22 - Mimpi Buruk

102 29 3
                                    

---02 Desember, 2019---

Tidak terasa sudah hampir setahun Rinai ikut tinggal di kos-kosan Hanin. Artinya sudah selama itu juga Rinai bersembunyi dari keluarganya dan berlagak seperti dia ini sedang berkuliah di luar negeri bahkan ketika Ayahnya atau Ibunya menghubunginya Rinai harus siap dengan segala dialog penuh kebohongan agar mereka percaya bahwa Rinai memang sedang berkuliah. Dan kebiasaan yang Rinai lakukan setahun belakangan ini membuat Rinai merasa bahwa berbohong bukan lagi sesuatu yang terasa sulit, juga bukan menjadi sesuatu yang terasa tabu kendati di awal-awal Rinai sempat merasa bersalah karena sudah membohongi mereka.

Ngomong-ngomong sekarang ini baru jam tujuh malam. Dan seperti biasa Rinai akan menemani Hanin yang selalu disibukkan dengan berbagai jenis makalah yang harus dia kerjakan sementara Rinai terkadang akan menggambar sketsa baju dari sisa-sisa kertas yang tidak terpakai oleh Hanin, seperti saat ini. Yah, hitung-hitung penghilang rasa bosan.

"Kak"

"Hem?" Jawab Rinai seadanya. Bukannya tidak mau menanggapi panggilan Hanin dengan jawaban yang lebih panjang, melainkan karena Rinai memang masih terlalu fokus pada rancangan busananya ini.

Hanin yang notabenenya berdiri di hadapan Rinai tampak melirik sekilas ke arah pintu kos-kosannya sebelum kembali menatap Rinai, "Ada yang datang, Kak" 

"Siapa? Pacar kamu itu?" Tanya Rinai santai mengingat pacar Hanin yang bernama Revan itu memang kerap kali datang ke kos-kosan Hanin, terkadang untuk sekedar memberikan makanan, terkadang juga mengerjakan tugas bersama atau sekedar menonton film bersama.

Hanin menggelengkan kepalanya pelan, "bukan. Tapi, Kak Galen"

Rinai menghentikan kegiatannya seketika. Perlahan dia mendongakkan kepalanya dan melihat langsung sosok yang Hanin maksud yang masih berdiri di depan pintu kos-kosan Hanin yang terbuka lebar. Sosok bertubuh jangkung yang memakai celana longgar dan atasan berupa hoodie berwarna biru gelap.

"Galen"

Galen melemparkan senyuman manisnya saat Rinai menyebutkan namanya dengan tatapan yang menunjukkan bahwa dia terkejut dengan kehadirannya di kos-kosan Hanin sekarang.

Rinai pun segera bangkit dari posisinya kemudian menghampiri Galen yang sejak tadi terus melemparkan senyuman manisnya. "Ngapain ke sini? Kan udah malem. Nanti sakit loh" ujar Rinai panik mengingat Galen itu sering sekali jatuh sakit, bahkan dalam seminggu Galen bisa sampai dua kali masuk rumah sakit. Dan sekarang Galen justru berkeliaran di malam hari, padahal kan udara malam tidak baik untuk kesehatan Galen.

Galen menggelengkan kepalanya pelan, "nggak akan sakit kok, Mbak"

Rinai menghela napasnya berat sembari menggelengkan kepalanya pelan tidak habis pikir dengan Galen yang selalu saja menyepelekan keadaannya itu. Apakah Galen tidak tahu seberapa khawatirnya dirinya dan Andra jika mendapatkan kabar bahwa Galen masuk rumah sakit. Ya, tentu saja. Andra yang notabenenya adalah sepupu Galen, dan Rinai yang notabenenya sangat dekat dengan Galen sejak mereka dipertemukan di tahun 2018 pasti tidak akan merasa tidak khawatir jika Galen jatuh sakit sampai harus dilarikan ke rumah sakit seperti yang sudah-sudah.

"Galen jawab pertanyaan aku. Kamu ngapain ke sini? Cari Mas Andra atau apa?"

Galen menggelengkan kepalanya pelan yang lagi-lagi dibalas tatapan bingung Rinai.

"Terus?" Tanya Rinai.

Galen menunjuk sebuah mobil mewah yang terparkir apik di depan kos-kosan Hanin. Mobil yang baru sekali dilihat Rinai. Ah tidak, Rinai tahu itu mobil milik siapa, hanya saja terasa baru jika yang membawa mobil itu kemari adalah Galen, apalagi saat malam-malam begini. "Aku pinjem mobilnya Mas Andra, Mbak. Dan aku mau ajak Mbak pergi ke mall sekarang. Aku pengen beli handphone baru"

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang