Bagian 18 - Goyah

304 67 4
                                    

Suasana di meja nomor enam belas itu terasa sangat canggung. Sejak kembalinya Dirga usai melaksanakan shalat Ashar, Danisa merasakan ada yang aneh dari gelagat kekasihnya. Ia terlihat kehilangan fokus dan bangak melamun.

"Aku mau pulang."

"Kok, tiba-tiba minta pulang, Sa? Kamu nggak enak badan?" Dirga langsung menanyakan hal itu karena khawatir.

"Aku nggak apa-apa, tapi kayaknya kamu yang nggak baik-baik aja."

"Maksudnya apa? Aku baik-baik aja kok."

Danisa menghela nafas panjang yang terdengar cukup menjengkelkan untuk Dirga.

"Sa, kamu kenapa sih? Aku kelamaan ya shalatnya? Aku minta maaf kalo emang iya."

"Kamu yang kenapa, Dirga? Kamu sadar nggak sih kalo dari tadi tuh kamu kebanyakan ngelamun? Kamu juga kelihatan nggak tertarik sama semua cerita aku."

Perlu diakui jika Dirga memang kehilangan fokusnya setelah ia kembali bertemu dengan sosok perempuan di toilet tadi. Dia, Gemintang Cendana. Entah mengapa, meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu, namun masih saja ada getaran aneh di dalam lubuk hati Dirga saat pertemuan tidak disengaja tadi.

Meskipun setelah memberikan teguran kepada Dirga, Ana langsung bergegas pergi begitu saja. Tapi anehnya, bayang-bayang serta wajah jutek khas perempuan itu sangat membekas di dalam ingatan Dirga. Bahkan, sampai detik ini.

"Tuh kan, bahkan saat aku lagi ngomong begitu, kamu masih aja sibuk ngelamun. Kamu kenapa sih, Dir? Nggak biasa banget kamu begini?" Nada bicara Danisa sedikit meninggi.

"Maaf, Sa. Aku capek banget hari ini, makanya sedikit nggak fokus."

"Yaudah kalo gitu, kita pulang sekarang aja."

"Habisin makanannya dulu, Sa, mubazir nanti. Ini masih banyak banget loh."

Dirga terus mencoba melembutkan suaranya agar amarah Danisa segera mereda, tapi entah mengapa perempuan itu justru terlihat semakin kesal.

"Kalo kamu mau habisin makanannya, yaudah. Aku tetap mau pulang duluan."

"Sa," Dirga langsung menggenggam pergelangan tangan Danisa ketika ia hendak berdiri. "Kamu kenapa semarah ini sih sama aku? Kalo ada hal lain yang bikin kamu kesal, tolong ngomong."

Perempuan cantik itu menatap kekasihnya dengan dalam. Awalnya terasa biasa saja, tapi lama kelamaan, pandangan Danisa mulai mengabur. Ada seonggok rasa bersalah yang mulai menghantuinya.

"Dir, maafin aku. Aku udah marah-marah nggak jelas sama kamu." Ungkapnya dengan suara pelan. Ia menunduk sambil mengusap kedua sudut matanya.

Pemandangan itu tampak indah bagi Dirga. Ia mengumbar senyum sambil mengusap-usap bahu Danisa.

"Aku mau ke toilet dulu."

"Mau aku anterin nggak, Sa?"

"Dirga, apaan sih? Kok kamu mesum banget?!" Amuk Danisa yang langsung mendapatkan tawa renyah dari lelaki di depannya.

Suasana restoran yang semakin ramai, membuat meja-meja yang sebelumnya kosong, perlahan mulai terisi satu persatu. Termasuk juga meja yang bersebrangan dengan tempat Dirga berada. Dari ekor matanya, lelaki itu dapat melihat jika ada dua orang perempuan yang baru saja duduk di sebelahnya.

Dirgantara & CendanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang