08 - Makna Tersirat

119 26 6
                                    

Yg fokus ya bacanya. Karena sesuai judul, penuh dengan makna tersirat.

Happy Reading!

.
.
.
.
.

Tok! Tok! Tok!

Ghina terus berusaha mengetuk pintu kamar Yuna yang terus tertutup rapat sejak kemarin. Raut khawatir tercetak jelas di wajah Ghina. Bukannya apa-apa, sejak kemarin Yuna belum makan ditambah kemarin saat pulang kuliah itu Yuna dalam keadaan berantakan sekali.

Ghina sempat menanyakan perihal keadaan Yuna tapi Yuna hanya menangis dan berlari masuk ke dalam kamarnya, tidak menjawab pertanyaan Ghina. Kemudian mengurung dirinya sendiri di kamar sampai detik ini.

"Yuna makan dulu sayang.  Kamu kan belum makan dari kemarin. Mbak khawatir banget sama kamu" ujar Ghina sembari berusaha mengetuk pintu berharap Yuna segera membuka pintu kamarnya dan mau keluar kamar.

"Yuna" panggil Ghina lagi yang lagi-lagi juga tidak disahuti oleh si pemilik kamar. Ghina pun tampak berhenti mengetuk pintu merasa bahwa usahanya sia-sia kemudian dia menghela napasnya berat.

"Ghina"

Ghina menolehkan kepalanya ke belakang melihat Omanya yang menatap Ghina dengan tatapan khawatir. Tentu saja mengkhawatirkan cucu kesayangannya yang sejak kemarin mengunci diri di kamar. Kemudian Ghina segera menghampiri Omanya dengan malas-malasan, "iya Oma"

"Yuna belum mau keluar kamar juga?" Tanyanya yang langsung dibalas anggukan kepala Ghina.

"iya. Ghina udah coba bujuk tapi dia nggak mau keluar juga" ujar Ghina dengan raut wajah kecewanya. Terlihat di sana Oma juga sama kecewanya seperti Ghina, bahkan sekarang raut kecewa itu bercampur bersama dengan raut wajah khawatirnya yang  tercetak jelas diantara wajah keriputnya.

"Mungkin Yuna maunya dibujuk Rinai" ujar Andra yang baru saja keluar kamar yang memang terletak di dekat kamar Yuna. Andra juga sempat mendengar pembicaraan mereka sehingga rasanya wajar ketika alih-alih Andra bertanya apa alasan istri dan Omanya khawatir, Andra justru langsung memberikan sebuah solusi.

Oma menatap tidak suka ke arah Andra, tepatnya pada solusi yang Andra katakan barusan, "Anak itu lagi. Nggak. Oma nggak sudi anak itu menginjakkan kakinya di rumah ini lagi" ujar Oma menentang dengan tegas kehadiran Rinai di rumah ini lagi.

Andra menghela napasnya pelan mendengar dengan tegas penolakan dari Omanya, "Tapi Oma, Yuna dan Rinai itu kan dekat sekali. Yuna ngunci diri di kamar sejak kemarin, kalau dia sakit kan kasian juga" kata Andra memberikan alibi yang cukup logis. Semua penghuni rumah ini tahu bahwa sosok yang paling dekat dengan Yuna adalah Rinai, jadi kemungkinan besar Rinai bisa membujuk Yuna untuk mau keluar kamar dan memakan makanan barang sedikit saja agar dia tidak sakit mengingat sejak kemarin Yuna mengunci diri di dalam kamarnya.

Ghina menganggukkan kepalanya pelan setuju pada saran Andra, "kayanya Ghina setuju sama ucapan Mas Andra" Ghina melirik Andra sekilas, Andra sendiri langsung menganggukkan kepalanya pelan meminta Ghina untuk lebih intens lagi membujuk Oma agar mau menyetujui sarannya. Ghina pun kemudian berjongkok di depan Omanya lantas memegang kedua lengan kursi roda yang diduduki oleh Omanya, "Oma kita minta Rinai bujuk Yuna aja ya. Seenggaknya Yuna harus makan Oma, sejak kemarin dia belum makan. Ghina juga takut Yuna sakit"

"Nggak. Oma nggak mau" ujar beliau tetap tidak mau merubah keputusannya. Dia terlalu membenci Rinai sampai rasanya tidak sudi menatap wajah Rinai lagi barang beberapa detik saja. Ayolah, dia sudah mengusir Rinai dengan susah payah dari rumah ini, tentu saja terasa berat jika membiarkan anak itu kembali menginjakkan kakinya di rumah ini hanya karena alasan sederhana.

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang