Brugh!
"Dir..."
"Dhan..."
"Gue nabrak motor orang, Dir." Wajah Irdhan langsung memucat. "Anjir! Bagian belakangnya sampe pecah, Dirga."
"Demi?"
"Turun, Dir, turun!" Perintah Irdhan.
Dirga segera turun dari motor vespa kuning miliknya yang dikendarai Irdhan. "Lah, platnya sampe copot anjir, Dhan."
"Terus gimana nih? Kita mau kabur apa gimana?"
"Tanggung jawab, kocak! Masa berani berbuat, nggak berani bertanggung jawab sih?"
"Kan gue nggak sengaja. Udahlah kabur aja yuk." Bujuk Irdhan.
"Mau kabur juga bakalan tetap ketahuan sama CCTV, Irdhan. Mending kita tanggung jawab aja. Gue ngeri ini motor Guru doang." Dirga bertolak pinggang sambil memperhatikan motor yang belakangnya setengah hancur itu.
"Dir..."
"Hm?"
"Maaf banget ya, gara-gara gue motor lo jadi lecet gini depannya. Demi Allah gue nggak sengaja, Dir." Ucap Irdhan dengan penuh ketulusan hati
"Santai aja kali, Dhan. Motor gue mah nggak usah lo pikirin. Lagian lecetnya juga dikit doang."
"Tapi lo marah nggak sama gue?"
Dirga menatap Irdhan. "Kesel dikit sih gue. Tapi kalo ditraktir soto Teh Eti mah, keselnya hilang sendiri nanti."
"Halaah, mencari kesempatan dalam kesempitan lo!" Irdhan mendesis. "Ya udah, nanti gue traktir cireng gocengan aja."
"Gue becanda doang, Irdhan. Elaah, lo serius amat dah?" Dirga terkekeh. "Daripada traktir gue, mending uangnya dipake buat patungan aja."
"Patungan apa? Emang kita ada kerja kelompok ya?"
"Patungan buat benerin motor orang yang somplak gara-gara lo tabrak lah, gelo!"
"Tapi kan gue nggak tau ini motor siapa."
"Lo pikir gue tau?"
"Terus kalo kita sama-sama nggak tau, gimana mau benerinnya? Masa iya mau kita bawa kabur gitu aja motornya?"
"Yee, kalo gitu mah namanya lo mau ngemaling, bukan mau benerin motor orang. Udahlah, kesel gue ngomong sama lo!"
"Ya, terus gimana dong, jamet?! Lo kalo ngasih ide tuh yang jelas, yang bisa diterima nalar gitu loh." Demo Irdhan.
"Kita ke TU ajalah, buat liat rekaman CCTV hari ini, biar tau ini motor siapa." Saran Dirga.
"Lo yakin bakal kenal sama orang yang punya motor, kalo udah liat CCTV?"
"Ya, siapa tau kan? Soal hasil mah liat belakangan aja dah, yang penting kita usaha dulu, ayo." Dirga berjalan meninggalkan Irdhan, sebelum akhirnya ia kembali berbalik. "Dhan..."
"Apa?"
"Tapi kan ini hari Sabtu, dodol!"
"Terus kenapa?"
"Ruang TU-nya tutuplah."
"Lah, iya. Kalo gitu ngapain lo pake ngajak gue ke TU, kambing?!"
Lagi-lagi keduanya harus kembali ke parkiran sekolah. Dirga menatap motor yang Irdhan tabrak dengan tidak enak hati dan penuh rasa bersalah.
"Dir, barusan Nufus chat gue. Katanya anak-anak nungguin kita, latihan upacaranya mau dimulai." Kata Irdhan.
"Lo bawa buku sama pulpen nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara & Cendana
RomanceHanya orang tidak waras seperti Dirgantara Awan yang berani menyatakan perasaannya saat mendapat tugas untuk membaca teks Undang-Undang Dasar 1945 di hadapan seluruh perserta upacara. Andai saja hari itu ia tidak menyebut nama Gemintang Cendana dal...