Twenty Eight : 28

400 95 3
                                    

" Hujan itu anugrah, anugrah buat seseorang yang butuh meredam kan tangisan menyakitkan nya "



•HUJAN•























































































Berdiam diri, di depan gundukan tanah yang masih basah di guyur rintihan hujan dari atas langit. Tidak menggunakan apa apa untuk melindungi diri dari hujan. Kamu membiarkan badan kehujanan, tidak begitu deras dan angin menerpa dengan suhu rendah.

" Assalamu'alaikum, Ma. Aku balik lagi setelah... " Membuang nafas panjang dan tetap memasang senyuman palsu seperti biasa.

Meletakan taburan bunga di atas tanah, menahan segala sesak di dada meskipun sulit di tahan. Menyiram air yang kamu bawa dari kendi, beli dari warung dekat pemakaman tadi. Mengusap foto yang mulai berdebu dengan tisu.

" Mama tenang kan di sana? Aku harap di sana mama bahagia ya, jangan mikirin aku di sini ma. Aku gak apa apa kok, tinggal nunggu seseorang jemput buat ketemu Mama sama Kakak nanti.. " Menunduk dalam, menatap tanah yang bertaburan bunga itu dengan tatapan sendu.

Sampai tidak tahan menahan semua air mata yang ada, berakhir menetes ikut membasahi tanah. Mencoba tersenyum, tetapi keadaan tidak seindah senyuman mu saat ini. Mungkin jika saja Mama mu melihat bagaimana keadaan mu sekarang, dia pasti akan menangis. Seperti waktu itu, mencoba tidak mengingat masa lalu yang begitu menyiksa batin itu.

Dimana saat itu Mama mu membela mu begitu keras, terus di salahkan padahal bukan kesalahan mu. Sudah terjadi sebenarnya sejak dulu, seolah kamu adalah segudang kesalahan yang pantas untuk di salah salah kan untuk segala permasalahan yang padahal di sisi lain kamu tidak tau apa apa.

Tersenyum getir, memang tidak pernah berubah. Dan dimana dua orang yang sayangi pergi meninggalkan mu secara bergantian, keadaan semakin parah. Tidak ada yang membela sama sekali, semua akan terjadi dan hanya tinggal menunggu kapan akan selesai.

" Mama, aku harus gimana? Nyerah? Sama aja melanggar janji sama Mama kan, tapi aku cape Mah. Pengen nyerah, gak ada jalan lain selain pergi. Pergi sama Mama, iya kan? Gak ada yang berubah, lagian aku gak ngarep buat berubah.... "

" Aku gak tahan lagi, apa boleh nyerah sekarang aja mah... "

" Sakit mah, sakit banget... " Menunduk menangis tanpa suara, memukul dada mu kencang berusaha menyakiti diri sendiri.

Di sisi lain, dia melihat mu dari belakang. Tidak terlalu mendengar apa yang kamu katakan namun ia bisa melihat jelas, bahu yang begitu tegap dan bertahan dalam segala keadaan itu seketika runtuh. Pria itu terdiam, merasa bersalah. Memang diri nya yang salah selama ini, bukan diri mu yang menjadi sebuah sasaran karena tidak melakukan apa pun.

Tidak bisa di biarkan, ingin bertindak tetapi seolah takdir menghalangi nya. Jangan lagi, jangan ada yang pergi meninggalkan nya lagi.

" Maafin Ferdi, Ma... "






































































Hujan | Yoon Jaehyuk × You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang