Bagian 27 - Moment

279 69 8
                                    

Tumpukan berkas laporan yang harus direvisi dan diselesaikan sebelum jam delapan malam, membuat Dirga harus over time hari ini. Ia sudah berulang kali mengatur posisi duduk yang mulai tidak nyaman. Tulang punggungnya ingin segera ia rebahkan di atas kasur yang empuk.

Dirga menatap jam di layar laptopnya yang menunjukan pukul enam kurang lima belas. Ia segera meninggalkan ruangannya untuk pergi ke Masjid yang berada di seberang bangunan kantornya. Lelaki itu tidak ingin ketinggalan shalat berjama'ah. Ia tidak ingin menduakan urusan akhirat hanya untuk kepentingan dunia yang bersifat sementara.

"Loh, belum balik, Mas?"

Suara itu membuat atensi Dirga teralih dari layar ponselnya. "Belum, Pak." Jawabnya dengan ramah.

"Lagi kejar target ya, Mas? Kayaknya saya perhatiin dari kemarin Mas Dirga lembur terus."

Dirga terkekeh mendengar pertanyaan dari pria yang seusia dengan Papanya itu. Namanya Pak Bakhrie, beliau merupakan Plan Manager yang sudah berkerja kurang lebih delapan tahun di perusahaan tempat Dirga berkerja saat ini.

"Lebih tepatnya kejar setoran sih, Pak. Pekerjaan saya benar-benar lagi menggunung banget. Sampe encok ini pinggang."

Pak Bakhrie tertawa renyah menanggapi jawaban Dirga. Keduanya terus mengobrol santai sambil sama-sama menuju masjid untuk melaksanakan shalat Maghrib berjama'ah.

"Tapi calonnya sudah ada, Mas?"

"Belum nih, Pak. Cariin dong,"

"Waduh.. kalo saya yang nyari, nanti ketemunya malah janda pirang, Mas." Gurau Pak Bakhrie.

"Kalo itu mah buat Bapak kali, Pak. Bukan buat saya."

Lagi-lagi Pak Bakhrie tertawa karena jawaban Dirga. Keduanya segera bergegas wudhu setelah azan berkumandang. Melaksanakan shalat berjama'ah di masjid selalu memberikan efek yang sangat dahsyat untuk Dirga pribadi. Tubuhnya yang semula sudah lemah, leti dan lesu, mendadak segar kembali.

"Mas, saya duluan ya. Mau langsung balik soalnya." Pak Bakhrie langsung berpamitan usai selesai shalat berjama'ah.

"Iya, Pak. Hati-hati di jalan."

"Semangat lemburnya, Mas. Semoga setorannya cepat kelar."

"Aamiin, Ya Allah..."

Pria itu perlahan menghilang dari pandangan Dirga. Meski sedang sibuk-sibuknya bekerja, dzikir setelah shalat fardu ataupun sunnah, tidak pernah Dirga tinggalkan selama beberapa bulan belakangan ini. Seperti saat ini contohnya. Ia menyempatkan diri untuk berdzikir dan memohon kelancaran atas semua yang ia lakukan kepada Allah.

Setelah kurang lebih dua puluh menit bergelut dengan perbekalan akhiratnya. Dirga memutuskan kembali ke kantor untuk segera menyelesaikan sisa pekerjaannya yang belum rampung sejak kemarin.

"Yaah... kok sepatunya nggak ada sih?"

Suara perempuan yang terdengar samar itu berhasil tertangkap indra pendengaran Dirga tanpa disengaja.

"Ya Allah, kok sepatu aku hilang sebelah sih?"

"Cari apa, Mbak?"

Dirgantara & CendanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang