31.

1.1K 219 33
                                    

"Apakah masih sakit George?" [Name] masih setia menunggu George di ruang tamu. Sebenarnya Harry sedikit cemburu akan hal itu, namun ia pasrah ketika [Name] memelototi nya dan berkata.

"Kau gila ya? George sedang kesakitan sekarang, bahkan ia kehilangan telinga nya. Jangan banyak tingkah. Aku akan menjaga George."

"Tapi kan ada ginny. Dia adik George."

"Harry dengarkan aku. Mata ginny sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Sekarang aku yang akan menjaga nya, dia sudah ku anggap seperti kakak ku sendiri, Harry."

"Baiklah. Selamat malam [Name]."

"Malam juga Harry."

Ya begitulah. Akhirnya Harry mengalah dan membiarkan [Name] merawat George.

"Bagaimana dengan hubungan mu dan Harry?" Tanya George dengan suara parau nya.

"Baik. Dan bagaimana dengan Ginny? Apakah dia masih menyimpan rasa dengan Harry?" Tanya [Name] balik.

George terkekeh geli. "Tidak, dulu. Dia hanya mengagumi Harry. Tidak lebih, Ginny sudah mencintai dean. Ya walau sulit menghapus rasa suka nya pada Harry."

Jawabnya George membuat hati [Name] bimbang. Apa benar Ginny sudah tidak menyukai Harry? Ia takut. Di satu sisi ia memang menyayangi Harry, tapi Ginny juga sahabat nya.

Jika Harry dan Ginny bersatu mungkin akan ada tiga orang yang di rugikan.

Pertama Harry. Tidak mungkin kan ia mempunyai hubungan dengan gadis yang tidak ia cintai. Kedua [Name]. Ia juga akan merasa tersakiti. Ketiga. Sudah pasti Dean. Ia akan merasa di khianati ketika pacarnya yaitu Ginny lebih memilih Harry.

"Jangan di pikirkan, [Name]. Kau dan Harry bagaikan benang. Aku tidak ingin Ginny menjadi gunting yang akan memotong kalian."

"Tenang saja George. Aku percaya pada Ginny dan juga Harry." George tersenyum tipis.

"Kenapa tidak kembali ke kamar mu? Di sini dingin, lagipula aku sudah dewasa. Tidak usah temani aku." [Name] memutar bola matanya malas.

"Tck. Aku ingin di sini. Lagian juga mana berani aku meninggalkan manusia paling berisik di sini sendirian." George mendelik ketika [Name] menyebutnya dengan manusia berisik.

"Hei! Manusia paling berisik itu bukan aku! Tapi Fred!"

"Terserah kau."

[Name] memejamkan matanya dan bersender pada sofa tempat George di rebahkan. Ia membawa satu bantal tipis agar leher nya tidak sakit.

"Selamat malam George. Semoga kau mimpi di kejar kunti."

"Kurang ajar."

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

"Oi oi oi! Bangun, dasar pemalas!" George membuka  matanya nya perlahan ketika mendengar suara suara horor dari dekat wajah nya.

"Tck berisik [Name]."

"Bangun George Weasley. Kita harus siap siap. Lihatlah, bahkan adik mu sudah rapih." Kata [Name] ogah ogahan. Dia sebenarnya malas jika harus membangunkan manusia ini.

"Ah sudahlah. Lebih baik aku membangunkan Harry, hihi." [Name] berjalan menaiki tangga menuju kamar Harry dan Ron, meninggalkan George yang masih mengumpulkan nyawa.

[Name] langsung masuk ketika sampai di kamar sederhana itu. Ia melihat Ron yang sudah duduk, namun matanya masih tertutup. Pasti Hermione sudah membangunkan nya. Begitu pikir [Name].

Di lihat nya Harry yang masih pulas. Sepertinya ia sudah di bangunkan namun masih ingin tidur. Tidak ada cara lain, ini cara terkahir. Dan pastinya ampuh!

"Harry! Ada Voldemort menyerang!" Sontak saja Harry berdiri dan mengambil kaca mata di atas nakas.

"MANA MANA!" Ron ikut panik. Bahkan dia sudah memasang kuda kuda. Tck memalukan.

"HAHAHA! aku bercanda... Cepat siap siap! Sebentar lagi kita akan sibuk." Ron menghembuskan napas nya kesal.

"Cewek sialan."  Ron menoleh ketika merasakan hawa hawa iblis dari arah kanan nya. Dan benar saja, Harry menatap nya dengan tajam. Ron langsung berlari ke kamar mandi. Takut takut di sihir oleh sahabat nya.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

"Nah Harry...  Sekarang kau sudah tampan." Harry terkekeh. Ia mengecup tangan gadis di hadapan nya. "Terimakasih [Name]."

"Hehe. Sama sama Harry." Sebenarnya sih [Name] memang ikhlas membantu Harry, yap hitung hitung ngintip dikit. Kan lumayan
( ͡°з ͡°)

"Morning..... Ah pasangan ini, pagi pagi sudah romantis saja." George datang bersama dengan teddy. George tampak cerah pagi ini, beda dengan Teddy yang berwajah masam.

"Teddy. Ada apa dengan mu? Kau lelah?" Tanya Harry. Teddy berdecih.

"Adik ku, [Name] Lupin... Dia memasukan cabai ke hidung ku tadi pagi. Sialan, hidung ku masih panas." [Name] bersembunyi di balik punggung Harry. Harry tertawa kecil dan menggenggam tangan kecil itu.

"Maaf Teddy. Kau lebih mirip beruang yang sedang hibernasi ketimbang manusia sedang tidur." Lirih [Name] dengan wajah melas nya.

"Sialan..... Harusnya aku mendorong mu ke danau saat masih kecil." Teddy meninggalkan mereka dengan langkah gontai. Sedangkan [Name] bergidik ngeri.

"Harry. Kakak ku menakutkan ya? Aku capek deh punya kakak kaya dia." Harry hanya diam, dia tau penderitaan [Name] yang mempunyai kakak seperti Teddy.

"Yang sabar ya. Kau lebih enak, [Name]. Daripada aku. Sudah yatim piatu, tidak punya kakak atau adik." [Name] terdiam melihat wajah polos Harry. Yang sebenarnya sangat memprihatinkan

"Gelap euy."

***

Jujur aku deg degan banget. Jadi bulan lalu sekolah ku ada lomba. Beragam banget lomba nya, dan aku inisiatif ikut speech contest, karena selama aku nonton Narnia, Harry Potter dll aku jadi suka bahasa inggris.

Dan alhamdulillah aku juara 1. Tapi.... Untuk penutupan aku di suruh tampil, dan baru di kasih tau senin ini. Sedangkan acara nya kamis.

Huhu bingung.... Ini lebih membingungkan daripada bingung dengan hubungan Harry dan [Name] yang di situ situ aja
ಥ‿ಥ

ɪ ʟɪᴋᴇ ʏᴏᴜʀ ᴇʏᴇꜱ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang