Thirty One : 31

399 98 6
                                    

" Ini akhir nya bukan, seharusnya gw gak ada "

•HUJAN•




























" BANGUN LO (Y/N)!!! "

" LO UDAH JANJI GAK NINGGALIN GW BANGSAT!! BANGUN LO!! "

" Gw mohon bangun.... "

" Jangan tinggalin gw..... "










































Mata terbuka secara perlahan, bentangan langit berwarna biru yang sangat cerah tetapi tidak menusuk mata. Merasakan seseorang memeluk dari samping, kamu menoleh dengan perlahan ke arah samping.

" Kamu gak apa apa kan, nak? " Terdiam, mendongak ke atas dan melihat wanita tersebut tersenyum ke arah mu.

Kamu terdiam menatap nya dan tanpa sadar air mata mu menetes. Memeluk nya erat, menangis keras di saat itu juga, enggak melepaskan pelukan tersebut takut jika wanita itu akan meninggalkan mu lagi. Wanita itu tersenyum, membalas pelukan mu dengan lembut.

Ia tersenyum senang, ia di ijin kan menemui anak nya. Air mata nya tidak bisa berhenti keluar, ia begitu tersiksa melihat anak gadis nya di uji dengan cobaan berat.

" Mama.... "

" Iya nak, Mama di sini "













































































•••



Jun menunduk, menggenggam tangan mu sejam beberapa jam yang lalu setelah pemeriksaan. Tubuh mu dingin, cukup ia rasakan begitu sakit dan sesak di dada nya. Tidak bisa di bayangkan betapa frustasi nya Jun saat ini. Ia bahkan enggan meranjak dari tempat nya meninggalkan mu hanya sebentar saja tidak ia lakukan.

Sedangkan yang lain menunggu di luar, mereka paham dengan kondisi Jun. Bagaimana pun teman mereka juga ingin memastikan banyak hal, terlebih lagi memang hanya Jun yang tau semua diteel kehidupan mu selama ini.

Pria itu masih di posisi, menggenggam tangan mu berharap dingin itu akan hilang. Entah bagaimana pun cara nya.

" Lo gak mau bangun? Gw bakal nungguin lo bangun, kapan pun. Gw ada di sini nungguin lo, jangan terlalu lama ya.... "

Di luar ruangan, Ryan terduduk menatap kosong ke depan. Ia hanya diam tanpa melakukan apa pun, menatap kosong ke arah depan ia lakukan sejak tadi bahkan tanpa lelah.

Beberapa dari geng nya sudah berusaha membuat Ryan sadar tetapi lelaki itu enggan untuk sadar. Ia seakan akan tidak mau melakukan apa apa, sama seperti diri mu di dalam sana. Dada nya terasa sesak meskipun tidak jelas ia tunjukan kepada orang lain, Ryan tidak tau harus berbuat apa. Lelaki itu cukup terdiam sekian lama, melihat keadaan mu tadi membuat nya agak down. Bagaimana tidak? Wajah pucat dan luka luka itu membuat nya merasa gagal menjadi seorang sahabat yang harus nya menjaga.

' Apa gw gagal? Gw gak bisa kayak gini terus. Gw gagal, gw gagal.... '



























•••



Masih di posisi dimana Mana mu memeluk mu erat, mengusap pipi mu dan ia tau betul dimana letak dimana semua luka itu. Tetapi di dunia nya tidak ada yang nama nya luka, lega disaat ia tidak melihat kesakitan anak nya selama ini.

Memang salah ia menyerah begitu cepat dan membuat anak gadis nya harus berjuang sendiri di sebuah dunia yang kejam itu. Jasmin tau betul begitu kejam dunia nya saat ini, anak nya seharusnya tidak menerima semua itu di tambah kelemahan anak nya benar benar di permainkan. Biarkan anak gadis nya beristirahat sejenak dengan segala nya.

" Mama.. "

" Iya, kenapa hm? Ada yang sakit? " Kamu menggelengkan kepala, memeluk tubuh nya erat dan menghirup aroma nya yang begitu kamu rindukan selama ini.

" Gak sakit, pengen sama Mama aja di sini dan sama Kakak juga... "

" Hey, dengerin Mama sayang " Jasmin meraih wajah mu, ia menunjukan senyuman menenangkan.

Ia tau begitu berat cobaan itu, tetapi ini bukan waktu nya sama sekali. Jasmin sejujurnya tidak menahan segala  ya, ia juga mau egois di tambah melihat kamu tersenyum adalah keinginan nya. Menangis memang tidak di larang, hanya saja tangisan yang selalu di tahan di pecah pada waktu yang tidak menentu. Kepedihan yang mendalam.

" Ini bukan tempat kamu, belum saat nya kamu di sini ya. Ada seseorang yang sedang menunggu mu di sana, menunggu mu membuat mu bahagia lebih dari apa pun. Jadi kamu harus tetep bertahan, oke " Mengusap rambut mu pelan seolah tidak mau menyakiti dan menambah luka sekian kali.

" Tapi.. "

" Mama ada di sini, selalu ada buat kamu kapan aja. Mama gak ninggalin kamu, sama Kakak juga, jangan takut.. "

" Kamu harus kembali, bukan saat nya.. "

" Ada kebahagiaan yang menunggu di sana... "

" Bertahan demi Mama dan Kakak di sini. Anak Mama kuat, Mama tau itu.. "

" Cantik nya Mama harus mengejar cita cita nya, jangan dengarkan apa kata orang lain... "

" Kamu pasti bisa, pulang lah... "







































































Hujan | Yoon Jaehyuk × You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang