Rinai mengernyitkan dahinya dalam-dalam begitu dia mendapati musuhnya berdiri bersandar di depan pintu utama rumahnya.
Untuk apa lagi dia datang ke rumah kontrakannya? Bukannya urusannya dengan Aksara sudah selesai?
Ya, selesai dalam artian kembali menjadi musuh yang sesungguhnya. Dan seharusnya status diantara mereka itu cukup menjadi alasan untuk Aksara tidak lagi datang ke rumahnya. Terkecuali jika Aksara ingin memarahinya lagi seperti saat itu, lantaran Yuna yang mungkin masih marah pada Aksara karena tindakan spontan Rinai ketika di dalam taksi kala itu.
"Ngapain kamu di sini?"
Aksara mendongakkan kepalanya mengalihkan atensinya dari benda yang dia tatap sedari tadi. Aksara pun langsung menegakkan posisinya kemudian berjalan beberapa langkah sampai dia berdiri dihadapan Rinai, "akhirnya kamu pulang juga"
Rinai mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali saat mendengar ucapan Aksara barusan. Seolah-olah Aksara memang menunggunya pulang sejak tadi. Sampai sebegitunya Aksara ingin memarahinya, dia bahkan rela menunggunya.
"Kamu nungguin saya?" Tanya Rinai berpura-pura tidak tahu.
Aksara menganggukkan kepalanya pelan. Dia pun terlihat menggulirkan bola matanya ke arah benda yang sedari tadi ada dalam genggaman Rinai. Ya, sebuah map cokelat yang pasti berisi surat lamaran pekerjaan. Itu artinya sampai detik ini Rinai memang masih berusaha mencari pekerjaan. Yah, sepertinya kedatangannya kemari tidak akan sia-sia.
"Saya lagi capek. Kalau kamu mau marah, lain kali aja bisa kan?"
Aksara pun menarik segurat senyuman tipisnya menyadari betul bahwa Rinai pasti mengira dirinya datang kemari lantaran ingin memarahi Rinai karena tindakan terakhir yang Rinai lakukan. Aksara pun menggelengkan kepalanya pelan kemudian langsung memberikan sebuah benda yang dia pegang sedari tadi pada Rinai.
Rinai pun secara refleks melirik benda yang ada dalam genggaman Aksara. Dahinya mengerut dalam saat melihat beberapa tulisan dalam benda berukuran kecil tersebut. "Kartu nama?" Tanya Rinai penuh kebingungan.
Aksara menganggukkan kepalanya pelan, "Ambil" titahnya.
Rinai pun mengambil kartu nama itu dengan sedikit ragu kemudian membaca lebih jelas lagi tulisan yang ada di dalam kartu nama tersebut. Kartu nama yang ternyata bertuliskan nama butik terkenal, lengkap dengan nama pemilik butik dan alamat butik tersebut. Rinai menelan ludahnya gugup, kemudian mendongakkan kepalanya dalam tempo lambat, menatap Aksara dengan tatapan yang sedikit panik. "I-ini apa maksudnya?" Tanya Rinai sembari menggoyangkan beberapa kali benda dalam genggamannya.
Aksara menunjuk kartu nama tersebut, "itu kartu nama butik temen saya. Karena setau saya kamu itu lulusan jurusan tata busana seperti Ghina jadi saya rasa kamu bisa melamar kerja di butik itu"
Rinai gelagapan. Bagaimana bisa Aksara menyarankan dirinya melamar sebuah pekerjaan di butik terkenal itu sementara pada kenyataannya Rinai bahkan tidak pernah mencicipi bangku perkuliahan. Rinai pun tertawa renyah sembari memberikan benda itu kembali pada Aksara, "nggak perlu. Saya itu udah kerja. Jadi saya nggak butuh ini" tolak Rinai dengan tegas.
Aksara tersenyum geli melihat Rinai tampak panik hanya karena dia membahas soal Rinai yang katanya lulusan jurusan tata busana. Rinai bahkan berbohong dengan mengatakan kalau dia sudah mempunyai pekerjaan. Apa Rinai tidak sadar bahwa benda yang sedari tadi dia genggam sudah mematahkan segala kebohongannya itu.
Alih-alih mengambil kembali kartu nama itu, Aksara justru memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana jeans hitam yang dia kenakan, "Kamu yakin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Sister (✓)
Fanfic(SUDAH DI REVISI) Local Fanfiction Cast : Hoshyer & Yuju Romance | Drama | Love Triangle | 17+ STEP-SISTER Pertunangan yang terjadi diantara Aksara dan Yuna berjalan dengan mulus. Hanya tinggal menghitung hari saja dan hubungan keduanya akan sampai...