Bagian 1 - Dirgantara

1.4K 138 33
                                    

[2017]

"Guys, jangan lupa ya besok kita latihan upacara jam delapan pagi."

"Buset, pagi amat? Jam segitu mah gue belum bangun, Jae." Irdhan berkomentar.

"Itung-itung olahraga, Dhan." Sahut Jaelani, si ketua kelas 12 IPA 1.

"Emang jam sepuluhan nggak bisa ya, Jae?" Tanya Windy.

"Lapangannya mau dipake latihan sama anak Futsal, Win. Lagian juga panas jam segitu mah."

"Kalo sore gimana? Mending sore aja sih, biar nggak panas."

"Kalo sore lapangannya dipake latihan sama anak Paskib, Danisa." Jaelani kembali menjawab.

"Yaelah, lama-lama lapangan sekolah gue beli juga nih biar nggak ada yang pake." Nufus berdecak.

"Udah ya, pokoknya besok kita usahakan latihannya mulai jam delapan. Paling mentok jam delapan lima belas lah. Kalo ada yang ngaret apalagi sampe nggak dateng tanpa alasan, bakal gue denda sepuluh ribu. Thanks." Jaelani menegaskan pengumuman yang ia sampaikan kepada teman-temannya.

"Jae, si Nufus langsung denda aja nih. Tadi dia bilang ke gue kalo nanti malam mau begadang. Mau nonton film Jepang yang genre-nya romance kata dia. Gue mah yakin besoknya dia bakal kesiangan terus ngaret." Irdhan tersenyum jahil.

"Nggak usah fitnah, anjg!" Nufus langsung memukul Irdhan dengan buku tulis.

"Dih, siapa yang fitnah? Kan lo sendiri yang tadi bilang ke gue kalo mau nonton film Jepang."

"Tapi kan film yang gue tonton itu film Doraemon. Bukan film romance. Pikiran lo ngeres banget, Dhan. Heran gue mah sama lo!"

"Astagfirullah Haladzim... yang ngeres itu pikiran lo, Nufus Shalim! Lo pikir selama ini kisah cinta Nobita sama Shizuka nggak termasuk ke dalam genre romance?"

"Ta-tapi kan lo nggak bilang ke gue kalo yang lo maksud tuh mereka. Kan pikiran gue jadi melanglang buana terlalu jauh. Kirain gue film Jepang yang lo maksud tuh, yang pemainnya Maria Ozawa."

"Makanya Fus, kalo punya otak tuh jangan kriting. Sekali-kali lurusin lah. Mesum banget jadi manusia. Najis!"

"Otak lo dulu sini gue catok biar lurus!" Nufus berdesis kesal menanggapi kelakuan Irdhan.

Atensi Irdhan beralih ke orang di meja belakangnya. "Woi, Ka."

Shaka mengalihkan padangan dari layar ponselnya. "Apaan?"

"Dia tidur apa mati sih? Kok dari tadi anteng-anteng aja gue lihatnya." Pertanyaan Irdhan membuat Shaka dan Nufus langsung menatap ke satu orang yang sama. Orang di samping Shaka.

"Yaelah, Dhan... Lo kan tau sendiri, tuh anak kalo udah tidur emang kayak orang mati." Kata Nufus.

"Ya iya sih, tapi kalo dia mati beneran gimana? Serem, cuy! Nanti kalo arwahnya gentayangan terus nyamperin kita satu-satu, gimana?" Irdhan bergidik ngeri.

"Sumpah! Otak lo itu selain hal mesum sama hal mistis, isinya apalagi sih Irdhan?" Nufus terlihat frustasi.

Irdhan langsung menyentil lengan Nufus. "Yee, sembarangan aja lo bilang otak gue mesum. Gini-gini juga gue udah tiga kali khatam woi!"

"Khatam Iqra?" Tanya Shaka.

"Gila aja, emangnya gue bocah SD? Masa anak SMA khatam Iqra. Juz 'Amma lah!" Sergah Irdhan.

Dirgantara & CendanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang