Eleven : 11

467 102 2
                                    

" Gak semua orang baik baik saja, meskipun senyum nya lebar tanpa beban "

•HUJAN•


































































Hari ini adalah hari dimana kamu benar benar sendirian. Jun pergi ke Yogyakarta untuk berkunjung ke rumah Nenek nya yang katanya sakit, di rawat di rumah sakit. Jun tipikal anak yang sangat perhatian, meskipun sisi lain dirinya begitu keras tapi jangan salah ia tidak se kejam itu. Ia sangat lemah jika orang yang ia sayang dalam bahaya atau semacam nya. Lelaki itu akan berusaha memperbaiki segala nya tidak perduli jika di posisi hanya diri nya yang bekerja dengan janji semua akan selesai.

Berada di rooftop sebuah gedung tinggi, lebih tepat nya seperti parkiran. Cukup ramai tapi tidak di rooftop, di atas sana sepi dan biasa nya beberapa orang yang suka sekali menyendiri akan datang ke sana menenangkan pikiran.

Pemandangan yang indah dari lihat dari atas dan di tambah angin berhembus tenang membuat suasana hati setidaknya jauh lebih baik.

Kamu hanya sendiri di saja tidak ada siapa siapa, di temani motor besar mu yang berada di sana. Jalanan untuk kendaraan ada, karena itu gedung khusus parkir.

Membuang nafas panjang, mencari sesuatu di kantong jaket mu. Mendapati sebuah rokok elektrik yang jarang kamu gunakan akhir akhir ini, karena Jun melarang keras kamu untuk merokok apa pun bentukan nya. Ia tidak Terima, berhubung dia tidak ada jadi kamu merokok saja. Lagi pula kepala mu tengah tidak bisa berpikir banyak.

Di sisi lain hati terasa sesak karena semua suasana kesunyian ini, jujur saja kamu tidak suka sendiri namun di sisi lain kamu benar benar butuh sendiri. Tidak benar benar, melainkan hanya butuh sebuah pelukan dan sandaran saja untuk menenangkan kepala.

Menghidupkan alat itu dan menghisap asap nya, membuang nya dengan tenang. Rasa nya tidak buruk seperti rokok biasa, lebih ada sebuah sensasi dan rasa yang berbeda tidak membuat mood tambah turun.

Menundukkan kepala, sesekali tertawa tanpa sadar. Terus menghisap asap tersebut tanpa henti, tanpa memperdulikan akibat yang akan kamu dapatkan nanti. Itu sudah masa bodoh, memang nya siapa yang akan perduli. Mereka tidak akan perduli, mereka hanya memikirkan gadis sialan itu yang mengaku ngaku menjadi korban padahal dia pelaku nya.

Cukup membuat mu kesal namun mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi begitu saja. Dan kamu hanya tinggal mengikuti alur nya bagaimana, meskipun pada akhir nya kamu akan tetap kalah dengan nya.

" Menurut lo, kak. Apa gw harus nyerah aja atau tetap bodoh melawan yang jelas yang bela banyak? Gw harus apa? Gw ngerasa mereka mandang gw kayak penjahat, bukan seorang yang menjadi korban di sini "

Gumang mu sendiri, seraya menghisap asap tersebut. Tanpa memperdulikan sekitar. Benar benar sudah sangat lelah dengan semua ini, merasa jika semua nya benar benar hanya tinggal menunggu perintah saja. Tidak bisa berbuat apa apa, jika saja kamu berusaha melawan lebih ke akar sama saja kamu membuat diri mu di anggap sebagai manusia tidak punya hati. Tapi seperti nya memang benar, hati mu sudah mati.

Sebuah luka yang tersimpan di sana membuat mu benar benar tidak merespon apa pun. Sudah cukup banyak luka, dan kamu tidak mau lagi menerima luka yang lain.

" Mati memang jalan keluar terbaik, tapi sayang nya gw gak bisa. Ada misi dimana gw mau buat mereka menyesal waktu gw mati nanti. Membunuh fisik, gw lebih suka membunuh batin "

















































•••


" Dari mana saja kamu? " Kamu melepaskan kudung jaket mu, tidak ada yang sadar akan keadaan mu sekarang.

" Bukan urusan, Papa.... "

Plak!

" Kamu memang anak kurang ngajar. Papa tanya sama kamu, kamu dari mana jam segini baru pulang! Lihat Syifa udah.. "

" SYIFA SYIFA SYIFA!!! DAN SYIFA!! AKU KAPAN PAH! AKU KAPAN!? AKU JUGA ANAK PAPA DI SINI BUKAN CUMA SYIFA!! " Kamu benar benar muka dengan semua ini.

Selama ini kamu di anggap siapa di rumah ini? Seperti nya tidak, hanya sebuah benda untuk pemuas ego seseorang. Tidak lebih dari itu kamu bukan siapa siapa, seperti itu lah yang kamu pikirkan.

Di sisi lain Syifa melihat semua nya hanya diam, ia tidak mau ikut campur berakhir ia juga akan mendapatkan imbas. Padahal di posisi ia benar benar tidak mau melihat kekerasan setiap hari di tambah lagi setiap kamu di pukul, badan nya seolah ikut merasa sakit namun ia egois. Ia hanya mau semua nya ada di tangan nya.

" Selama ini Papa anggap aku apa?... " Tanya mu sekali lagi, tidak ada air mata yang jatuh dan hanya tatapan kebencian sekaligus lelah yang di lihat.

Tubuh, fisik, batin. Seolah tengah di permainkan dalam waktu yang bersamaan setiap hari, rasa nya sesak dan muak dengan segala nya namun di sisi lain kamu tidak bisa berbuat lebih.

Papa mu selalu memberikan kekerasan kepada mu ketika sebuah kesalahan kecil atau bahkan sepele kamu lakukan, sedangkan gadis itu selalu membuat kesalahan bahkan dari yang besar pun hanya di tanggapi biasa saja tidak ada unsur kekerasan.

Iri? Tentu saja! Siapa yang tidak merasa iri ketika saudara kita di perlakukan layak sedangkan kita sendiri seperti hewan, rasa nya ingin mati saja saat itu juga. Tapi tuhan tidak mengizinkan hal itu terjadi.

" Tidak jawab? Gak apa apa! Aku tau, Syifa anak kesayangan papa yang paling papa bangga dan sedangkan aku cuma anak buangan yang di pungut, tidak apa. Aku mengerti.. " Ucap mu, menahan dada yang begitu sesak ketika mengatakan semua itu tepat di depan Deano di sana.

Kamu berjalan ke arah kamar mengabaikan segala nya, sebuah kebiasaan buruk yang benar benar kamu pertahankan. Tidak pernah mengatakan kata maaf setelah membentak, tidak ada. Bagi mu itu adalah sebuah pembelaan mu sendiri, melawan semua nya.

" Pengen minggat aja rasa nya.. "









































Next?

Hujan | Yoon Jaehyuk × You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang