18.

1.8K 365 29
                                    

"Bagaimana pagi mu, [Name]?" Tanya teddy yang baru saja masuk ke hospital wing.

"Ya, tentu saja sangat baik. Lebih baik daripada melihat wajah mu!" Teddy hanya tertawa melihat adiknya yang marah.

Pasalnya dari kemarin teddy terus mengejek kepala [Name] yang di perban, teddy bilang [Name] sudah seperti mumi. Teddy juga setiap pagi selalu mendatangi adik nya, sudah dua hari [Name] di hospital wing. Dan itu membuat nya jenuh.

"Jangan marah terus dong"

"Bodo ah!"

"Bagaimana kabar potter?" Tanya teddy melihat harry yang masih terbaring di ranjang.

"Mana ku tau" Jawab [Name] sambil menaikan bahu nya.

"Siang ini kau sudah boleh pulang"

"Ya aku tau"

Teddy duduk di samping [Name] dan tersenyum kecil.

"Kenapa kau tersenyum begitu?" Tanya [Name] takut melihat kakak nya yang sudah seperti orang gila.

"Entahlah, aku merasa gagal menjadi seorang kakak"

Dahi [Name] mengkerut mendengar ucapan kakak nya. "Maksud mu apa?"

Teddy terkekeh kecil. "Kau tau? Dad selalu menyuruh ku untuk selalu menjaga mu, tapi lihatlah. Kepala mu yang jelek ini jadi tambah jelek"

"Kau tau, ted? Tadinya aku ingin kasihan padamu. Tapi mendengar hinaan mu aku semakin benci padamu" Balas [Name] dengan kesal, teddy tertawa dan memegang tangan [Name].

"Kau pasti mengerti, aku sering menjahili mu karena apa. Terkadang aku sering merasa sendirian, aku selalu mengganggu mu karena aku suka. Tapi aku tidak pernah berlebihan kan? Dan! Akan ku pastikan yang boleh mengejek mu hanya aku" Sekarang gantian [Name] yang tertawa.

"Ya ya ya, sekarang pergilah. Kau masih ada kelas kan, tapi ingat! Kau harus membeli banyak coklat untuk ku!" Teddy mengangguk dan mengusap kepala adik nya dengan sangat pelan.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya! Sampai jumpa!" [Name] melambaikan tangan pada kakak nya yang baru saja keluar.

Di samping ranjang [Name] terdapat ranjang harry, harry sampai sekarang belum membuka matanya. [Name] sendiri bingung, apakah harry mati? Tidak mungkin kan?.

"Eugh" [Name] menengok dan memutar bola matanya.

"Baru aja di omongin, eh malah bangun"

"A-aku di mana?" Tanya harry masih sedikit lemas.

"Di surga" Jawab [Name] asal.

"Oh pantas, aku melihat bidadari" Jawab harry kembali memejamkan mata.

"Dasar gila. Eh? Tunggu, yang di maksud bidadari aku atau cho? Nanti dia bukannya melihat wajah ku malah melihat wajah cho"

[Name] membenarkan duduk nya dan berbalik badan, ia duduk bersila dan menghadap ke samping ranjang harry.

"Potter!" Panggil [Name] keras, harry yang mendengar namanya di panggil langsung terbangun.

"Ya, ada apa?"

"Siapa aku?" Tanya [Name].

"Jangan bercanda, kau [Name] lupin. Siswi hufflepuff, anak dari remus lupin dan nymphadora lupin"

"Oh baguslah kalau kau ingat"

"Apa yang terjadi pada ku? Kenapa aku berada di sini?"

[Name] mengambil jeruk dan mengupas nya sambil menjawab pertanyaan harry.

"Well, 2 hari yang lalu kau habis berciuman dengan cho chang" Jawab [Name] santai, beda dengan harry yang melotot lebar.

"B-bagaimana bisa?"

"Amortentia" Jawab [Name] dengan satu butir jeruk di mulut nya.

"H-hah? Apa?"

[Name] menelan jeruk itu dan menjawab harry. "Kau di beri amortentia, bodoh. Ramuan cinta, masa gitu aja ga tau"

Harry menggaruk leher nya yang tidak gatal itu. "Kenapa dia memberi ku amortentia?"

"Karena dia suka padamu"

"Kepala mu? Ada apa dengan kepala mu? Kenapa ada perban?" Tanya harry sambil menunjuk kepala [Name].

"Aku terbentur, cho menyerang ku dengan mantra stupefy. Dan BOM! aku terlempar di tembok dan akhirnya kepala belakang ku bocor deh..... Seru kan?" Harry bergidik ngeri melihat [Name] yang bercerita tanpa sedih sama sekali.

"Apa kau tidak kesakitan?"

"Aku tidak mengerti kenapa kau begitu bodoh, kepala ku bocor potter. Sudah pasti sakit"

"Kenapa kau tidak sedih?"

"Buat apa aku harus sedih?" Jawab [Name] sambil melempar kulit jeruk ke tempat sampah.

"Dan kenapa kau memanggil ku, dengan sebutan potter?"

"Itu kan namamu"

"Tapi biasanya kau memanggil nama depan"

"Kau banyak tanya, potter. Simpan semua pertanyaan tidak penting milik mu dan tanyakan saja pada sahabat mu. Aku mau tidur, bye"

[Name] mulai merebahkan diri nya dan berbalik badan.

Sedangkan harry? Ia masih linglung. Banyak sekali hal aneh di kepala nya.

Satu, kenapa dia bisa di beri amortentia. Kedua, apa saja yang telah ia lakukan. Ketiga, bagaimana sikap nya. Keempat. ini paling penting, kenapa [Name] jadi cuek padanya.

Semua pertanyaan itu seperti terbang di kepala nya.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

"Akhirnya aku keluar dari neraka itu" Ucap [Name] lega.

Sekarang ia sudah boleh keluar, kepala nya juga sudah tidak di perban lagi. Sungguh menyenangkan.

"Aku juga senang kau sudah boleh pulang. Aku ingin bercerita banyak" Ucap ernie sambil merangkul [Name].

"Aku punya banyak berita tentang chang" Timpal justin.

"Apa saja!?" Tanya [Name] semangat.

"Mari kita ke asrama dulu!" Akhirnya mereka bertiga berjalan menuju asrama.

Sesampainya di asrama tiga manusia itu duduk di sofa dengan coklat panas.

"Baiklah, kau mau tau apa dulu?" Tanya ernie.

"Terserah kalian"

"Pertama, chang terkena detensi selama 1 bulan. Kedua, ia di bicarakan banyak murid. Ketiga, ia depresi karena ibunya mengirim nya howler" Jawab ernie.

"Wow! Howler? Aku tidak pernah di beri howler, tapi aku pernah mendengar howler dari mrs weasley saat tahun ke dua" [Name] jadi tertawa sedikit mengingat dulu ia kagum dengan howler yang di kirim oleh ibu ron.

"Lalu, apa lagi?" Tanya [Name].

"Kurasa hanya itu, lagi pula aku sudah cukup puas melihat wajah nya yang tertekan" Ucap ernie sambil tertawa.

"Seram nya" Balas justin dan [Name] bersama.

Pada akhir nya mereka menghabiskan malam untuk bercerita sambil bermain kartu.

ɪ ʟɪᴋᴇ ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇꜱ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang