sudah sudah. Kita makan snack aja yuk. Muka kalian seperti gembel, aku jadi kasihan." Susan menatap teman teman nya iba. Lantas ia berdiri dan mengambil camilan yang belum ia buka di kamar nya. Setidaknya camilan itu bisa membangkitkan nyawa mereka.
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
Brak!
"HEI! JANGAN ASAL BANTING PINTU! KALAU COPOT GIMANA HAH!" Hannah berteriak kesal saat murid hufflepuff tahun terakhir membuka pintu sangat keras, bahkan suaranya sampai menggema.
"P-profesor Dumbledore di bunuh." Satu kalimat yang dapat membuat semua anak anak hufflepuff membeku.
"Cepat keluar!" Teriak anak tadi. Yang pastinya semua murid berlari keluar, ada yang sudah menangis dan ada yang diam tak percaya.
"Tidak mungkin kan? Dumbledore itu kuat. Iya kan? Siapa yang berani membunuh penyihir terkuat kita!" Teriak Justin kesal. Hoho dia gak tau aja kalo snape yang bertindak.
"Argh! Jangan berdesak desakan! Dada ku sakit!" Hannah berteriak kesal. Memang benar, dada nya sakit. Ya kalian tahu lah ya.
Di luar sudah banyak murid yang menangis. [Name] menerobos gerombolan murid dan menutup mulut nya. Ia melihat Harry yang memangku kepala Dumbledore dan menangis.
[Name] mendekati Harry dan merangkul lelaki kuat itu, oh malang nya nasib mu, Harry.
Profesor McGonagall memimpin untuk memberi penghormatan pada Dumbledore. [Name] bangun dan mengangkat tongkat nya.
"Sayang sekali kau lebih dulu pergi Profesor, padahal kau masih ngutang setoples permen jeruk padaku." Batin [Name], ia menangis mengingat kala itu. Apalagi Dumbledore sudah terlalu banyak membantu keluarga nya.
"Istirahatlah pak tua. Tugas mu sudah selesai, untuk Harry. Serahkan saja pada Hermione dan Ron. Jangan padaku." [Name] memejamkan matanya. Sakit di dada tak bisa ia pungkiri, Dumbledore sudah seperti keluarga nya. Rasanya sangat kehilangan.
[Name] yang merasa pundaknya di sentuh langsung menengok kebelakang. "Ada apa?" Tanya [Name].
Justin menggeleng kecil. "Mundur sedikit, sebentar lagi mayat Profesor Dumbledore akan di pindahkan."
[Name] mengangguk lesu. Ia memandangi wajah damai pria tua yang ia kagumi. Tertidur untuk selamanya, meninggalkan kenangan manis untuk nya juga keluarga nya.
"Bagaimana dengan Harry? Ia masih diam di sana." Ucap [Name] sembari menunjuk Harry.
Justin melepaskan pundak [Name] dan mendesah pasrah. "Baiklah, bawa di kemari."
[Name] mengangguk. Ia mendekati Harry dan mengelus punggung Harry.
Harry segera memeluk [Name] dan menangis di pundak mulus gadis itu. [Name] tersenyum kecil.
Satu yang ia ketahui. Harry tidak selamanya kuat, pria itu terlalu rapuh untuk [Name] sampai [Name] sangat mencintai nya. Sama seperti Harry. Ia benar-benar mencintai gadis bermarga lupin itu sampai ingin terus melindungi.
Sampai kapan pun mereka akan terus saling membutuhkan dan melengkapi kekurangan.
Entah apa yang akan memisahkan.
Waktu?
Perasaan?
Atau kematian?
Tidak ada yang tahu. Tinggal kita lihat tanggal mainnya. Sebentar lagi Voldemort akan keluar dari sarang nya dan menghancurkan mimpi semua orang.
Berdoa saja agar Voldemort tidak menghancurkan mimpi Harry Potter untuk bisa memiliki [Name] seutuhnya.
***
Jujurly aku bingung mau nulis apa lagi. Menurut ku tulisan dan ide ku makin buruk, tapi masih ada yang mau baca.....Bingung aku tuh...
Tapi...
Makasih buat kalian semua!!!Lope lope deh buat kalian♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ɪ ʟɪᴋᴇ ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇꜱ ✔
Fiksi PenggemarTAMAT [Name] kiara lupin. anak kedua dari Nymphadora lupin dan remus lupin. [Name] masih merasa bingung dengan perasaan nya sendiri terhadap Harry, sedangkan Harry masih tak berani mengungkapkan perasaan nya. Lalu bagaimana akhirnya dengan kisah m...