Eight : 8

481 100 4
                                    

" Gw gak berharap lahir, jadi jangan salahin gw kenapa gw masih hidup.. "



•HUJAN•



































Tidak bisa di perkirakan kapan hujan akan datang, seperti sekarang di mana kamu tidak pulang ke rumah malah berdiri di rooftop yang terbuka. Menikmati hembusan angin dingin mengetuk kulit mu, rasanya sangat berbeda dari biasa nya. Kamu menutup mata berakhir membuka mata karena merasa kalau ada tetesan air dingin dari atas.

Kamu mendongak menatap ke arah langit yang mendung, gelap sangat gelap. Bahkan cahaya matahari yang memiliki cahaya sangat terang saja tidak mampu menembus gumpalan awan yang akan menurunkan beberapa liter air.

" Hujan? "

Wajah mu sudah di obati, dengan beberapa luka masih baru tentu saja akan memakan waktu lama untuk luka nya menghilang. Keadaan kaki mu juga buruk, tidak berniat ke rumah sakit sekedar memeriksa. Jun juga pasrah karena menerima keputusan mu yang mementingkan ego mu sendiri. Tidak perduli, kamu hanya bisa menerima bukan? Itu yang tuhan mau.

Sampai tetesan air mulai turun semakin banyak dan mengguyur seluruh tanah di beberapa bagian bumi. Dingin, dan menusuk kulit.

" Hujan itu anugrah, jadi kalau ada hujan berdoa ya.. "

Hanya tersenyum tipis, permukaan kulit mu yang masih terdapat luka terasa perih namun nyaman. Bagaimana bisa rasa perih menjadi nyaman? Sudah terbiasa merasakan semua itu, tidak mau terlihat menyedihkan kamu memilih menyamankan semua luka mu meskipun akan terasa tetap sakit pada akhir nya.

" Kalau ada masalah, bisa tuh curhat sama hujan. Lumayan kan buat pencerahan.. "

Mengingat semua perkataan yang di katakan oleh nya, kamu tidak menanggapi akan apa pun. Sibuk dengan pikiran mu sendiri, membuat diri mu sendiri merasa tenang tanpa beban. Melupakan semua masalah, kebiasaan mu yang masih kamu lakukan bahkan sampai detik ini.

Terdiam di bawah air hujan yang mengguyur begitu deras tanpa memperdulikan apa pun. Menumpahkan air mata yang tidak akan terlihat oleh siapa pun, hujan menghilangkan jejak nya tanpa sisa. Tidak akan ada yang tau, jika dirinya mengingat berapa bahagia nya diri mu di masa lalu. Hanya saja, semua sudah berakhir bagaikan kertas di bakar menjadi abu yang tertiup angin. Mau memperbaiki semua, tetap semua malah semakin buruk.

' Mama, Kak Vernon. Sebentar lagi, tunggu aku untuk menyusul kalian '




























•••







Juna masih berada di sekolah, ia berniat untuk segera pulang namun hujan malah turun menghalangi dirinya pulang ke rumah. Ia berada di lobby yang lumayan sepi, semua sudah pulang ke rumah masing masing dan tersisa Juna sekaligus beberapa orang yang bernasib sama dengan nya.

Entah lah Juna mendadak ingin ke rooftop, karena merasa itu adalah ide yang bagus. Lelaki itu membalik badan nya kemudian berjalan ke lantai empat gedung sekolah nya, ia yakin di sana pasti kosong tidak ada orang, memang nya siapa yang mau hujan hujanan di rooftop?

Lelaki itu menaiki anak tangga sampai langkah nya sampai dan ia membuka pintu nya, namun langkah nya berhenti ketika melihat siapa yang berada di sana. Ia salah, di sana ada orang lain selain diri nya.

" Ngapain dia di sini sih? Mana hujan hujanan lagi, gila kali! " Ucap nya keras tapi sepertinya tidak akan terdengar karena gemuruh hujan yang begitu lebat.

Ia meletakan tas nya di atas lantai, melepaskan jaket nya dan berlari menghampiri orang itu. Membuat jaket nya menjadi payung, membuat sosok itu menoleh dengan tatapan bingung. Tidak mau membuang waktu, Juna menarik tangan gadis itu untuk berteduh namun tangan nya justru malah di tepis kasar oleh nya.

" Lepasin! " Gadis itu tidak lain adalah kamu sendiri, menepis tangan nya kasar membuat lelaki itu menoleh ke arah mu.

" Hujan tau gak?! Tar lo sakit gimana?! " Ia teriak kencang agar bisa terdengar, tidak mungkin ia berbicara pelan di tengah hujan yang lebat seperti ini.

" Bukan urusan lo, bajingan. Pergi lo! "

" Gak! Sampai lo neduh dan kering keringin rambut lo baru gw pergi! " Ucap nya keras membalas apa yang kamu katakan.

Sedangkan kamu sudah cukup frustasi dengan kehadiran Juna yang tidak di undang sekaligus tiba tiba seperti jaelangkung saja. Kamu kesal dengan nya, berakhir mendorong nya untuk pergi namun lelaki itu tetap berdiri di sana menahan mu agar tidak mendorong nya lagi.

Kamu tetap melakukan nya, tetapi lagi sekali lagi. Juna menatap ke arah mu dengan tatapan yang aneh sekali, ia menahan tangan mu dan entah secara tiba tiba memeluk mu. Di tengah hujan seperti ini, jaket nya terjatuh di atas lantai rooftop. Air hujan melompat dari sana, angin dingin yang semakin kerasa.

" Kalau lo ada masalah, lo bisa cerita. Jangan sakitin diri lo sendiri oke.. "

" Gw gak perduli! Lepasin gw gak?! "

" Gak! Gw gak akan lepasin lo!! " Juna mempererat pelukan nya. Entah kenapa pelukan ini terasa tidak asing untuk dirinya, padahal ia ingat betul pertama kali nya ia memeluk mu.

Sedangkan kamu masih memberontak, berakhir percuma saja memberontak akan membuang banyak tenaga mu. Hanya pasrah, diam di dalam pelukan nya yang hangat itu, terasa nyaman hanya saja entah kenapa sakit di hati mu semakin jelas terasa.

" Juna... "

" Lo siapa? "

" Gw... Gw sahabat lo lah, masa lo gak inget? "

" Sahabat? Syifa sahabat gw, lo siapa? "

Seketika rasa nyeri di dada menghampiri, kamu berusaha melepaskan pelukan itu tidak mau mengingat semua nya. Akan menjadi mimpi buruk semua itu, tragedi di mana kamu seketika jatuh ke dalam jurang gelap yang sangat curam. Mustahil bisa ke luar kecuali mati di dalam sana.

Juna hanya diam menerima pukulan mu, jujur itu sakit. Hanya saja ia mempertahankan posisi nya saat ini. Rasanya ia ingin terus memeluk mu, pelukan yang nyaman dan ia malah merasakan itu dari mu yang di mana ia tau kalau kamu bukan siapa siapa nya. Sahabat nya Syifa, itu yang dia tau selama ini. Tetapi ia sudah berulang kali memeluk gadis itu, tetapi tidak ada rasa nyaman sama sekali. Terasa asing, dan juga tidak di kenali oleh nya.

" Lepasin gw bangsat! "

" Gak akan! Gw emang gak tau apa apa di sini, gw tau lo gak baik baik saja! " Hanya diam menanggapi ucapan nya, Juna merasa bersalah di dalam hati nya entah apa alasan nya namun ada sebuah titik di mana ia benar benar merasa semua ini kesalahan nya.

' Gw gak tau, gw bodoh '








































Hujan | Yoon Jaehyuk × You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang