Alicia itu hanya ingin menjaga agar hubungan kedua temannya baik-baik saja, tapi kenapa ada saja hal yang menganggu hubungan mereka.
"Reyhan, lo pacaran sama Raffa cuma gara-gara permainan Truth or Dare? Yang benar aja dong!"
"Tapi gua beneran suka...
"Reyhan, ayok kita nongkrong bareng lagi udah lama kan lo gak ikut ngumpul bareng kita." Seorang laki-laki berkulit tan itu menoleh pada sang teman dengan malas.
"Sorry hari ini gua mau main sama Alicia sama Raffa juga, lain kali aja ya" laki-laki bernama Reyhan itu berusaha mengabaikan temannya, memilih fokus pada buku catatan didepannya.
"Bukannya lo sama si Raffa itu rival kan? Akhir-akhir ini kenapa lo sering banget main sama dia? lagian hari ini kita kumpul bareng anak-anak cewek juga kok" laki-laki tadi selaku teman sekelas Reyhan terus membujuk agar Reyhan ikut berkumpul.
"Udah gua bilang, gua gak bisa" Reyhan terburu-buru menutup bukunya, memasukkan nya langsung kedalam tas dan berniat langsung pergi.
"Bil, Bil, si Reyhan katanya mau ikut, ayok bawa dia!"
"Wah asik nih, ayok Rey kita ke warung bu Nur!" Teman sekelas nya itu memanggil salah satu temannya yang berada diluar kelas, Reyhan mengerutkan dahi nya kesal saat kedua laki-laki itu menyeretnya menuju luar sekolah.
"Gua kan udah bilang mau main sama Raffa!" Reyhan yang diseret sempat menolak namun tenaga kedua teman sekelasnya jauh lebih kuat.
"Yaelah Rey, bentar doang kok. Kalau mau main Raffa kan bisa besok lagi"
Reyhan berdecak kesal, terpaksa ikut menuju warung yang berada tak jauh dari sekolah, ia harus memberitahu Raffa dan Alicia kalau ia tidak bisa ikut main hari ini.
Sampai di warung kecil yang berada di pinggir sekolah, Reyhan bisa langsung melihat ada beberapa teman sekelasnya dan teman-teman dari sekolah lain yang berkumpul di bangku didepan warung tersebut.
"Eh Rey~ katanya tadi gak bisa ikut? Sini-sini duduk di samping gue" seorang wanita berambut panjang dengan dandanan yang sedikit tebal untuk seorang siswi sekolah menengah atas menepuk-nepuk bangku di sampingnya, menyuruh Reyhan duduk disana.
"Gua duduk disini aja" Reyhan langsung duduk disamping Nabil, teman yang menyeretnya tadi. Perempuan tadi tersenyum canggung sebelum mengobrol dengan yang lainnya.
"Lo di sini dari kapan?" Reyhan yang sedari tadi diam sembari mendengarkan obrolan yang lain, bertanya pada laki-laki di samping kiri nya.
"Gak lama sih tadi jam 3 kayaknya" Reyhan mengangguk kecil, ia tak terlalu kenal dengan laki-laki ini karena berbeda sekolah, mereka baru bertemu 2 kali saat berkumpul seperti ini.
"SMA Taruna bukannya pulang siang yah?" Tanya Reyhan lagi, mengingat laki-laki ini masih memakai seragam nya.
"Tadi jam 2 sih, gue ada nongkrong dulu sama anak-anak Taruna jadinya gak sempet pulang dulu"
Reyhan kembali mengangguk, meneguk teh pucuk yang sebelumya ia beli. Ia sama sekali tak tertarik dengan obrolan teman-temannya yang lain dan hanya mendengarkan nya.
Aresa, salah satu dari keempat perempuan yang imut berkumpul menoleh pada Reyhan yang terlihat bete. Dia membisikkan sesuatu pada teman nya sebelum berkata yang membuat semua orang menatap nya.
"Mumpung hari ini Reyhan ikut kumpul, gimana kalau kita main truth or dare biar gak bete, gimana?"
Kesepuluh orang yang ada disitu, termasuk Reyhan menatap pada Aresa. Hampir semua yang ada disana mengatakan setuju dan mulai mendekat, berkumpul di satu meja.
Aresa mengambil botol kosong, meletakkan nya ditengah-tengah meja sebelum diputar. Botol tersebut terus berputar sampai kecepatan nya mulai menurut, dan perlahan ujung botol itu menunjuk pada seseorang.
Ujung botol tersebut berhenti tepat dihadapan Reyhan, teman-temannya sontak menatap pada laki-laki itu dengan tatapan jahil.
"Karena baru putaran pertama, gimana kalau gue yang nanya?" Jika Reyhan tak salah perempuan yang sedang berbicara ini bernama Rachel, entah apa yang membuat teman-teman nya tersenyum lebar saat perempuan ini berbicara, Reyhan malah sangat malas menghadapi dirinya.
"Kalau gitu Rey~ mau pilih truth atau dare?" Tanya Rachel lagi, mata perempuan ini selalu terlihat berbinar saat menatap pada Reyhan.
"Rey pilih dare aja" teman-temannya mulai menyahut, menyuruh Reyhan memilih dare. Padahal dirinya sedang tidak mood untuk permainan seperti ini.
"Gua pilih truth aja deh"
"Yahh... Gaasik"
"Rey ternyata cupu wuuu.."
Menghiraukan sorakan kecewa dari yang lain, Reyhan menyuruh Rachel cepat-cepat memberikannya pertanyaan.
"Gue tahu dari yang lain, katanya lo jadi deket sama rival lo Raffa ya? Kok bisa? Terus hubungan lo sama si cewek yang rambut panjang itu apa?"
"Sorry banget tapi itu tadi 2 pertanyaan, lo pilih satu biar gua jawab"
"Gak apa-apa lah Rey, jawab aja pertanyaan Rachel, toh buat permulaan ini" Nabil berucap, yang disetujui oleh yang lainnya, bahkan Rachel tampak menatapnya dengan penasaran.
"Perempuan rambut panjang yang lo maksud tuh Alicia kan? Gua sama dia gak punya hubungan apa-apa, dia temen deket gua bisa dibilang dia mirip kakak perempuan gua," Reyhan berucap santai, toh yang diucapkan nya ini memang fakta, ia sudah menganggap Alicia sebagai kakak perempuan nya. "Oh dan buat Raffa, orang-orang bilang kita ini rival ya? Ya walau kita sering cekcok tapi gua udah kenal dia dari SMP, jadi gak usah heran."
Perkataan Reyhan tadi sepertinya menjawab pertanyaan Rachel tadi, dan perempuan itu juga terlihat cukup puas dengan jawabannya.
Permainan kembali dimulai, botol yang berada di tengah-tengah meja pun mulai diputar. Berbagai pertanyaan dan tantangan dilontarkan pada mereka yang ditunjuk oleh botol bekas minuman teh pucuk itu, walau semuanya terlihat senang dengan permainan sederhana ini tapi Reyhan tetap memasang wajah datar.
Entah sudah berapa kali botol tersebut diputar, dan hari juga sudah mulai gelap. Aresa yang sebelumnya kena jebakan tantangan dari Nabil mulai memutar botol yang terakhir kali. Putaran botol mulai melambat, terus melambat sampai akhirnya berhenti di hadapan Reyhan lagi.
Laki-laki itu mendesah kecewa, ia sudah memilih truth tadi maka kali ini ia terpaksa harus melakukan dare. Aresa, teman sekelasnya itu tersenyum kecil sebelum memberikan tantangan.
"Rey selama ini lo main sama Raffa, tahu gak kalau dia itu Gay?"
"Apa?!" Rey mengerutkan dahinya bingung, temannya yang lain yang sibuk mengoceh seketika terdiam mendengar kalimat Aresa.
"Oh lo gak tahu? Gue kira lo udah tahu karena-"
"Lo mau bilang apa sih, lo harusnya ngasih tantangan ke gua!" Reyhan menyela kalimat Aresa, wajah Reyhan yang dari awal sudah bete tambah kusut saat perempuan ini malah tersenyum senang.
"Iya ini gue mau kasih tantangannya. Lo harus bisa deketin Raffa dan pacaran sama dia dalam waktu satu bulan"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.