04 - Kehancuran Rencana

131 31 6
                                    

Sedikit info aja kalau semua tindakan, sikap dan cara Rinai berbicara yg mungkin terkesan berubah-ubah itu bukanlah kesalahan, tapi emang konsep dari aku untuk menegaskan beberapa hal :D

Happy Reading!

.
.
.
.
.

Sreett~

Rinai menarik kursi besi tepat di seberang kursi yang diduduki oleh seorang wanita berambut pendek.

Wanita yang semula sibuk menyeruput jus stroberi yang dia pesan itu lantas menggulirkan bola matanya ke depan, menatap Rinai dengan santai. "Kenapa kelihatan badmood begitu?" Tanyanya tanpa melepaskan sedotan jusnya dari mulutnya. Sekarang dia malah sibuk menggigiti sedotan itu.

Rinai melirik malas ke arah wanita itu. Entah kenapa pertanyaan dari wanita itu mengingatkannya pada kejadian beberapa menit sebelumnya. Saat dia dibuat kesal oleh perangai dari Aksara. Rinai pun mengangkat bahunya acuh menjawab pertanyaan wanita itu yang memang belum sempat dia jawab tadi, "saya nggak suka sama laki-laki yang sombong seperti kakak kamu" ujar Rinai to the point, tanpa repot-repot memilah kata yang sekiranya tidak merujuk ke arah menjelek-jelekkan kakak Gaby.

Alih-alih kesal karena Rinai menjelekkan kakaknya secara terang-terangan, Gaby justru terkekeh pelan seolah sudah menyangka bahwa suatu saat sifat kakaknya itu akan membuat suasana hati Rinai hancur dengan mudahnya. Kemudian Gaby mengeluarkan sedotannya dari mulutnya, lantas merubah posisinya menjadi posisi duduk tegak kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Sementara kedua tangannya dia letakkan di puncak lengan kursi yang dia duduki. Kedua matanya yang sama tajamnya seperti Aksara itu tampak menatap puas sosok wanita dihadapannya di mana raut wajah penuh kekesalan itu tampak mendominasi wajah Rinai yang biasanya terlihat tenang.

"Kan aku udah bilang, Mas Aksara itu beda dari laki-laki yang lain. Dia memang dingin, sombong dan cerdas. Tiga hal itu udah menunjukkan kalau dia itu sulit ditaklukkan"

Rinai tersenyum sinis mendengar ucapan Gaby yang seolah merendahkan dirinya. Memang, hari ini Rinai dibuat keteteran dengan sifat Aksara, bahkan dia mengakuinya secara terang-terangan dihadapan Gaby, tapi Rinai jelas tidak akan menyerah sampai disitu saja. Lagipula kalau berbicara soal kecerdasan, Rinai yakin dia pasti jauh lebih cerdas dari Aksara kok. "Buat saya tiga hal itu nggak ada apa-apanya. Cepat atau lambat saya pasti bisa naklukin manusia sombong seperti dia"

Gaby menganggukkan kepalanya pelan, "iya.  Percaya kok Mbak. Dan aku cuma bisa berharap semoga ucapan Mbak bisa jadi kenyataan ya" ujar Gaby diakhiri senyuman menyebalkannya, jelas menyindir Rinai.

Rinai mengangkat bahunya pelan, menegaskan bahwa sekalipun Gaby meledeknya begitu, Rinai pasti bisa menaklukkan seorang Aksara. Yah, meskipun sejujurnya Rinai tidak seratus persen yakin. Mungkin Rinai unggul dalam hal menggoda seorang pria dan dia sangat yakin bahwa kecerdasannya bisa membuat seorang Aksara berpaling dari Yuna tapi di sisi yang lain Rinai merasa tidak yakin kalau dia itu akan kuat menghadapi sifat Aksara yang baginya terasa begitu menyebalkan. Rasanya menjadikan Aksara alat balas dendamnya pada Yuna justru memberikan beban tambahan untuk dirinya. Aksara seolah akan menjadi penghalang bagi dirinya bisa melakukan balas dendamnya pada Yuna.

"By the way, gimana misi hari ini Mbak? Gampang kan?" Tanya Gaby santai, kali ini memanggil Rinai dengan embel-embel 'Mbak'. Memang semenjak mereka terlibat kerjasama Gaby berubah menjadi sosok yang mau bersikap sopan pada yang lebih tua, bahkan mendadak dia bersikap seolah dia sudah kenal cukup lama dengan Rinai. Salah satunya dibuktikan dengan ledekannya tadi.

Rinai berdecak pelan, "Saya diusir sama kakak kamu jadi saya pergi aja dari sana"

"Uhuk!" sontak saja Gaby tersedak mendengar ucapan Rinai. Gaby pun langsung menatap ke arah Rinai dengan tatapan tidak percayanya. Jujur saja, Gaby tidak terkejut dengan fakta bahwa Rinai diusir dari ruangan kakaknya karena dia sudah tahu betul dengan sifat kakaknya dan larangan kakaknya yang memang tidak suka jika ada orang lain yang masuk ke ruangannya. Tapi yang membuatnya tersedak adalah fakta bahwa Rinai memilih pergi dari sana.

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang