Bagian 31 - Confess

213 63 2
                                    

"Jadi, saya diterima nih?"

"Ya, seperti yang Mas Dirga dengar barusan. Adik saya menerima khitbah, Mas."

"ALHAMDULILLAH!" Tanpa sadar Dirga mengucapkan hamdalah dengan suara yang begitu lantang.

"Biasa aja kali, Bang. Alay banget tau, malu-maluin!" Sindir Farhan yang kebetulan ikut mendampingi kehadiran Dirga.

"Yee, sirik aja bocil. Lagi bahagia nih," Dirga mulai menyombongkan diri.

"Oh ya, Mas Dirga," Gama menjeda ucapannya.

"Kenapa, Mas?"

"Untuk proses selanjutnya, Mas Dirga mau gimana?"

"Gimana apanya ya, Mas? Maaf, saya kurang paham."

Gama terkekeh pelan. "Maksud saya tuh, apa Mas Dirga sudah menyiapkan tanggal untuk hari pernikahannya?"

Hari pernikahan. Mendengar dua kata itu membuat debaran jantung Dirga maupun Ana, sama-sama berdetak tidak karuan. Keduanya sama-sama bertanya di dalam hati, apakah sebentar lagi mereka akan benar-benar mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan? Rasanya sangat tidak nyata dan seperti mimpi.

"Untuk masalah itu, saya serahkan sepenuhnya ke pihak keluarga Mas aja." Jawab Dirga dengan nada bicara yang jauh lebih tenang.

"Nak Dirga nggak ada rencana mau melakukan resepsi pernikahan?" Tanya ibu Ana.

"Sebenarnya, saya punya rencana buat mengadakan intimate wedding aja sih, Tante. Saya kepinginnya cuma mengundang orang-orang terdekat. Itupun kalo pihak keluarga Tante, terutama Ana, menyetujui rencana saya."

"Loh, kalo begitu cocok banget tuh sama apa yang Ana mau. Dia juga dari kemarin udah ngebahas hal ini sama saya, Mas." Sahut Gama.

Dirga menatap Ana yang sejak tadi hanya bisa duduk dengan tenang di sebelah ibunya. Meskipun hanya sekilas, tapi Dirga bisa melihat dengan sangat jelas bila Ana baru saja mengumbar senyuman tipis.

Entah amalan baik atau doa mana yang telah menembus langit, sampai Allah mengabulkan keinginan Dirga seperti saat ini. Ia benar-benar bersyukur atas penantian panjangnya. Jika tahu kalau ending dari penantiannya adalah menikahi Ana. Bisa dipastikan jika lelaki itu tidak akan pernah membuka hati kepada gadis manapun sebelumnya.

Sekarang Dirga percaya bahwa jatuh cinta itu akan terasa indah jika kedua belah pihak  bisa saling berbalas rasa. Bukan hanya satu orang saja yang jatuh cinta. Dirga pernah merasakan jatuh cinta sendirian kepada Ana. Namun kali ini, cinta itu akan segera memiliki pasangan.

Setelah membahas semua hal mengenai rencana pernikahannya dengan Ana, Dirga berpamitan pulang dan berjanji akan mengajak kedua orang tuanya untuk membahas hal itu lebih lanjut.

"Gue, balik dulu ya, Na." Ucap Dirga kepada Ana yang mengantarnya sampai halaman rumah.

"Aku,"

"Hah?"

"Dibiasain pake aku-kamu mulai sekarang." Tegur Ana dengan suara lembut.

Demi apapun, rasanya Dirga ingin sekali berteriak sekeras yang ia bisa karena merasa salah tingkah sekaligus gemas dengan sikap Ana yang mulai mencair terhadapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dirgantara & CendanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang