Four : 4

591 121 3
                                    

" Jujur aja, sebenarnya kalau bunuh diri gak dosa dah gw lakuin dari dulu "

•HUJAN•




























Plak!

" KAMU EMANG GAK ADA BOSEN NYA MALU MALUIN PAPA?! " Pipi mu di tampar keras, membuat kepala mu agak menoleh ke arah samping.

Tentu saja itu di saksikan oleh dua saudara mu, kakak kedua dan juga kembaran sialan mu itu. Kamu hanya diam menerima tamparan itu, kedua tangan mu diam diam mengepal kuat menahan amarah. Rasanya ingin meledak sekarang juga namun kamu menahan nya, terikat janji memang membuat mu sial.

" JAWAB PAPA! KAMU ITU MAU NYA APA SIH?! " Bentak nya keras dan menjambak rambut mu dengan kasar, kamu hanya diam namun entah kenapa terasa aneh jika kamu tidak menangis sama sekali. Tatapan mu terkesan menantang ke arah pria paruh baya tersebut.

" Kenapa Papa gak bunuh aku aja? "

" (Y/n)! Lo ngomong apaan sih! " Ferdi hendak menahan Deano namun tangan nya di cegah oleh Syifa. Gadis itu menggelengkan kepala nya, tidak mau jika kakak nya juga kena imbas hanya karena menolong kembaran nya itu.

Kalimat yang cukup singkat namun membuat Deano terdiam seribu bahasa, ia menatap ke arah mu dengan tatapan tidak terbaca sama sekali. Sedangkan kamu malah tersenyum sinis, kamu menatap tajam ke arah Syifa yang juga menatap mu dengan tatapan bertanya.

" Kalian gak tau apa apa, jadi jangan sok perduli. Aku gak butuh sikap perduli kalian, aku muak! " Kamu pun menepis tangan Deano dengan kasar dan berjalan ke arah kamar mu, kemudian menutup pintu nya kasar.

Di luar sana ketiga anggota keluarga itu hanya terdiam, sedangkan Deano masih mematung di sana. Perkataan mu berputar di kepala nya berulang kali membuat pria itu tanpa sadar menangis dalam diam. Apa yang dia lakukan tadi?

Kenapa bisa bisa nya ia melakukan semua itu? Seharusnya ia berbicara dengan baik baik agar anak nya itu mau mendengarkan diri nya tapi malah sebalik nya. Ia kasar dan dengan tega menjambak rambut anak nya sendiri, menatap tangan nya yang beberapa helai rambut tersangkut di sana.

Ferdi menghampiri Deano dan menatap Papa nya itu dengan tatapan tidak percaya, namun ia bisa apa? Melawan pun sama saja akan memperburuk keadaan.

" Harusnya Papa gak boleh kayak gitu.. " Sedangkan Ferdi melangkah ke arah anak tangga dan naik ke pantai dua. Ia berjalan ke arah kamar mu.

Sedangkan kamu yang berada di dalam sudah ambruk di atas lantai, bersandar pintu. Menahan tangisan mu sendiri, berusaha agar suara mengerikan itu tidak terdengar oleh siapa pun. Air mata berulang kali lolos, bahkan tetesan darah ikut tercampur dengan cairan bening itu.

Menatap ke atas, membiarkan air mata mu menetes begitu saja. Menangis tidak masalah bukan? Kamu sudah terlalu lelah dengan keadaan, terus bertahan tidak menghasilkan apa apa hanya ada rasa sakit di satu pihak yang begitu menyakitkan.

" Dek! Buka pintu nya, biarin kakak masuk. Dek? "

" KELUAR LO! GAK USAH SOK PERDULI, GW MUAK SAMA LO SEMUA!! "

Mendengar suara teriakan mu dari dalam membuat lelaki itu mengurung niat nya, ia melangkah mundur selangkah. Ia menunduk dalam dalam, ia harusnya membela mu. Secara logika kamu tidak akan menyakiti seseorang tanpa alasan, sekedar memukul saja tidak pernah sebelum lawan melakukan nya duluan. Namun ia dengan bodoh nya ikut tidak percaya. Kakak macam apa dia ini?

Hujan | Yoon Jaehyuk × You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang