Nine : 9

494 101 3
                                    

" Gw pernah berharap pengen lahir dan jadi saudara lo, jadi saudara lo cuma jadi bencana buat gw "

•HUJAN•































" Bisa gak, sih? Lo gak usah banyak drama? " Kamu baru masuk ke dalam rumah dan sudah merasakan suasana peperangan yang sengit.

Kamu melirik tajam ke arah gadis itu yang berdiri di depan mu, ia begitu tidak memiliki rasa bersalah apa pun atas kelakuan nya yang benar benar seperti setan keluar dari neraka berwujud manusia. Benar benar muak, sangat memuakan.

Ia berjalan ke arah mu dan berdiri di depan mu, tersenyum ke arah mu sedangkan kamu menatap nya datar seolah tidak perduli. Kamu hendak meninggalkan di sana mengabaikan semua kelakuan setan nya itu, berusaha membuat diri mu terkendali. Namun dia malah menahan lengan mu, kamu langsung menepis tangan nya kasar.

" Gw udah bilang, jangan pernah lo nyentuh gw " Ucap mu penuh penekanan, tatapan kebencian yang terpendam cukup lama. Jika tidak terikat dengan janji, mungkin dia sudah masuk ke dalam kulkas dan kamu bagikan kepada tetangga di depan rumah.

" Oke! Gw minta maaf! Lo puas?! " Ucap nya dengan menantang, kata maaf nya sama sekali tidak membuat mu puas sama sekali.

Tidak mau kata maaf, kamu tidak mau semua kata busuk itu lagi bahkan terulang kali kamu Terima. Seolah bagi mereka kata 'maaf' tidak ada arti apa apa untuk mereka semua, bagaimana menjelaskan nya? Setiap ada kesalahan pasti akan meminta maaf, itu wajar saja. Tetapi jika terus meminta maaf tetapi mengulangi kesalahan yang sama atau bahkan tidak bisa memperbaiki semua? Percuma saja meminta maaf, membuang ludah saja.

Melihat Syifa berdiri di depan mu membuat ku muak, kamu hanya berdecik kasar dan kemudian meninggalkan nya yang berteriak seperti orang gila di sana. Kamu mengabaikan nya, setidaknya kamu tidak kasar dengan nya karena ada yang melarang mu melakukan itu. Kamu hanya mau mencoba tetap tenang meskipun sudah tidak bisa.

Masuk ke dalam kamar, menutup pintu sebelum makhluk biadab itu masuk kedalam kamar mu itu. Jangan sampai dia mengambil kamar mu lagi, kamu sudah mengalah untuk semua nya yang menurutmu begitu penting kamu miliki.

Melempar tas mu ke sembarang arah dan duduk di atas ranjang mu, membuang nafas panjang. Badan mu masih basah, masa bodo jika ranjang mu ikutan basah. Kembali membuang nafas panjang dan segera beranjak dari tempat tidur. Mengganti pakaian mu, kemudian tidur. Kamu lebih suka tidur, masuk ke alam bawah sadar tanpa harus mengingat segala hal yang harus di jadikan beban. Setidaknya hidup mu di ringankan ketika di dalam mimpi.

" Mandi aja kali ya? Gw gak mau sakit, nambah sakit.. " Gumang mu sendiri dan segera menyiapkan air hangat untuk diri sendiri.

Tetapi kamu urung, luka di badan mu akan terasa menyiksa jika menggunakan air hangat. Tidak masalah, itu yang kamu inginkan.

Kembali memutar kran nya mengisi nya dengan air hangat, dan juga air dingin agar tidak terlalu panas. Membasahi badan mu sendiri, di bawah rintihan dari atas membuat mu merasa tenang. Melihat diri mu sendiri dari pantulan keramik bening di depan mu memberikan bayangan diri mu yang begitu kacau bukan main.

" Jangan terlalu banyak terluka, gw gak suka.. "

Kamu tertawa sendiri ketika kembali mengingat apa yang lelaki itu katakan. Begitu menggelikan.

Hujan | Yoon Jaehyuk × You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang