33 - Guilty

105 19 12
                                    

(n') bersalah atau bertanggung jawab atas kesalahan tertentu.

.
.
.

Hari ini Aksara kembali berusaha mencari Rinai setelah kemarin usahanya dalam mencari Rinai gagal dilakukan. Aksara tidak menemukan Rinai di kota di mana dia tinggal, sehingga Aksara memutuskan untuk mencari Rinai ke Bandung. Mana tahu sebenarnya Rinai kembali ke rumah Ibunya.

Tiga jam perjalanan benar-benar diisi oleh decakan pelan Aksara serta Aksara yang sibuk merutuki dirinya sendiri yang terlalu percaya diri mengira Rinai tidak akan pernah pergi meninggalkannya. Mungkin jika Aksara tidak sepercaya diri itu, Aksara akan meminta Gaby untuk menjaga Rinai di rumah selama dirinya pergi ke agensi. Tapi apa mau dikata, semuanya sudah terjadi. Rinai pergi, dan Aksara harus menemukannya bagaimanapun caranya. 

Sekitar lima belas menit kemudian, Aksara berhasil menepikan mobilnya tepat di halaman rumah Ibu Rinai.

Begitu mesin mobil Aksara mati, Aksara segera keluar dari mobilnya kemudian berlari masuk melewati gerbang selebar satu meter yang tidak terkunci kemudian dia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu utama rumah Ibu Rinai.

Aksara tampak mengatur napasnya sejenak sebelum dia mengangkat kepalan tangannya ke depan, mengetuk pintu rumah Ibu Rinai.

Tok! Tok! Tok!

"Bu! Permisi!" Ujar Aksara dengan suara lantangnya.

Tok! Tok! Tok!

"Bu, tolong buka pintunya. Saya mau ketemu Rinai, saya perlu bicara sama dia" ujar Aksara saat ketukan yang dia lakukan sebelumnya tidak disahuti oleh si empunya rumah.

Tok! Tok! Tok!

"Bu!" Teriak Aksara lagi yang lagi-lagi juga tidak mendapatkan sahutan dari si empunya rumah.

Perlahan tapi pasti tatapan khawatir Aksara berubah menjadi tatapan kecewa. Aksara menjatuhkan tangannya yang terkepal ke bawah, kemudian ia menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Jujur, ini adalah tempat terakhir yang Aksara pikirkan yang kemungkinan besar didatangi oleh Rinai, dan jika pada akhirnya Rinai ternyata tidak ada di rumah Ibunya, maka Aksara benar-benar tidak tahu lagi harus mencari Rinai kemana.

Cklek!

Aksara membuka kelopak matanya dalam tempo cepat saat dia mendengar suara pintu yang dibuka dari dalam. Perlahan dia mendongakkan kepalanya, yang kemudian langsung disambut oleh presensi seorang wanita paruh baya yang berdiri tepat di tengah pintu utama rumahnya yang baru dia buka lebar-lebar. Rasa kecewa kembali memenuhi diri Aksara, Aksara pikir sosok yang berdiri dihadapannya sekarang adalah sosok yang dia cari sejak kemarin.

"Nak Aksara?" Tanya Ibu dengan nada suara yang terdengar ragu.

Seulas senyuman ramah terpatri di wajah Aksara saat Ibu Rinai memanggil namanya. Ternyata beliau masih mengingatnya meskipun Aksara sadar adanya sedikit keraguan yang terselip di sana, "iya Bu. Saya Aksara"

Wanita paruh baya itupun tampak melemparkan senyuman lembutnya, ternyata dia tidak salah menduga. Pria berambut hitam dengan balutan pakaian santai berupa celana jeans dengan atasan kemeja denim yang berdiri dihadapannya ini memang adalah Aksara. Sebelumnya ia sempat ragu bahwa pria yang bertamu ke rumahnya adalah Aksara karena Aksara terlihat berbeda ketika memakai pakaian casualnya, mengingat saat pertama kali Aksara kemari Aksara memakai pakaian  formalnya.

"Bu, saya ke sini karena saya pengen banget ketemu Rinai. Tolong izinin saya ketemu Rinai ya, Bu" ujar Aksara memohon pada Ibu Rinai.

Ibu Rinai pun hanya bisa mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali terlihat kebingungan saat mendengar permohonan sederhana dari Aksara barusan. Dia benar-benar tidak bisa menjawab dengan pasti apakah dia bersedia mengabulkan permohonan Aksara atau tidak.

Step-Sister (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang