Hampir semua meja dan kursi yang tersedia di kantin SMA Negeri 300 sudah terisi oleh para murid dari kelas 10, kelas 11, serta kelas 12. Aroma macam-macam makanan yang dijual oleh pedagang di kantin, membuat alarm bahaya dalam perut mulai berbunyi riuh.
"Gue bete banget, gila! Kenapa sih upacara hari ini harus diundur dua minggu lagi?"
Dirga terus mengucapkan hal yang sama, setelah tadi pagi Bu Linda menginformasikan bahwa lapangan sekolah mereka akan direnovasi selama beberapa hari kedepan karena akan ada tim audit dari Dinas Pendidikan. Padahal semua murid di kelasnya sudah datang pagi-pagi untuk mempersiapkan diri menjadi petugas upacara hari ini.
"Iya anjir! Mana tadi gue rela bangun dari Subuh demi siap-siap. Mana udah semangat lagi." Nufus menyetujui.
"Sumpah, gue juga udah semangat banget buat baca UUD." Dirga kembali bersuara.
"Halaah, kemarin-kemarin aja nggak mau lo." Sindir Irdhan.
"Sekarang mah udah beda lagi, Dhan. Udah pede banget gue."
"Ya udah, mending rasa pede lo yang sebenernya kepedean itu, lo simpan aja dah buat dua minggu lagi." Kata Irdhan.
"Yee, mana bisa lah bege!" Dirga tercengang ketika melihat kantin yang ramai. "Kenapa ya kantin rame banget kalo hari Senin gini?"
"Mungkin banyak yang skip sarapan karena takut telat upacara, makanya pas istirahat jadi padat begini. Tau sendiri kan SMAN 300 kalo hari Senin bel-nya udah bunyi dari pagi-pagi buta." Shaka menyahut. "Btw, lo semua mau makan apa? Biar gue aja yang pesan."
"Nufus mau bakso ya, Bang Shaka."
"Gue bukan Abang lo!"
"Irdhan mau nasi goreng, Papi."
"Gue gak pernah nikahin nyokap lo, ya!"
"Gue mau..." Dirga tampak berpikir sambil melihat-lihat.
"Mikirnya gak usah kelamaan, nanti keburu masuk." Tegur Shaka.
"Gue mau soto mie aja, pake nasi ya, Ka."
"Oke, minumannya samain aja ya, es teh manis. Gue pesan dulu, lo bertiga cari meja sana."
"Oke ganteng!" Jawab Irdhan.
Mereka bertiga mencari-cari meja kosong yang sekiranya bisa menampung empat orang. Sampai pada akhirnya, Nufus menunjuk satu meja yang terletak di pojok kantin. Dan berakhirlah mereka semua duduk di tempat itu.
"Dir, tukeran dong. Gue nggak mau madepin banyak orang." Pinta Nufus.
"Mager, Fus."
"Ayo lah, Dir. Gue beneran malu banget ini." Bujuk Nufus yang sudah bangkit untuk bertukar tempat duduk dengan Dirga.
Dirga menatap ke arah Irdhan yang duduk di depannya. "Dia kenapa sih? Tumbenan banget begini?"
"Lo liat aja noh, ada siapa di meja depan warung Mang Edo." Irdhan mengarahkan pandangannya pada gadis berambut ikal yang tidak jauh dari meja mereka.
"Yaelah, Shalim, Shalim... Lo jadi cowok lembek banget kayak yupi. Ada gebetan doang sampe minta tukeran tempat duduk segala. Alay!" Dirga langsung berpindah ke samping Irdhan. Dari posisinya saat ini, anak lelaki itu dapat menyaksikan banyak orang yang sedang berlalu lalang di kantin. Pandangan Dirga dibuat salah fokus oleh satu orang yang tengah menyantap makanannya dengan raut wajah yang terlihat sangat tenang. "Gue baru nyadar kalo ternyata cewek tuh bakalan jauh berkali-kali lipat lebih cantik kalo pake kerudung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara & Cendana
RomanceHanya orang tidak waras seperti Dirgantara Awan yang berani menyatakan perasaannya saat mendapat tugas untuk membaca teks Undang-Undang Dasar 1945 di hadapan seluruh perserta upacara. Andai saja hari itu ia tidak menyebut nama Gemintang Cendana dal...