Two : 02

752 133 7
                                    

" Gak usah sok perduli sama gw, kalau ujung ujung nya lo lebih milih dia "

HUJAN
























Jam pelajaran berlalu begitu cepat, kamu membereskan buku mu dan segera pergi ke kantin namun sayang seseorang menahan tangan mu, kamu menoleh ke arah nya dan menatap nya datar. Ada rasa benci, ingin rasa memukul wajah nya namun kamu tidak mau menambah masalah hidup mu lagi.

" Lo mau ke kantin? " Kamu melepaskan tangan nya dari pergelangan tangan mu, dan menatap nya datar.

Kenapa dia menjadi sok akrab di depan orang lain? Apa dia mau mencari perhatian agar mendapat banyak pembelaan? Cara nya begitu kuno sampai kamu sendiri muak sendiri dengan semua itu.

" Ke neraka, daftarin lo ke sana. Menurut lo? " Ucap mu judes, memang seperti itu cara bicara mu. Tidak ada kata lain yang keluar kecuali kata kata kasar yang memang sudah mendarah daging di dalam diri mu.

" Hm, gw boleh ikut? "

" Ck! Gak sudi gw jalan sama lo, bangsat " Ucap mu kasar dan kemudian meninggalkan nya di dalam kelas dengan murid murid yang berbisik tentang mu juga saudara kembar mu yang sok baik itu.

Keluar dari kelas dengan sengaja kamu menabrak bahu, seseorang membuat nya berhenti dan menoleh ke arah mu. Ia menatap kepergian mu dari sana, menatap mu dengan tatapan sendu entah apa arti nya. Ia menoleh ke arah Syifa, saudara kembar mu itu.

Lelaki itu menghampiri Syifa, tetapi sebenarnya otak nya masih memikirkan diri mu tadi. Badan nya secara otomatis ke Syifa di tambah ketika dekat dengan gadis itu mendadak kepala nya lupa akan kamu.

" Juna... "

" Gak apa apa, sama gw aja yok " Ucap nya seraya tersenyum ke arah gadis itu, dia tersenyum ke arah lelaki bernama panggilan Juna itu.

Mengangguk antusias kemudian ke kantin bersama Ketua Osis tersebut, mereka berdua berjalan berdampingan tidak jarang jika orang orang membicarakan mereka berdua yang terlihat cocok. Kata nya.

Tatapan Juna terlihat teduh, siapa saja akan tertarik kepada nya dalam waktu singkat. Tidak salah jika dia adalah primadona sekolah, selain tampan nya di atas rata rata, ia juga sangat pintar.

Sampai di kantin yang begitu ramai, mereka masuk ke area kantin yang penuh dengan penjual makanan khusus anak sekolah sekaligus bangku bangku untuk tempat makan. Cukup nyaman jika di lihat, tidak heran jika banyak yang betah berada di kantin ketimbang berada di kelas.

" Lo duduk aja di sana, biar gw aja yang pesenin. Ya? " Juna mengusap rambut Syifa dengan lembut, penuh perhatian.

Sedangkan di ujung sana ada yang jengah sekaligus muak melihat pemandangan itu. Tidak betah melihat adegan romansa menjijikan itu, kamu memilih untuk memakan somay yang kamu beli tadi. Tanpa siapa pun di sana. Sendirian dan benar benar sendirian.

Brak!

" Ada yang ambil alih meja kita kek nya ya " Kamu terdiam, melirik ke arah 6 orang tidak berfaedah berdiri di depan mu.

" Berdiri lo! Berani banget duduk di sini " Jangan menduga jika mereka perempuan maka kalian salah besar. 6 orang itu adalah laki laki, terkenal sangat nakal sekaligus brandal di kalangan angkatan 11. Bayangkan saja bagaimana urakan nya mereka sekarang.

Sedangkan kamu hanya diam menatap mereka satu persatu, menyimpan wajah mereka di dalam memori otak mu sendiri. Siapa tau kamu punya waktu untuk memberi mereka sebuah karma? Siapa tau bukan. Mereka berdiri di depan mu lebih ke mengepung sebenarnya namun entah lah tidak ada rasa takut di dalam benak mu.

" Meja lo? Sekolah umum btw bukan sekolah privat atau sekolah punya mbah buyot mu " Ucap mu dengan santai tanpa dosa seraya makan somay, memasukan makanan enak itu di dalam mulut mu dan mengunyah nya dengan santai.

" Berani berani nya lo! Pindah gak?! "

" Kenapa gw harus takut sama lo? Lagian sama sama manusia makan nasi kan, bukan makan pelet lele " Lelaki bernama tag Zio itu hendak melayangkan pukulan. Namun seseorang menahan nya, membuat mereka menoleh ke arah nya sekaligus kamu.

Melihat seseorang yang ternyata membela mu, tetapi ekspresi mu seolah tidak tertarik dengan apa yang berada di depan mu. Semua murid tentu saja diam seketika melihat adegan pertarungan itu, lebih ke perang Dingin.

" Wah! Pahlawan kesiangan dateng nih. Ini cewek lo kan? " Kamu menatap datar ke arah nya dan memakan somay mu tanpa memperdulikan apa yang di depan mu.

" Anj! Lepasin! " Tiba tiba saja rambut mu di tarik, siapa nama nya? Gean. Lelaki itu dengan kasar menyeret mu ke lantai berbuat hendak menyiram mu dengan minum mu sendiri.

Namun kalah kecepatan ketika kamu memutar situasi nya sendiri, kamu memukul perut nya dan kemudian menendang kepala nya membuat pemuda itu menabrak meja yang berada di depan tentu saja tergeletak di atas lantai kantin tidak berdaya. Beberapa teman nya mencoba membantu.

Sedangkan kamu membenarkan rambut mu yang berantakan, saat menata rambut tidak di sengaja beberapa helai lumayan banyak malah nyangkut di sela jari mu. Tidak mau orang melihat itu, kamu mengantongi rambut mu sendiri.

" Sialan "

Suara umpatan Gean terdengar jelas namun kamu sama sekali tidak menanggapi apa pun. Kamu sibuk mengambil es teh dan meminum nya seraya berjalan ke arah meja lain. Membuang tenaga jika terus meladeni mereka, manusia tidak beradap.

" Heh! Mau kemana lo! "

Bug!

" Ups! Sorry, gak liat kaki gw nendang sendiri soal nya " Ucap mu tanpa rasa bersalah dan menyiram air es ke kepala nya. Tentu saja membuat seisi kantin heboh bukan main.

" Ups lagi, gw gak sengaja " Lanjut mu dan jongkok di depan nya, menatap datar ke arah nya seraya memperlihatkan seringaian di wajah mu.

" Gak usah sok jagoan kalau kemampuan lo sama aja kek preman pasar " Ucap mu dan kemudian berdiri. Meninggalkan kantin namun sekali lagi tangan mu di tahan, kamu menoleh melihat siapa orang nya dan dia membuat suasana hati mu kembali berantakan.

" Tolongin Juna. Dia udah nolongin lo "

" Gw gak berharap di tolongin sama siapa pun, dan inget. Jangan pernah sekali kali lo nyentuh gw, munafik! " Ucap mu dengan penuh penekanan dan meninggalkan area kantin dengan angkuh.














































Masih awalan wak, jangan salham dulu atuh..

Hujan | Yoon Jaehyuk × You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang