Bagian 20 - Ikatan

222 68 5
                                    

Menyibukan diri tentunya jauh lebih baik, daripada merenung seorang diri di dalam kamar. Ana terus mengelilingi beberapa rak buku untuk mencari buku self improvement yang sekiranya dapat ia beli dengan uang tabungannya yang tidak seberapa itu.

Hari ini, akad pernikahan Zidan dilangsungkan. Hari ini lelaki itu akan menjabat tangan seorang Ayah untuk meminta izin menikahi putrinya. Pada akhirnya, Ana memutuskan untuk tidak datang ke akad pernikahan itu. Ia hanya akan datang esok hari, saat resepsi pernikahannya dilangsungkan.

Tempo hari Puput bersikukuh untuk mengajak Ana liburan ke rumah Tantenya yang berada di Bogor. Sebagai seorang sahabat, tentu saja Puput tidak ingin Ana berada di kota yang sama saat lelaki pujaannya melakukan ijab kobul. Namun sayangnya, Ana juga bersikukuh dengan mengatakan bila ia akan baik-baik saja.

"Ana,"

Seorang perempuan berparas manis dengan balutan jilbab pashmina menyapa Ana dengan antusias saat mereka tidak sengaja bertemu di lorong rak buku.

"Kak Azizah?"

Benar, perempuan itu adalah Azizah. Ia adalah calon kakak ipar Ana. Lima bulan yang lalu, Gama telah resmi mengkhitbah Azizah yang merupakan adik tingkatnya semasa kuliah dulu.

"Kamu ke sini sama siapa, Na?"

"Aku sendirian, Kak. Kak Zizah sama siapa?"

Azizah membawa pandangannya kepada seorang lelaki yang sedang menggendong bocah berusia lima tahun dan menatap kedua perempuan itu sambil tersenyum lebar.

"Tumben banget tuh, Na, Abang kamu ngajakin Kakak ke toko buku."

"Dia lagi kesambet kali, Kak."

Azizah hanya bisa tertawa mendengar ucapan itu. Tidak lama setelahnya, Gama menyempatkan diri untuk bergabung dengan Azizah dan Ana.

"Kok kamu ada di sini sih, Na? Mana sendirian lagi, kasian banget. Jomblo ya?" Ledek Gama.

"Abang kalo nggak mau aku pukul pake kamus Bahasa Indonesia, mending diam aja deh."

"Astagfirullah hal'adzim... jomblo kalo emosi serem banget ternyata. Ampun deh, mblo."

"Abang!" Ana langsung berseru kesal.

Lagi-lagi Azizah hanya bisa tertawa melihat pertengkaran antara kakak beradik itu.

"Kamu beli buku apaan itu?" Tanya Gama.

"Buku self improvement."

"Oh.. itu doang?"

"Iya."

"Nggak mau beli novel? Kemarin kata kamu, stok buku fiksi kamu udah habis kan?"

"Uang tabungan aku nggak cukup kalo harus beli dua buku sekaligus."

"Tambah satu lagi aja, biar nanti Abang yang bayar."

Mata Ana berbinar. "Serius, Bang?"

"Iya, udah sana pilih buku atau novel yang mau kamu beli." Perintah Gama.

Dirgantara & CendanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang