Twenty Seven : 27

414 93 10
                                    

" Kurang apa pengorbanan gw..... "

•HUJAN•

































Ryan keluar dari UKS, ia mau mengambil sesuatu di loker nya. Kamu hanya sendirian di dalam UKS, merenung sendirian sedangkan dokter tadi yang mengobati mu pergi karena panggilan kepala sekolah. Benar benar diam, suasana sunyi seolah mewakili perasaan mu sekarang ini.

Menunduk dalam dalam, mengingat semua kejadian yang begitu menyakitkan di dalam hati.

" Kalau sakit gak usah di inget, nyari penyakit aja lo " Kamu langsung mendongak dan menemukan Zio tengah berdiri di pintu UKS.

Dengan permen yang dia makan, apa dia tidak ikut pelajaran? Sudah biasa, Zio memang suka membolos tetapi meskipun begitu nilai nya sama sekali tidak ada yang mengecewakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan permen yang dia makan, apa dia tidak ikut pelajaran? Sudah biasa, Zio memang suka membolos tetapi meskipun begitu nilai nya sama sekali tidak ada yang mengecewakan. Terkadang semua orang juga bingung akan itu, kecuali kamu yang benar benar tidak memperdulikan siapa siapa.

" Lo.. "

" Luka lo udah di obatin? Gw kira belom, yaudah gw pergi " Ia hendak membalikan badan. Tetapi.

" Kenapa lo tanya soal luka gw terus? Lo kenapa sih? " Tidak ada jawaban dari lelaki itu. Di sisi lain Zio menatap ke arah ke depan dengan tatapan datar, tetapi di dalam hati nya mendobrak meminta di ungkapkan apa tujuan nya sebenarnya. Karena Zio benar benar menuruti ego nya ia memilih diam dan bersikap acuh.

Ia membalik badan nya sedikit, menatap ke arah mu yang dimana ia bisa tau kalau kamu bingung dengan sikap nya saat ini. Begitu aneh, memang Zio juga merasakan keanehan dalam dirinya bukan sekedar orang lain saja yang merasa aneh.

" Lupain aja " Ucap nya singkat kemudian meninggalkan mu di UKS sendirian lagi.

Zio berjalan menelusuri lorong sekolahan merasa dirinya seperti memberontak, ia ingin mengungkapkan sesuatu namun ego selalu menahan segala nya. Ia lebih suka bertindak, ketimbang mengatakan sesuatu hal yang tidak jelas karena menurut nya berbicara membuang banyak waktu. Dari pada berbicara lebih baik langsung bertindak bukan?

Lelaki itu mengambil sesuatu dari saku celana nya, menatap benda yang ia beli dari apotek depan sekolahan tadi. Tetapi sepertinya tidak berguna lagi karena kenyataan nya seseorang sudah terlebih dahulu dari nya.

Tetapi mengingat luka itu akan bertambah, membuat nya mengurung niat membuang. Ia kembali memasukan ke saku celana nya dan melanjutkan langkah nya ke gudang belakang sekolahan.





•••

Di tengah Zio berkumpul dengan teman teman nya . Tiba tiba seseorang datang, teman teman nya menyenggol bahu Zio yang tengah sibuk melamun dengan rokok elektrik di tangan nya tanpa memperdulikan sekitar nya namun teman nya mengusik membuat nya menoleh.

" Apa?! "

" Itu tuh " Mereka memberi kode agar Zio melihat kearah mereka melihat, Zio menoleh juga dan melihat seorang gadis yang berdiri di depan mereka.

Dengan senyuman yang membuat Zio muak setengah mati, ia tetap menghisap asap vape milik nya yang terasa bau mint. Ia melangkah ke arah gadis itu dan menatap nya datar seperti biasa ia menatap semua orang termasuk teman nya sendiri. Entah lah bagaimana ia bisa mendapatkan sifat dingin seperti ini, mungkin karena Ayah nya.

" Pergi, wajah lo ngerusak pemandangan "

" Zio, gw pengen ngomong... "

" Tentang perjodohan itu lagi? Ayolah Jessica, lo masih aja ngikutin ortu lo yang kolot itu. Gw udah batalin " Ucap nya tanpa beban sama sekali. Zio membalikan badan nya namun seseorang menggenggam tangan nya.

Seketika itu, Zio menepis kasar tangan Jessica membuat gadis itu agak terdorong ke belakang. Sebenarnya Zio tidak mau kasar tetapi benar benar, gadis di depan nya sekarang membuat nya muak.

Padahal jelas kalau Zio tidak menyukai perjodohan sialan itu, dan Zio juga sudah berbicara dengan orang tua nya kalau ia menolak keras perjodohan itu. Di sisi lain ia juga memiliki orang yang ia sukai, bukan seseorang yang mati rasa. Mungkin itu dulu, tetapi sekarang sudah tidak lagi karena seseorang.

Tetapi sepertinya Jessica terlalu ingin kalau perjodohan itu di lanjutkan. Zio juga tau kalau perjodohan itu, Jessica lah pelaku yang melakukan semua itu menggunakan kedua orang tua nya. Bagus jika Orang tua Zio menyayangi dirinya dan menghargai keputusan Zio membatalkan perjodohan itu.

" Tapi gw.. " Zio menunggu dengan ekspresi tidak bisa di jelaskan, menatap tajam ke arah Jessica.

" Gw suka sama lo, Zio! Harusnya lo lihat gw! Gw rela kok ngelakuin apa aja buat lo.. "

" Termasuk nyerahin mahkota lo sama gw?... " Zio mulai mengangkat suara nya dan mendekat tepat ke arah Jessica. Membuat gadis itu susah payah menelan ludah nya.

Ia menatap Zio yang tepat berada di depan nya dengan jarak yang tidak bisa di jelaskan sama sekali. Mengerti jika lelaki itu butuh bukti, Jessica berpikir itu tidak masalah toh mereka akan menikah kalau setelah itu.

" Tentu, lo bisa gunain gw sesuka hati lo... "

" Murahan, gw gak sudi sungguh di sayangkan. Gw gak yakin lo masih virgin " Ucap nya membuat Jessica mati kutu. Ia terdiam beberapa saat ketika Zio mengatakan hal tadi.

" Maksud lo?! Gw ngelakuin apa pun demi lo, Zio! Apa pun!! "

" Lo keras kepala banget. Gw bilang gak ya gak!! "

Zio membuang nafas panjang, ia mendekat dan menarik rambut panjang gadis cantik di depan nya tanpa berpikir panjang. Kemudian mendekatkan wajah nya tepat di telinga nya agar dia bisa mendengar apa yang ia katakan dengan jelas.

" Dengerin gw baik baik! Gw gak sudi nerima lo, mau lo cewe satu satu nya di dunia ini sekali pun. Gw lebih milih ngewe sama pohon. Sekarang lo minggir! Atau rokok ini gw slomotin ke mata lo sampek meleleh. Gimana? Simple kan? Tinggal milih aja "

Jessica melangkah mundur dengan wajah yang basah karena air mata yang tumpah begitu deras. Zio memang kasar, harusnya ia tau itu sejak dulu. Menerima Zio memiliki resiko besar di tambah lelaki itu tidak memiliki perasaan sama sekali.

" Gw gak akan nyerah, gw bakal tetap ngejar lo Zio. Gw akan buat lo bertekuk lutut di hadapan gw!!! " Jessica berlari meninggalkan lorong tepat di belakang sekolah tersebut.

Sedangkan Zio hanya menatap dengan datar tanpa menanggapi apa apa. Ia tidak perduli sama sekali, ancaman yang berupa omong kosong saja itu tidak ada apa apa nya. Zio kembali merokok di sana, melupakan emosi nya tadi.

" Kayak nya tuh cewe gak bakal nyerah gitu aja deh " Ucap Febri, di sisi lain memang semua nya tampak setuju dengan apa yang di katakan lelaki itu.

Tetapi apa perduli Zio. Mau Jessica melakukan apa pun itu terserah, asalkan jangan seseorang yang tengah ia perjuangkan dan ingin ia lindungi saat ini. Ada sebuah pikiran nekat di dalam kepala Zio saat ini. Menyentuh seujung rambut saja, mungkin akan ada darah yang menetes sebagai imbalan yang setimpal.

" Gw gak perduli.. "

Hujan | Yoon Jaehyuk × You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang